Mampu menghadapi dan mengatasi orang marah adalah satu skill krusial yang perlu kita miliki. Mengetahui teknik ini akan membuat Anda mampu menyelesaikan masalah plus tetap menjaga relasi dengan orang lain.
Anda sedang bersantai di sore hari sembari menyelesaikan pekerjaan terakhir dan siap – siap untuk pulang dari kantor. Tiba – tiba seorang bawahan Anda menerjang masuk dan melontarkan beberapa umpatan kasar pada Anda.
Dia menuduh Anda telah berlaku tidak adil. “Mengapa saya terus yang jadi korban? Mengapa saya harus memperbaiki kesalahan yang dilakukan orang lain” kata dia dengan setengah berteriak.
Meja Anda digebrak dengan keras (sampai kertas – kertas di atasnya beterbangan). Semua orang yang berada di kantor mendadak berhenti bekerja dan memandang ke arah kantor Anda.
Apa yang harus lakukan di saat itu? Apa yang harus Anda katakan pada kondisi krusial tersebut?
Mungkin Anda pernah mengalami situasi seperti di atas. Tidak harus dengan bawahan, melainkan bisa saja dengan suami / istri, boss, tetangga atau bahkan orang tak dikenal yang menyerempet mobil Anda. Intinya adalah Anda menghadapi orang marah dan emosi tingkat tinggi.
Situasi ini termasuk kondisi yang krusial. Salah menghadapinya bisa – bisa Anda malah terjerumus dalam perdebatan sengit (bisa jadi sampai adu fisik), relasi hancur berantakan dan masalah semakin bertambah besar.
Akan tetapi dengan mengetahui cara yang tepat, Anda akan bisa menyelamatkan relasi dan menyelesaikan masalah. Bahkan Anda bisa tersenyum bangga pada diri Anda sendiri mengingat seberapa tenang dan efektif Anda mengatasi situasi.
Sebelum saya bahas tentang cara mengatasi orang marah ini, yuk kita bahas terlebih dahulu kesalahan – kesalahan yang sering terjadi.
Inilah kesalahan yang paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka tidak terima dimarahi dan ikut naik pitam. Dan… BLAAARRR! bukannya masalah terselesaikan, malah justru menjadi bertambah besar.
Sadarilah bahwa Anda tidak bisa mengatasi api dengan api. Hal ini justru menimbulkan masalah – masalah baru yang sebelumnya tidak ada. Yang tersisa di akhir biasanya hanya penyesalan dari kedua belah pihak.
Ini kesalahan yang sering terjadi pula. Menghadapi orang marah mereka lantas berkata “Tenang dulu Pak!”, “Ayo duduk dulu Bu!” atau “Ini diminum dulu Bu”.
Niatnya sih baik, supaya yang marah lebih tenang. Akan tetapi pertanyaannya: “Bisakah orang yang sedang dikuasai emosi malah diperintah?” entah itu disuruh tenang, sabar atau minum. Kebanyakan usaha mereka akhirnya gagal.
Melihat orang di depan marah, mereka langsung mencoba mengeluarkan argumentasi. Entah itu menjelaskan duduk perkaranya atau mengemukakan alasan / cerita versi mereka. Intinya mereka berusaha menjelaskan dengan logika.
Nah, menurut Anda: logika vs emosi. Manakah yang menang?
Sudah tahu jawabannya kan? Orang yang sedang dikuasai emosi tidak benar – benar bisa berpikir logis. Orang yang sedang marah tidak ingin mendengarkan penjelasan atau alasan.
Pernah melihat orang melakukan kesalahan – kesalahan di atas? atau justru Anda sendiri pernah melakukannya? Cara penanganan di atas adalah cara yang kurang efektif untuk mengatasi orang marah.
Ada cara dan langkah lain yang lebih efektif untuk mengatasinya. Langsung kita simak berikut ya!
Biarkan orang yang marah untuk meluapkan amarahnya terlebih dahulu. Mereka butuh waktu untuk mengungkapkan perasaannya. Istilah lainnya adalah “Beri waktu supaya asapnya keluar semua dahulu”.
Dalam tahapan ini Anda hanya perlu mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Jadilah pendengar yang baik. Sesuaikan bahasa tubuh Anda, ikutlah berdiri sambil mendengar (orang yang sedang marah hebat pasti marahnya sambil berdiri).
