Ini Dia Beda Public Speaking dan Training

By David Pranata | Tips Presentasi

Apr 19

Sering kali saya menjumpai mereka yang masih kebingungan tentang apa sebenarnya beda public speaking dan training? Simak pencerahannya pada artikel berikut!

Public Speaking & Training – Apa bedanya?

Mengapa saya menulis artikel ini?

Saya banyak menjumpai trainer yang mengira bahwa yang perlu mereka lakukan dalam training adalah melakukan presentasi / public speaking saja. Hasilnya adalah training tidak berjalan dengan efektif dan tidak mencapai tujuannya.

Oleh karena itu dalam artikel ini akan saya uraikan perbedaan dari kedua aktivitas tersebut (beda public speaking dan training) terkait definisi, contoh, durasi serta skill – skill lain yang sekiranya dibutuhkan.

Plus di akhir artikel nanti saya juga akan bahas tentang apa itu motivator dan proses mengajar (teaching). Langsung disimak ya, kita mulai dari public speaking / presentasi dahulu!

Public Speaking / Presentasi

Berikut adalah definisi sederhana yang saya berikan untuk public speaking / presentasi:

Proses berbagi informasi atau inspirasi

Konteks dari presentasi sendiri bisa bermacam – macam, berikut saya berikan contoh – contohnya sehingga Anda lebih memiliki gambaran.

  • Konteks bisnis – presentasi product knowledge , progress report mingguan ke atasan, presentasi penjualan
  • Konteks dunia pendidikan – presentasi sidang skripsi, seminar
  • Konteks edukasi – sosialisasi peraturan, penyuluhan

Presentasi – proses berbagi informasi atau inspirasi

Jika kita cermati dari definisinya, berarti yang skill yang diandalkan dalam presentasi adalah kemampuan berbicara (retorika). Selain itu Anda juga harus bisa menstrukturkan pemikiran sehingga isi presentasi mudah dipahami dan diikuti oleh audiens. Penggunaan komunikasi nonverbal (bahasa tubuh dan intonasi suara) juga perlu dikuasai untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan.

Untuk lebih melengkapi kemampuan public speaking / presentasi Anda, berikut adalah beberapa skill – skill lain yang bisa Anda kuasai:

  • Storytelling (bercerita) – dengan bercerita Anda akan mampu menggugah emosi sekaligus menghibur audiens dalam presentasi
  • Menggunakan analogi / metafora – membuat audiens lebih mudah membayangkan dan memahami
  • Menggunakan humor – siapa sih yang tidak suka ketawa? penggunaan humor akan membuat audiens lebih menikmati dan terhibur
  • Menggunakan visual aids – slide presentasi / props yang cantik akan membantu efektivitas penyampaian pesan

Untuk presentasi sendiri durasinya cenderung lebih pendek jika dibandingkan dengan durasi training. Durasi presentasi bisa mulai dari 5 – 10 menit sampai dengan 60 – 90 menit (mayoritas keynote speech memiliki durasi 60 – 90 menit).

Seorang public speaker yang jago bisa saja melakukan presentasi full non stop selama 2 – 3 jam dan masih bisa mendapat dan mempertahankan perhatian dari audiens.

Ingin Menguasai Skill Presentasi?

Speak with Power Home Study Course

Jika presentasi / public speaking adalah skill yang ingin Anda kuasai, maka Speak with Power HSC adalah jawaban yang tepat untuk kebutuhan Anda. Online course ini berbentuk video tutorial yang bisa Anda pelajari kapan dan di mana saja. Untuk info lengkap & registrasi bisa klik tombol di bawah ini.

Info Lengkap Speak with Power HSC

Training / Pelatihan

Berikut adalah definisi sederhana yang saya berikan untuk training

Training adalah sebuah proses transfer skill

Dalam sebuah proses training yang ingin Anda bagikan pada peserta adalah kemampuan dan keahlian. Di akhir sebuah training, harapannya peserta tidak hanya mengerti akan tetapi juga bisa melakukan. Berikut adalah contohnya supaya lebih jelas.

  • Anda memberikan pelatihan tentang MS Excel. Tujuan pelatihan adalah para peserta bisa melakukan tugas / fungsi excel yang Anda ajarkan (tidak hanya paham atau mengerti saja)
  • Anda memberikan pelatihan tentang cara menjual (sales). Tujuan pelatihan adalah para peserta bisa menggunakan dan mempratekkan teknik menjual yang Anda bagikan dan berhasil meningkatkan persentase closingnya

Training – sebuah proses transfer skill

Jika kita cermati dari tujuannya (transfer skill), sering kali kurang efektif jika sebuah training disampaikan hanya menggunakan instruksi / presentasi saja. Bahkan untuk beberapa topik, memberi instruksi saja sudah pasti tidak akan membuat tujuan transfer skill berhasil.

Berikut adalah satu contohnya:

Anda tidak bisa mengajarkan cara berenang dalam sebuah seminar. Walaupun Anda jelaskan panjang lebar tentang macam – macam gaya berenang dan langkah – langkah efektif berenang (masuk air, gerakan kaki, tangan dst), saya yakin mereka tetap saja tenggelam.

Jika tidak percaya silahkan dibuktikan sendiri ya 🙂 Siapa tahu Anda adalah public speaker yang benar – benar jago dan bisa mengajarkan berenang dalam sebuah seminar.

