Experiential Learning – Cara Belajar Sesuatu Melalui Pengalaman Bermain

By David Pranata | Tips Presentasi

Apr 19

Pernahkah Anda mendengar konsep yang disebut dengan experiential learning? atau sering juga disebut dengan game based learning? Penasaran apa itu? Disimak artikelnya berikut ini ya!

Experiential Learning – Apa Itu?

Apa itu Experiential Learning?

(notes: pembahasan dan definisi ini saya buat dalam konteks dunia training / pendidikan informal)

Secara definisi experiential learning didefinisikan sebagai:

Process of learning through experience, and more specifically defined as “learning through reflection of doing”

Jadi artinya secara umum dalam Bahasa Indonesia adalah belajar melalui pengalaman. Seringkali pembelajaran didapat dari hasil refleksi ketika melakukan suatu tindakan

Seperti yang kita ketahui sebenarnya ada berbagai macam cara untuk belajar, misalnya saja:

  • membaca buku atau menonton video
  • mendengarkan sebuah presentasi
  • mengerjakan tugas atau praktek langsung
  • dan masih banyak lagi cara – cara yang lain

Nah, belajar menggunakan pendekatan experiential learning berarti peserta akan belajar langsung dari pengalaman (biasanya dalam bentuk sebuah game yang didesain khusus untuk pembelajaran tersebut). Jadi selama pembelajaran mereka tidak hanya duduk diam mendengarkan presentasi saja melainkan terlibat aktif dalam sebuah aktivitas.

Makna pembelajaran sendiri sering didapat pada saat proses debrief / refleksi (bisa terjadi di tengah atau di akhir game). Pada saat ini peserta mulai menganalisa dan merefleksikan apa yang mereka pikirkan dan lakukan selama bermain game tadi. Di sinilah sering timbul pencerahan yang munculnya dari dalam diri sendiri.

Mengapa pembelajaran ini bisa efektif?

Satu quote yang bisa menggambarkan keefektifan metode pembelajaran dengan menggunakan experiential learning adalah:

How You Do Anything is How You Do Everything

Seringkali ketika bermain game, apa yang kita pikirkan dan lakukan saat itu mencerminkan juga cara kita berpikir dan bertindak dalam dunia nyata. Atau singkat kata, perilaku kita ketika bermain game = perilaku kita sesungguhnya

Oleh karena itu pembelajaran dengan experiential learning ini sangat cocok untuk merefleksikan cara berpikir dan bertindak kita selama ini. 

Selain itu pembelajaran menggunakan experiential learning juga cocok digunakan untuk men-test pemahaman atau aplikasi sebuah konsep.

Ketika Anda mengajarkan sebuah konsep belum tentu peserta mengerti atau mampu menerapkan konsep tersebut. Dengan menggunakan game maka Anda bisa mentest pemahaman serta bagaimana peserta mengaplikasikan konsep tersebut secara praktek. 

Nah, jadi itulah tadi scope, definisi dan mengapa pembelajaran menggunakan experiential learning bisa efektif. Berikut adalah cerita pribadi saya bagaiman mempelajari konsep ini.

Bagaimana Saya Belajar Experiential Learning?

Sudah satu tahun lebih ini saya bergabung dengan Frontier Training. Frontier Training adalah sebuah training company di mana saya belajar dan menuntut ilmu lebih lagi. Hehe.. seorang trainer pun harus tetap terus-menerus belajar biar tetap up to date.

Training company ini didirikan oleh Clinton Swaine, di mana dia adalah world #1 expert in experiential business training. Programnya sendiri sudah dijalankan di berbagai belahan dunia yaitu USA, UK, Australia dan Asia. Untuk region Asia sendiri biasanya diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Ini dia foto saya bersama beberapa international member dari Frontier Family:

Yang dari Indonesia cuma 2 orang, yaitu saya dan… hayoo bisa tebak siapa satunya?

Apa yang unik dari Frontier Training ini? Seluruh pembelajarannya dikemas menggunakan pendekatan experiential learning. Jadi ketika menghadiri trainingnya, yang kita lakukan adalah bermain game. Pengalaman yang didapat sangatlah unik, berikut adalah beberapa contoh yang saya alami sendiri:

  • Kita belajar tarrot card reading untuk praktek listening skill dan membangun connection
  • Kita belajar origami & cara penyajiannya untuk mengetahui bagaimana cara memarketingkan produk premium
  • Kita menjadi rock star untuk belajar menggunakan bahasa tubuh dan berinteraksi dengan audiens saat presentasi
  • Kita menjadi sutradara film untuk belajar membangun tim serta merencanakan dan meng-eksekusi sebuah ide

Yang jelas setelah ikut Frontier Training saya jadi belajar dan mengalami banyak hal mulai dari berdansa salsa, menari balet, melipat origami sampai dengan menjadi cheerleader, rocker dan tukang ramal 🙂

Berikut adalah beberapa foto – foto kegiatan yang sempat saya jepret:

Belajar ballet

Jadi band U2

Jadi rocker

Jadi cheerleader

Nah, jika Anda tertarik belajar langsung serta mendapat manfaat dari program Frontier. Ada berita gembiranya nih! Secara berkala Frontier Training mengadakan program “Play to Win” yang merupakan workshop tiga hari GRATIS. Iya betul gratis!

