Menghubungkan Jalan Hidup yang Pernah Anda Lalui

By David Pranata | Inspirasi

Aug 14

Tidak mudah untuk menentukan jalan hidup yang ingin kita lalui, seringkali kita harus merubah arah atau karir yang sudah kita lalui. Akan tetapi apakah segala salah arah yang pernah anda alami itu tidak berarti?

jalan-hidup

Sebelum memulai artikel ini, saya punya satu pertanyaan simpel untuk anda:

Apakah profesi anda sekarang ini sesuai dengan jurusan ketika sekolah dahulu?

Haha.. saya cukup yakin jika banyak dari anda yang sama seperti saya, yang jurusan ketika kuliah/sekolah sama sekali tidak berhubungan dengan profesi yang dijalani sekarang. Dulunya saya adalah seorang sarjana jurusan teknik industri, sedang profesi saya sekarang adalah trainer dan penulis di bidang komunikasi dan presentasi.

Nggak nyambung kan? Oleh karena itu setiap mengadakan training atau seminar, sering saya minta audiens menebak apa jurusan saya dulu waktu kuliah. Kebanyakan dari mereka menjawab “Ilmu komunikasi”, “Psikologi”, (walaupun ada juga yang menjawab “Jurusan Hukum Pak” @_@).

Banyakan orang mengira bahwa jalan hidup kita itu lurus tidak berbelok-belok. Padahal seringkali kenyataannya tidak seperti itu, setuju?

Apa yang Saya Alami Setelah Itu?

Setelah lulus kuliah saya bekerja di industri manufakturing selama kurang lebih 7 tahun. Berbagai macam posisi di pabrik pernah saya coba dan jalani. Ini dia beberapa di antaranya:

  • Quality Control
  • Production Planning
  • Pembelian barang teknik
  • Marketing (walau cuma tiga bulan 🙂 )
  • Asisten kepala pabrik (yang mayoritas tugasnya menghitung biaya produksi)

Saya baru mengenal dunia public speaking/presentasi setelah saya bergabung dengan Toastmasters. Setelah sekian lama menjalani, belajar dan menikmati prosesnya barulah setelah itu saya memutuskan untuk banting setir dan berpindah profesi menjadi trainer di bidang presentasi dan komunikasi.

Apakah Semua Itu Sia-Sia?

Apakah semua yang saya alami selama 11 tahun (4 tahun kuliah teknik + 7 tahun bekerja di manufaktur) itu percuma? Apakah saya telah menghabiskan 11 tahun hidup saya melakukan hal yang sia-sia?

Hmmm.. awalnya saya bependapat seperti itu 🙂 Saya sempat berandai-andai, jika saja waktu itu saya sudah tahu apa yang saya ingini dan sukai, mungkin saya kuliah akan mengambil jurusan (Eeee.. jurusan apa ya kok tetap saja bingung, Umm.. mungkin komunikasi atau psikologi deh).

Terus setelah itu saya akan bekerja dulu di satu lembaga training ternama untuk mengasah kemampuan dan jam terbang. Nah.. setelah itu barusan mendirikan perusahaan training sendiri (kurang lebih seperti itu deh skenario idealnya).

Apakah Anda juga pernah berandai-andai juga seperti yang saya lakukan?

Akan tetapi setelah sekarang menjalani profesi sebagai trainer dan penulis, saya tidak lagi menyesal atau merasa salah menjalani hal-hal yang telah saya alami sebelumnya. Ternyata semua yang saya alami itu membantu membentuk diri dan bahkan menjadi keunikan dan kekuatan saya. Ini dia beberapa contohnya:

Bagaimana Hal yang Saya Alami Membentuk Diri Saya

1. Background teknik industri dan bekerja di manufaktur

Satu perusahaan yang pernah menggunakan jasa saya sebagai trainer justru pernah mengatakan bahwa satu alasan mereka menggunakan jasa saya adalah karena background saya di teknik dan manufaktur. Mereka berkata “Kami pilih Bapak, karena presentasi yang kami lakukan kebanyakan adalah presentasi laporan ke pimpinan yang banyak melibatkan data-data. Tentunya Bapak sudah tidak asing lagi dengah hal-hal tersebut”.

Haha.. dan memang saya tidak asing dengan hal-hal tersebut, selama saya berkarir di dunia manufakturing itulah yang memang saya jalani dan lakukan.

Di akhir sesi saya bertanya kepada peserta tentang sesi manakah yang paling berkesan untuk mereka. Ini dia jawaban mereka “Sesi tentang technical presentation Pak, yang tentang menggunakan data dan informasi. Benar-benar membukakan mata kami tentang bagaimana cara mengolah data dan menyajikannya dengan benar.”

