Presentasi bisnis adalah satu jenis presentasi yang paling banyak dilakukan di dunia ini. Tiap hari ratusan bahkan ribuan orang menyampaikan laporan atau meyakinkan orang lain melalui presentasi bisnis. Hanya saja sayangnya banyak yang berakhir membosankan, membingungkan dan tidak menarik.
Pada artikel kali ini saya akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana mengubah bahasa bisnis ke dalam bahasa presentasi. “Loohh… apakah keduanya berbeda Pak? kok sampai musti diterjemahkan segala?”
Benar sekali kedua hal tersebut memang berbeda š Bahasa bisnis banyak dinyatakan dan dikomunikasikan dalam data, angka dan jargon (istilah khusus). Misalnya saja dokumen atau perhitungan yang berisi laporan rugi laba, perhitungan biaya produksi atau sosialisasi peraturan terbaru.
Sebagian besar data dan angka tersebut dikerjakan di dalam file Microsoft Excel dan Microsoft Word yang sangat kompleks. Saya sendiri yang sering melihat peserta training sedang mengerjakan laporannya biasanya sampai terkagum-kagum, angkanya buanyakkk banget dan penuh dengan istilah yang saya sama sekali tidak mengerti.
Berikut saya beri contoh seperti apa tampilannya dalam screen shot:
Bahasa presentasi adalah cara Anda memaparkan pesan dengan simpel dan terstruktur. Ada tiga hal yang saya garis bawahi di sana yaitu pesan, simpel dan terstruktur. Apa saja sih maksudnya?
Kesalahan yang sering terjadi dalam presentasi bisnis adalah presenter hanya sekedar memberikan data mentah kepada audiens tanpa mengetahui pesan apa yang hendak dia sampaikan. Data yang ditampilkan juga dalam jumlah masif yang seringkaliĀ membuat audiens bingung (dan kesulitan membaca angka-angkanya yang kecil-kecil).
Bahkan tidak jarang presenter hanya melakukan copy paste dari excel atau word ke PowerPoint dan langsung dipresentasikan. Bayangkan saja ketika ada orang berpresentasi menggunakan slide persis contoh perhitungan excel kompleks seperti contoh di atas, kemudian angka kecil-kecil yang ada tersebut dijelaskan satu-satu. Jika Anda duduk sebagai audiens bisa-bisa itu serasa nonton film horror yang paling serem.
Jadi sampai di sini Anda sudah mengerti bahwa bahasa yang umum digunakan dalam bisnis (data dan angka) tidak bisa langsung digunakan begitu saja ke dalam presentasi bisnis. Anda perlu menterjemahkan telebih dahulu menjadi informasi yang simpel dan terstruktur sehingga mudah diterima dan dipahami audiens.
Lalu bagaimana cara menterjemahkannya Pak?
Yuk.. mari kita bahas bersama-sama cara menterjemahkannya, supaya mudah diikuti akan saya bagi menjadi tiga tahapan untuk menterjemahkan bahasa bisnis menjadi bahasa presentasi.
Jadi ini dia langkah-langkahnya:
Ketika Anda melihat data yang banyak dan kompleks (dan kata boss harus dipresentasikan) janganlah langsung menjadi panik. Tarik nafas dahulu š kemudianĀ tentukan dari data kompleks tersebut sebenarnya pesan apa yang ingin dikomunikasikan ke audiens. Satu set data bisa jadi memiliki beberapa pesan.
Supaya lebih jelas, coba akan saya bawakan dalam sebuah contoh:
Ketika Anda mempresentasikan data penjualan di atas mungkin Anda akan langsung tergoda untuk copy paste tabel yang ada ke PowerPoint (dan setelah itu presentasi dengan membaca angkanya satu persatu š ). Akan tetapi jika Anda melakukan hal tersebut, itu sama saja dengan menyuguhkan film horror kepada audiens.
Yang harus Anda lakukan pertama adalah menentukan pesan apa yang hendak Anda komunikasikan dari data tersebut. Dari satu data tersebut sebenarnya banyak sekali pesan yang bisa dikomunikasikan, misalkan saja:
Tentukan hal apa yang ingin dianalisa atau yang dibutuhkan audiens sehingga akhirnya Anda bisa menyuguhkan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka.
