Cara Merayakan dan Memberi Apresiasi yang Akan Membuat Relasi Anda Lebih Langgeng

By David Pranata | Tips Komunikasi

Apr 15

Dari dua skill berikut ini, manakah yang menurut Anda akan membuat relasi lebih langgeng? (1) Skill untuk beragumentasi atau (2) Skill untuk merayakan sesuatu. Ingin tahu jawabannya, yuk simak lebih lanjut artikel berikut ini.

cara merayakan

Nah, jikalau Anda menjawab: “Skill yang pertama (cara beragumentasi) Pak yang lebih penting! Kalau ada apa-apa kita kan musti pandai ngomong dan mempertahankan pendapat kita… kalau nggak selamanya kita bakal diatur orang lain” Mohon maaf Anda pasti kecewa 🙂 karena riset ternyata mengatakan lain.

Dari hasil riset yang dilakukan oleh Shelly Gable, profesor psikologi dari Universitas California menyimpulkan bahwa kemampuan Anda untuk merayakan sesuatu adalah sebuah prediktor yang lebih baik untuk kelanggengan sebuah relasi.

Bagaimana Anda menyikapi sebuah kesuksesan (entah itu kesuksesan Anda atau teman Anda) akan memegang peranan besar dalam mempererat atau merenggangkan sebuah relasi.

Dan dalam hal ini yang dimaksud cara merayakan sesuatu bukanlah cara berpesta pora, melainkan bagaimana cara kita berkomunikasi dan menyikapi kesuksesan tersebut. Supaya lebih jelas berikut satu kisah nyata yang dialami oleh salah seorang teman saya.

Salah seorang teman saya, katakan saja namanya si Anto, berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan multinasional yang keren (dan besar banget gajinya).

Anda bayangkan saja waktu itu di jaman gaji rata-rata fresh graduate S1 adalah Rp 1 juta perbulan, dia berhasil mendapatkan gaji Rp 4.5 juta perbulan.

Begitu menerima kabar ini teman saya tidak sabar ingin segera memberikan kabar baik ini ke papa-nya yang adalah seorang pebisnis sukses di kotanya.

Dalam hati kecilnya tentu dia berharap bahwa pencapaian ini akan membuat papa-nya bangga.

Berikut adalah cuplikan pembicaraan dia waktu itu dengan papa-nya:

Anto: “Pa, aku berhasil diterima kerja lo!”
Papa Anto :“Oh ya… dimana memangnya?”
Anto: “Di PT. XYZ Pa.. (sambil tersenyum bangga)”
Papa Anto: “Ohh… dapat gaji berapa emangnya?”
Anto: “Rp 4.5 juta per-bulan (dengan mata berbinar)”
Papa Anto: “Hmm… kok sedikit ya (sambil lanjut baca koran)”

Jikalau Anda menjadi si Anto, teman saya itu, bagaimana perasaan Anda?

Anda bisa bayangkan hancurnya perasaan dia waktu itu. Untuk mendapat pekerjaan tersebut, dia sudah menjani proses test dan interview sampai berlapis-lapis. Di akhir tanggapan seperti itulah yang ia dapatkan.

Peristiwa di atas sampai membekas di hati teman saya sehingga bertahun-tahun setelah itu dia masih ingat akan apa yang terjadi dan bisa menceritakannya. Bukan suatu kenangan atau kesan yang ingin Anda tinggalkan pada teman atau anak Anda bukan?

Lalu Pak, Bagaimana Cara Merayakan Sesuatu?

Menurut psikolog Martin Seligman ada 4 tipe respon yang biasa kita berikan saat mendengar berita gembira. Supaya lebih jelas, akan saya uraikan dalam sebuah contoh. Misalkan saja Anda menerima kabar gembira dari Anak Anda sebagai berikut:

Pa / Ma, aku berhasil menang di lomba cerdas cermat dan sebagai hadiahnya aku berhak untuk dapat paket wisata ke Bali selama satu minggu!”

Dan ini adalah empat tipe respon cara merayakan yang bisa Anda berikan (urut dari yang paling destruktif ke yang paling membangun):

1. Tipe Destruktif Pasif

Respon: “Oh begitu ya.. eh tolong turunkan jemuran Mama ya, mau hujan nih!”

Ini adalah respon yang paling destruktif karena berita yang ada diacuhkan begitu saja. Kita sama sekali tidak menanggapi bahkan mengalihkan pembicaraan ke hal lain (dalam contoh di atas menurunkan jemuran). Padahal bagi orang yang menyampaikan berita gembira, hal tersebut adalah sesuatu yang benar-benar penting dan berarti baginya.

Tidak heran jika hati teman saya si Anto dalam contoh sebelumnya hancur, tipe respon inilah yang dia dapatkan dari orang tuanya. Suatu pencapaian yang benar-benar penting untuk dia, diacuhkan begitu saja.