Bisa jadi jika saya tidak pernah bekerja di dunia manufaktur, saya tidak akan bisa membawakan sesi ini dengan efektif. Saya mengerti karena saya pernah mengalami dan menjalaninya sendiri.

2. Pengalaman saya bergabung di Toastmasters

Saya sudah sekian lama bergabung dan aktif di Toastmasters, bahkan pernah juga menjadi koordinator training yang harus memberikan training di tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei. Di Toastmasters, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Inggris. Anda juga akan terbiasa berpresentasi di audiens internasional yang sama sekali tidak mengerti Bahasa Indonesia.

Beberapa kali saya mendapatkan permintaan untuk sesi training dengan menggunakan Bahasa Inggris, plus berhadapan dengan audiens beragam asal negara. Misalnya saja dengan apa yang saya alami di training baru-baru ini. Dengan apa yang pernah saya alami di Toastmasters, saya bisa langsung berkata “Tidak Masalah Pak” (walaupun setelah itu kerja bakti mengubah seluruh slide dan handout yang saya gunakan ke bahasa inggris).

Hal ini akhirnya menjadi salah satu kekuatan saya, saya yakin banyak trainer yang ketika mendapat kesempatan yang sama akan langsung mundur. Bukan karena takut atau grogi, akan tetapi karena mereka tidak bisa berpresentasi menggunakan Bahasa Inggris (dan tentu saja hal ini tidak mudah dikuasai dalam waktu singkat).

Jika saja saya tidak pernah mengenal atau bergabung di Toastmasters, tentunya saya juga tidak akan berani menerima tawaran training dengan pengantar Bahasa Inggris.

3. Pernah bekerja sebagai Pembelian dan Marketing

Ketika bekerja sebagai pembelian dan marketing, saya sudah tidak asing lagi dengan dokumen – dokumen seperti proforma invoice, invoice, kwitansi, potongan pajak dsb. Saya juga sudah mengerti alur dan prosedur yang terjadi di dalam sebuah perusahaan (misalkan saja proses pembayaran atau proses pengadaan).

Hal di atas kelihatannya simpel, akan tetapi di pekerjaan saya sekarang ini menjadi sangat krusial. Mengapa? Supaya saya bisa dibayar jasanya, saya harus bisa membuat invoice (tagihannya). Hahaha…. kalau saya membuat invoice saja kebingungan, tidak tahu formatnya seperti apa, tentunya kelihatan tidak profesional banget kan (dan bisa-bisa tidak dibayar).

Itulah hal-hal yang saya alami yang membantu membentuk diri dan bahkan menjadi keunikan dan kekuatan saya hari ini. Sebetulnya masih banyak lagi hal-hal lain yang ketika dilihat sekilas tampaknya tidak berkaitan langsung akan tetapi ternyata banyak membantu saya saat ini.

Merefleksikan apa yang saya alami ini, saya jadi teringat satu quote dari mendiang Steve Jobs sebagai berikut:

You can’t connect the dots looking forward, you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future ~ Steve Jobs ~

Yang tidak mengerti artinya (atau yang bahasa inggris-nya pas-pasan 🙂 ), haha.. artinya kurang lebih begini:

Sekarang mungkin anda tidak bisa melihat kaitan apa yang anda alami sekarang dengan apa yang anda harapkan di masa depan. Anda baru bisa melihat kaitannya nanti ketika anda sudah mengalaminya dan melihat ke belakang. Jadi percayalah bahwa apa yang anda alami sekarang ini akan akhirnya saling berkaitan dan membentuk masa depan anda.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk anda yang merasa pernah salah arah atau yang sekarang memiliki profesi yang tidak ada hubungannya dengan bidang anda kuliah dahulu. Juga untuk mereka yang sekarang belum bisa melihat kaitan akan apa yang anda lakukan sekarang dengan masa depan yang anda inginkan.

Suatu hari anda akan bisa melihat ke belakang dan melihat bagaimana itu semuanya saling berkaitan dan membentuk diri anda. Just Belive! Someday it will connect.

Sharing Yuk!
Apakah anda juga punya jurusan kuliah dan profesi yang saling tidak berhubungan? Sharingkan di kolom komentar yang ada di bawah ya! Saya akan membaca setiap komentar dan  menjawab pertanyaan yang masuk.

PS: Jika Anda suka atau merasa artikel ini bermanfaat, tolong SHARE melalui tombol Social Media (Facebook, Twitter, Google+ atau Linkedin) yang ada. Terimakasih 🙂

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"