Untuk lokasi terdekat, biasanya diadakan di Kuala Lumpur atau di Singapore. Anda bisa cek sendiri detilnya di tombol berikut ini deh!

Cek Info Play to Win

Contoh Experiential Learning

Mungkin sampai di sini Anda masih belum memiliki bayangan seperti apa sih yang dimaksud dengan experiential learning. Supaya lebih jelas dan ada gambaran, berikut saya berikan dua contohnya.

Contoh pertama adalah sebuah pembelajaran melalui sebuah game yang relatif simple (sifatnya untuk mengasah skill), sedang contoh kedua adalah pembelajaran melalui game yang lebih kompleks.

Contoh #1 Game Election Night

Game election night ini tujuannya adalah untuk melatih para peserta menyusun dan membawakan sebuah presentasi persuasif.

Perbandingan dengan Pendekatan tradisional

Pendekatan tradisional dalam belajar presentasi persuasif adalah dengan memberikan tips, trik atau strategi kepada peserta melalui sebuah pemaparan / presentasi. Misalnya saja peserta diberikan tips – tips berikut:

Pendekatan menggunakan Experiential Learning

Sebagai fasilitator, di awal Anda memberikan tips simple tentang seperti apa sebuah presentasi persuasif yang baik (cukup singkat saja). Setelah itu Anda bisa memberikan tugas kepada tiap peserta dengan menggunakan tema / skenario seperti contoh berikut.

Tiap peserta akan menjadi calon presiden yang akan menampilkan pidato kampanye. Mereka diberikan waktu untuk mempersiapkan dan menyuguhkan pidato mereka. Saat mereka tampil kurang lebih inilah setting yang ada:

  • Ada sebuah podium dan mic di tengah ruangan
  • Kondisi ruangan gelap dengan hanya ada satu lampu sorot mengarah ke calon presiden
  • Mereka wajib berpakaian formal (jas atau bahkan tuxedo)
  • Fasilitator di belakang siap memainkan audio ribuan orang tepuk tangan (jika pidato Anda bersemangat dan membara) atau suara jangkrik krik krik (jika pidato Anda flat dan boring) 🙂

Atau kurang lebih suasananya adalah seperti foto berikut ini:

Contoh game election night

Pendekatan menggunakan experiential learning tentu akan menimbulkan atmosfer dan pengalaman yang jauh luar biasa untuk para peserta. Pengalaman yang didapat ketika menyampaikan pidato kepresidenan tersebut tentu akan lebih membekas. 

Contoh #2 Game Primal Drive

Game Primal Drive adalah game yang saya ciptakan sendiri (sambil nulis ini saya senyum – senyum bangga 🙂 ) yang mengajarkan bagaimana seseorang harus berkontribusi untuk kepentingan organisasi sambil di saat yang sama juga memenuhi kepentingan pribadinya. 

Game ini sendiri cukup kompleks karena dalam satu game ada beberapa hal yang langsung diajarkan yaitu:

  • Kemampuan menentukan prioritas
  • Kemampuan berkomunikasi asertif
  • Kemampuan bernegosiasi
  • Kemampuan mengambil keputusan dengan tegas

Jadi seperti apa sih gamenya?

Sebenarnya gamenya cukup kompleks, saya akan deskripsikan secara singkat menggunakan tulisan berikut supaya Anda ada gambaran besar:

  • Peserta akan dibagi menjadi kelompok beranggota 5 orang. Kelompok ini nantinya akan disebut factory / pabrik yang akan dikepalai oleh seorang factory head (yang berasal dan dipilih oleh anggota kelompok itu sendiri)
  • Tiap factory head nanti akan menerima target produksi bulanan (1 ronde mewakili 1 bulan) yang harus dipenuhi. Anggap saja target produksi ini adalah kepentingan organisasi
  • Tiap anggota kelompok juga akan merima kartu kebutuhan keluarga berisi kebutuhan pribadi / keluarga mereka sendiri.
  • Setelah itu ronde akan dimulai dan para peserta akan mulai “berproduksi” (dengan menggunting – gunting) untuk memenuhi baik target produksi pabrik maupun kebutuhan pribadi mereka sendiri.

Ini dia foto waktu peserta sedang asyik produksi

Jadi di mana pembelajaran game primal drive ini?

  • Pembelajaran akan terjadi ketika jumlah resources atau waktu yang ada tidaklah mencukupi. Manakah yang akan diprioritaskan peserta, kepentingan organisasi ataukah kepentingan pribadi?
  • Sudahkah para peserta saling berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mampu memenuhi kepentingan mereka masing – masing? Mengandalkan diri sendiri tanpa berkomunikasi & kolaborasi tidak akan mampu mencapai tujuan
  • Apakah factory head mampu me-manage anggotanya dengan baik dan efektif? Tidak efektif atau tidak mampu membuat keputusan yang tegas akan membuat target tidak tercapai
  • Apakah baik factory head atau anggota tim mampu bernegosiasi dengan pimpinan perusahaan? misal: untuk meningkatkan kapasitas produksinya, value produk yang mereka hasilkan, penambahan resources dll
  • Dan banyak hal – hal lain yang dapat dipelajari dari game / simulasi ini

Game ini sendiri sekarang menjadi hightlight dari training “Communication Made Easy” saya. Ketika game ini berlangsung, energi di ruangan sangatlah tinggi, bahkan peserta akan berlari – lari, berebutan, dan fokus produksi untuk memenuhi target produksi mereka.