Anda bisa memberi respon verbal dengan berkata “Hmm….” atau “Okay…” plus sesekali menganggukkan kepala tanda benar-benar mendengarkan.
Setelah sekian waktu, pasti intensitas kemarahan akan bertambah menurun. Nggak mungkin kan orang bisa terus menerus marah dengan nada tinggi? Suatu saat pasti mereka akan merasa lelah dan kehabisan nafas.
Yang dimaksud dengan state adalah kondisi dan bahasa tubuh. Orang yang sedang emosi pasti bahasa tubuhnya juga menunjukkan hal yang senada, misalkan: posisi berdiri, berkacak pinggang sambil menunjuk ke arah Anda.
Jarang ada orang marah sambil tetap duduk atau bahkan jongkok (nggak cocok kan 🙂 ). Coba Anda perhatikan misal dalam sebuah meeting, ada orang tiba – tiba marah. Mereka pasti akan menggebrak meja dan langsung berdiri. Aneh rasanya jika marah sambil tetap duduk.
Oleh karena itu ketika Anda ingin menenangkan orang, ubahlah juga state mereka. Setelah selesai meluapkan emosinya, Anda bisa ajak mereka ke ruangan lain, meminta mereka duduk atau menawari mereka minum terlebih dahulu.
Perubahan state ini akan membuat kondisi mereka lebih tenang dan mempersiapkan untuk dialog lebih lanjut.
Orang yang sedang emosi butuh untuk dimengerti. Dengan mengerti bukan berarti Anda membenarkan apa yang dia sampaikan, Anda hanya menunjukkan bahwa Anda memahami apa yang dia rasakan.
Untuk melakukan hal ini ada rumusnya. Ini dia rumus bakunya:
Saya mengerti jika Bapak / Ibu merasa [sebutkan perasaan yang dia alami]
Simpel bukan rumusnya? Berikut adalah beberapa contoh kalimatnya:
Sekali lagi saya mengingatkan bahwa di sini Anda tidak membenarkan tuduhan / pernyataan / klaim mereka, di sini Anda semata menunjukkan bahwa Anda mengerti perasaan mereka.
Kalimat ini bisa menjadi kalimat ajaib yang membuat orang lebih tenang dan tidak lagi defensif.
Mengapa bisa demikian?
Karena kalimat tersebut menunjukkan bahwa Anda setuju dengan perasaan mereka. Dan bukankah susah untuk berdebat atau marah dengan orang yang setuju dengan Anda?
Setelah situasinya lebih tenang dan kondusif, barulah sekarang Anda bisa membahas masalah dan mencari jalan keluarnya. Di tahapan ini diskusi mustinya sudah bisa mulai berjalan karena emosi sudah tidak lagi mendominasi.
Pada awal – awal lebih banyaklah mengajukan pertanyaan – pertanyaan, misalnya saja:
Setelah itu Anda bisa berdiskusi, mengemukakan pendapat Anda dan bersama-sama mencari jalan keluar pemecahan masalahnya. Di langkah keempat ini yang lebih berperan adalah problem solving skill, sedang communication skill banyak berperan di langkah pertama s/d ketiga.
Ingat bahwa tahap keempat (penyelesaian masalah) ini juga harus tuntas dilakukan.
Langkah pertama sampai ketiga bisa membuat orang lebih tenang dan siap diajak berdialog, tapi masalahnya juga tetap harus dipecahkan. Jika tidak terpecahkan, ya akhirnya orang juga bakal marah lagi (dan bahkan lebih besar).
Jadi sudah kita pelajari bersama langkah – langkah mengatasi orang marah dan emosi. Sekali lagi supaya tidak lupa saya ringkas langkah – langkahnya yaitu:
Silahkan mempraktekkan langkah – langkah tersebut (Eiitss.. tapi jangan sengaja membuat orang lain marah hanya demi mempraktekkan ya). Dengan menguasai skill ini maka Anda akan bisa menjaga kelanggengan relasi dan tidak sampai melakukan hal – hal yang akhirnya Anda sesali di kemudian hari.
Plus buat diri Anda bisa tersenyum bangga pada diri sendiri mengingat betapa tenang Anda bisa mengatasi situasi.