Oleh karena itu satu kunci supaya proses transfer skill bisa berjalan lebih optimal, maka haruslah ada aktivitas dalam sebuah training. Tujuannya adalah untuk menghadirkan kondisi nyata atau sedekat mungkin mensimulasikan kondisi nyata.

Mengapa tidak semua menggunakan kondisi nyatanya saja? Karena dalam beberapa hal tidak memungkinkan menghadirkan kondisi nyatanya. Misal: Anda memberikan training customer service tentang cara menghadapi klien marah. Masa harus betulan membuat klien marah dahulu supaya bisa praktek?

Oleh karena itu supaya bisa mewujudkan sebuah training yang efektif, dibutuhkan juga skill untuk merancang dan menjalankan aktivitas – aktivitas yang ada dalam training. Berikut adalah beberapa contohnya:

  • Demonstrasi langsung – memperagakan langsung skill yang Anda ajarkan, contoh Anda memberikan pelatihan tentang cara memasak
  • Role play – bermain peran untuk simulasi kondisi nyata, contoh pelatihan customer service tentang cara menangani customer komplain
  • Exercise – peserta diberi kesempatan untuk langsung praktek skill yang diajarkan, contoh pelatihan desain slide di mana peserta langsung praktek mendesain slide dengan software yang baru saja diajarkan
  • Experiential learning – berupa game yang mensimulasikan pengalaman nyatanya, contoh pelatihan komunikasi koordinasi, peserta diberi game untuk menyelesaikan satu pekerjaan secara kelompok yang mengharuskan koordinasi antar anggota

Mengingat bahwa untuk menjalankan aktivitas membutuhkan waktu, maka secara umum training membutuhkan durasi yang lebih panjang jika dibandingkan dengan presentasi. Sebuah training normalnya bisa berdurasi 2 – 3 jam (half day short training) sampai durasi 1 – 2 hari (full day training), bahkan ada juga yang lebih dari itu.

Ingin Menguasai Skill Training?

Train the Trainers

Sementara program ini masih tersedia dalam bentuk In House Training saja. Jika organisasi Anda ingin melatih jajaran internal trainer, maka inilah program yang tepat untuk kebutuhan tersebut.

Untuk info lengkapnya, silahkan klik tombol di bawah ini

Info Train the Trainers

Saya harap tulisan singkat ini bisa menjawab kesalahan persepsi yang sering terjadi, terutama oleh mereka yang beraspirasi untuk menjalani profesi sebagai trainer professional. Kita tidak bisa menjalankan sebuah program training hanya dengan mengandalkan kemampuan presentasi / speaking saja.

Menjalankan training hanya dengan mengandalkan skill presentasi saja, ibaratnya mencoba mengajari seseorang naik sepeda melalui sebuah seminar. Hasilnya tidak akan maksimal atau bahkan tidak tercapai sama sekali.

Kesimpulan

Public speaking / presentasi dan training adalah dua hal yang berbeda. Kedua hal tersebut juga membutuhkan pendekatan dan skill – skill penunjang yang berbeda. Seorang trainer yang jago belum tentu adalah seorang public speaker yang handal. Demikian juga sebaliknya.

Sebelum Anda merancang sebuah pembelajaran, tentukan terlebih dahulu tujuan-nya. Apakah Anda ingin berbagi informasi / inspirasi ataukah Anda menghendaki terjadinya sebuah transfer skill? Dari mengetahui tujuan tersebut maka Anda bisa merancang metode pembelajaran yang sesuai kebutuhan.

Oh ya.. sebagai tambahan, selain public speaking dan training, saya ingin membahas tentang dua hal berikut yang juga mirip – mirip.

Bagaimana dengan Motivator?

Saya menulis ini karena orang sering salah sangka ketika mengetahui profesi saya adalah seorang trainer. Kebanyakan mereka langsung mengira saya adalah seorang motivator (mungkin sambil membayangkan saya lompat – lompat dan teriak – teriak).

Jadi apa itu motivator?

Motivator bisa jadi seorang public speaker atau trainer yang khusus mendalami topik – topik seputar motivasi. Beberapa contoh topik yang sering mereka bahas adalah tentang mindset, pencapaian tujuan, peningkatan produktivitas dll.

Akan tetapi belum tentu semua public speaker atau trainer adalah seorang motivator. Contohnya adalah saya sendiri. Saya tidak mendalami topik – topik tentang motivasi. Saya hanya fokus mengajarkan skill seputar komunikasi dan presentasi.

Bagaimana dengan Mengajar?

Ada lagi satu skill yang sering ditanyakan yaitu mengajar (teaching). Dengan nama profesinya adalah guru atau dosen.

Jadi apa definisi mengajar?

Menurut saya pribadi mengajar adalah kombinasi dari presentasi dan training. Walaupun dalam prakteknya saat ini saya lihat porsi presentasinya masih jauh lebih besar jika dibandingkan trainingnya.

Plus mengajar punya satu aspek lagi yang tidak ada dalam presentasi / training yaitu mendidik (educate). Mendidik sendiri lebih berkaitan dengan bagaimana membangun sikap (attitude) dan karakter dari anak didik. Oleh karena itu perlu kita acungi jempol juga untuk para tenaga pendidik kita.

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"