Sharing dari para peserta tentang pembelajaran yang didapat setelah bermain game juga sangatlah luar biasa.

Ada peserta yang berkata bahwa di game itulah mereka pertama kali merasakah atmosfer berkolaborasi dan berkomunikasi secara intens dalam tim. Sesuatu yang setelah itu akan mereka bawa dan tularkan ketika kembali ke pekerjaan mereka.

Nah, saya harap dari dua contoh di atas Anda sudah mulai mendapat gambaran besar tentang bagaimana penerapan konsep experiential learning dalam mengajarkan sebuah konsep.

Akan tetapi memang untuk benar – benar merasakannya, paling pas adalah dengan mengalami sendiri secara langsung. Hehe.. namanya saja experiential learning (jadi mustinya memang harus dialami).

Keunggulan dan Kelemahan Experiential Learning

Sebagai sebuah metode pembelajaran tentu saja metode experiential learning ini ada keunggulan dan kelemahannya. Berdasar pengamatan saya pribadi berikut adalah keunggulan dan kelemahan metode ini:

Keunggulan Metode Experiential Learning

  • Pembelajaran menjadi lebih engaging dan immersive. Peserta tidak hanya sekedar pasif mendengarkan, melainkan benar – benar aktif terlibat dan melakukan aktivitas. Apalagi jika Anda menggunakan setting ruangan, kostum dan musik yang sesuai, peserta bisa seakan – akan dibawa ke sebuah pengalaman yang baru
  • Pembelajaran bisa multidimensi. Sebuah game bisa mengajarkan banyak hal sekaligus. Contoh game primal drive yang saya miliki bisa mengajarkan tentang prioritas, decision making, komunikasi dan negosiasi dalam satu game
  • Poin pembelajaran bisa tidak terduga. Satu peserta dengan peserta yang lain bisa saja mendapat poin pembelajaran yang berbeda, bahkan sering tak terduga. Di game Primal Drive, ada kelompok yang mendapatkan pembelajaran tentang pentingnya terus berusaha dan tidak menyerah (ketika di awal tim mereka terpuruk tapi akhirnya berhasil bangkit). Pembelajaran ini bahkan tidak tercantum di tujuan awal pembelajaran yang saya rancang
  • Pembelajaran didapat melalui refleksi. Peserta bisa mendapat sendiri poin pembelajarannya melalui refleksi bukan karena sekedar diberi nasehat. Self awareness melalui refleksi ini sering lebih mengena jika dibanding belajar melalui mendengar pemaparan saja

Kelemahan Metode Experiential Learning

  • Membutuhkan banyak persiapan dan peralatan. supaya sebuah game bisa menjadi immersive, maka banyak faktor – faktor yang harus Anda persiapkan misalnya saja
    • Mekanisme pendukung game. misal: form dan kartu yang dibutuhkan untuk jalannya game
    • AV (audio video). background musik akan memegang peranan penting untuk membangun suasana
    • Props dan peralatan. misalnya saja: setting ruangan, perlengkapan pendukung
    • Crew, sebuah game yang kompleks akan membutuhkan crew untuk mensupport jalannya game
    • Kostum, baik untuk fasilitator dan crew
  • Membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang. Sebuah game yang kompleks bisa membutuhkan waktu berjam – jam supaya bisa berjalan dengan baik dan peserta mendapatkan pembelajaran. Belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk setting ruangan dan peralatan
  • Tergantung dengan jumlah peserta. Ada game yang membutuhkan minimal sejumlah peserta supaya dinamika / kompetisinya bisa mulai berjalan. Akan tetapi sebaliknya ada juga game yang jumlah pesertanya tidak bisa terlalu banyak karena terkendala mekanisme atau waktu
  • Butuh test, test dan test. Supaya mekanisme game berjalan dengan baik Anda perlu melakukan testing beberapa kali untuk melihat apakah flow-nya sudah mengalir dengan baik. Apakah pembelajaran yang Anda inginkan berhasil tersampaikan? dll

Itu dia tadi konsep pembelajaran dengan menggunakan konsep experiential learning yang sekarang ini banyak saya terapkan dalam training – training yang saya bawakan. Melihat hasilnya sungguhlah positif, maka ke depannya saya akan lebih banyak lagi menciptakan game – game dalam training saya.

Harapan saya adalah suatu hari saya bisa bertemu dengan Anda untuk memainkan game – game dalam training yang saya adakan 🙂

Pertanyaan

Menurut Anda sendiri, bagaimanakah konsep experiential learning ini? Apakah ini sebuah konsep yang menjanjikan?

Tuliskan komentar atau mungkin pertanyaan yang Anda miliki di kolom komentar di bawah. 

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"