2. Tipe Desktruktif Aktif

Respon: “Oohh.. dapat hadiah wisata ke Bali. Sama siapa nanti perginya? Nggak bisa lo kalo pergi cuma sendirian, bahaya! Belum lagi PR-PR mu sudah selesai dikerjakan belum? Katanya kemarin kan banyak tugas, kok mau ke Bali segala?”

Dalam hal ini kita sudah menanggapi pencapaiannya, akan tetapi apa yang terjadi sesudah itu? Kita malahan memikirkan aspek negatif dari berita baik tersebut. Bukannya gembira atas pencapaian, kita malahan mengkuliahi dan memberikan nasehat-nasehat yang lain.

Contoh lain dari tipe ini adalah mereka yang ketika berhasil mendapat sebuah rumah besar malah berkeluh kesah sambil berkata “Waduhh.. rumah segede ini bagaimana nanti mengepelnya ya?” (di sisi lain: jika Anda membaca ini dan rumah Anda kecil, bersyukurlah Anda tidak perlu ngepel banyak-banyak 🙂 )

3. Tipe Konstruktif Pasif

Respon: “Wah hebat..  kamu memang layak menang. Papa bangga punya anak seperti kamu!”

Inilah cara merayakan dan mengapresiasi yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Kita memberi apresiasi, memuji dan mengatakannya dengan tulus. Orang yang menerima juga merasa senang.

Notes: pastikan Anda memuji dengan cara yang benar (akan saya bahas seusai 4 tipe respon)

Akan tetapi sering setelah memberikan apresiasi kita berhenti sampai di situ saja. Ada cara yang lebih powerful untuk ikut merayakan sesuatu dengan orang lain. Yuk simak tipe respon yang keempat berikut!

4. Tipe Konstruktif Aktif

Respon: “Wahh.. selamat ya! Bagaimana perasaanmu sekarang? Waktu pemenangnya diumumin, reaksimu bagaimana? Terus ceritain juga kok akhirnya bisa menang?”

Ini adalah cara merayakan dengan tidak hanya sekedar memberi apresiasi atau pujian. Kita juga ikut membantu orang lain untuk mengulang (re-live) pengalaman menggembirakan tersebut dan mengalami emosi yang mereka rasakan.

Seperti yang Anda cermati dalam respon di atas, aktif di sini ditunjukkan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan yang menunjukkan bahwa kita tertarik dengan apa yang mereka sampaikan.

Nah, itulah tadi empat tipe respon cara merayakan yang bisa kita berikan. Dengan skill ini maka Anda akan bisa membuat relasi Anda dengan orang lain bertambah kuat dan langgeng.

Selain itu, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, saya juga akan membahas tentang dua cara kita memberi apresiasi. Pastikan Anda memuji dengan cara yang tepat, karena memuji dengan cara yang salah justru bisa membawa dampak yang buruk (padahal maksud Anda baik).

Dua Cara Memuji dan Memberi Apresiasi

A. Memuji Trait / Kondisi Orang Tersebut

Misal saja Anda memuji anak Anda dan berkata “Wah hebat.. kamu memang pandai bisa mengerjakan hal ini”. Dalam hal ini berarti Anda memuji kondisi-nya (dia pandai). Akhirnya dia bisa saja berpikiran:

Saya pandai jika saya bisa mengerjakan soal

Bagaimana jika suatu saat dia tidak bisa mengerjakan soal (dan suatu hari ini pasti akan terjadi), dia akan merasa bahwa dia tidak pandai. Atau bahkan di kemudian hari dia menghindari soal atau permasalahan yang sulit supaya bisa tetap mempertahankan kondisi “saya pandai”.

Oleh karena itu ketika Anda memuji, pastikan Anda bukan memuji kondisinya akan tetapi memuji usahanya. Berikut penjelasannya.

B. Memuji Usaha

Contoh memujinya adalah “Wah hebat.. kamu bisa mengerjakan soal ini karena sudah berusaha keras. Hal ini menekankan bahwa yang menentukan keberhasilan bukanlah trait / kondisi seseorang melainkan usaha yang mereka lakukan.

Dengan ini pribadi yang dipuji akan lebih mengerti dan termotivasi untuk mengutamakan usaha / effort dalam mencapai sesuatu. Mereka tidak akan menghindari ketantangan dan kegagalan melain tetap berusaha.

Semoga artikel ini bisa memberi pencerahan dan menginspirasi Anda untuk merayakan sesuatu dan memberi apresiasi kepada orang lain. Banyak sekali orang yang merasa ingin lebih dihargai, dipuji dan dirayakan keberhasilannya. Yuk mari kita bantu mereka untuk merayakannya!

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"