Banyak business presentation gagal bukan karena masalah delivery akan tetapi lack of thinking (kurangnya berpikir). Inilah tahapan di mana Anda benar-benar duduk dan berpikir apa sebenarnya pesan / informasi yang ingin Anda sampaikan.
Jika Anda sudah melalui tahapan nomor satu ini dengan benar, saya yakin Anda sudah berada jauh di atas rata-rata kebanyakan business presenter pada umumnya. Banyak orang yang masih belum bisa menformulasikan hal ini dengan tepat.
Bahkan sebelum berpresentasi, Anda harus menentukan terlebih dahulu apakah presentasi merupakan media yang tepat untuk membahas hal yang ada. Mengapa demikian?
Jika data yang ada masih perluĀ didiskusikan dan dianalisa, maka presentasi dengan PowerPoint bisa jadi bukan media yang tepat. Presentasi adalah media komunikasi di mana satu orang lebih memegang dominasi akan isi pembicaraan dengan konten berupa pesan dan informasi.
Jika Anda perlu diskusi dan analsia, akan lebih tepat membahasnya dalam bentuk meeting. Peserta bisa lebih interaktif berdiskusi dan menganalisa. Dalam hal ini tools yang digunakan adalah MS. Excel atau laporan dalam bentuk hard copy (kertas).Ā
Untuk contoh-contoh lain dalam konteks penggunaan tabel dan grafik, silahkan cermati juga artikel “Empat Konteks Menggunakan Tabel dan Grafik yang Wajib Anda Ketahui”
Nah, setelah Anda menentukan bahwa presentasi memanglah sarana yang tepat baik untuk Anda dan audiens Anda, maka Anda juga harus menentukan media yang tepat untuk informasi yang akan Anda sampaikan. Pesan yang berbeda akan menuntut media yang berbeda supaya penyampaiannya lebih efektif. Berikut adalah contohnya:
Kesalahan dalam memilih media akan menyebabkan informasi Anda tidak tersampaikan dengan efektif atau bahkan tidak tersampaikan sama sekali.Ā Untuk tips-tips lain menggunakan tabel dan grafik, silahkan juga cermati artikel berikutĀ “Cara Efektif Menyajikan Data dan Informasi Dalam Presentasi”
Walaupun Anda sudah menggunakan media yang tepat, masih ada beberapa hal yang bisa mengurangi efektifitas Anda dalam menyajikan informasi. Anda harus memastikan bahwa media (grafik, bagan atau tabel) yang Anda gunakan mudah dibaca dan dimengerti.
Berikut saya berikan contoh-contohnya:
Contoh #1: Penggunaan Legenda
Pie chart di kiri (yang menggunakan legenda) akan lebih susah dibaca dibanding yang di kanan (tanpa legenda). Mengapa demikian? Karena yang dikiri orang harus berpikir dua kali:
Sedang pada pie chart yang tanpa legenda (data label langsung berada di chart), audiens bisa langsung menentukan nilainya dalam satu kali proses saja. Jadi sama-sama pie chart, yang di sisi kanan jauh lebih efektif.
Contoh #2: Penempatan Data Label
Haha.. dari perbandingan dua tabel di atas saya yakin Anda sudah bisa mengira mana yang lebih efektif. Bar chart yang di sebelah kiri (orientasi label data miring) akan membuat audiens kesulitan membaca (dan berpotensi membuat mereka salah urat leher). Bar chart yang di sebelah kanan lebih mudah dibaca dan menjamin tidak ada yang harus ke tukang urut seusai presentasi Anda.
Jadi itu tadi tiga langkah untuk menterjemahkan bahasa bisnis ke bahasa presentasi, dengan menerapkannya saya yakin Anda akan mampu menyampaikan laporan dengan lebih simpel, jelas dan terstruktur. Harapannya Anda akan lebih disukai audiens, boss (dan akan lebih sering naik gaji karenanya).