Our Story adalah rangkaian artikel blog yang menceritakan kisah saya dan Niken, mendiang istri saya. Bagian kedua ini menceritakan bagaimana kita menghadapi kabar mengejutkan berupa penyakit kanker.
Artikel ini termasuk rangkaian kisah “Our Story” yang sangat saya sarankan Anda baca secara berurutan mulai dari bagian pertama. Untuk melihat seluruh daftar rangkaian kisah Our Story yang ada silahkan klik link berikut ini.
Sebelum saya menceritakan tentang asal mula sakit kanker yang diderita Niken, akan saya kisahkan dulu latar belakang kondisi Niken. Mengetahui latar belakang ini nantinya akan memudahkan Anda untuk mengerti dan memahami keputusan – keputusan yang kami ambil.
Secara umum ada beberapa kondisi kesehatan yang dimiliki Niken sebelumnya, sejak kecil dia memiliki bawaan thalassemia minor, sinusitis dan asma. Di awal – awal pernikahan saya pernah mendampingi Niken untuk menjalani operasi sinusitis. Untungnya setelah operasi, sinusitis-nya relatif bisa tertangani dan tidak lagi terlalu mengganggu.
Penyakit asma yang dimiliki Niken sebenarnya sudah cukup terkendali, hanya memang jika pas kambuh tentunya akan membuat saya kebingungan. Pernah suatu saat saya membawa Niken dan Gwen ke Jakarta untuk mendampingi membawakan workshop sekaligus jalan – jalan, dan persis dini hari sebelum workshop, asma Niken kambuh.
Untungnya dengan pertolongan obat, kondisi asmanya akhirnya bisa terkendali. Saat saya membawakan workshop dan musti meninggalkan Niken dan Gwen sendiri, saya hampir tidak bisa konsentrasi membawakan materi (pasti kepikiran lah). Workshop itu akhirnya menjadi training paling kacau yang pernah saya bawakan.
Di saat – saat Gwen berusia 4 tahun, Niken mengalami biduran serta batuk – batuk berkelanjutan (sering terjadi pada malam hari) yang menyebabkan tidurnya tidak enak. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan besar hal tersebut adalah kondisi autoimun, akan tetapi dari segala test yang dilakukan masih belum bisa menyimpulkan jenis autoimun apa yang diderita Niken.
Gejala sakit berkepanjangan ini akhirnya yang membuat Niken merasa capek dan lelah untuk mengkonsumsi obat – obatan medis. Di titik inilah Niken mulai proaktif untuk mencari pengobatan alternatif yang tujuannya menemukan dan menangani akar masalah. Harapannya adalah dengan bisa ditanganinya akar masalah maka segala gejala dan penyakit yang dialami juga akan sirna.
Dari kondisi inilah akhirnya kami dikenalkan dengan dunia meditasi, hypnotherapy, naturopati, homeopati sampai dengan breathing technique. Berbagai macam buku tentang gaya hidup sehat juga kami baca. Pola makan kami juga menjadi lebih sehat – mie instan, makanan kaleng, fast food semua langsung dibanned oleh Niken 🙂 Niken juga mengadopsi pola makan gluten free dan dairy free.
Niken juga sedapat mungkin mengurangi obat – obatan medis dan menggantikannya dengan tindakan, makanan atau sumber nutrisi alami yang bisa mengobati dan mencegah gejala dan sumber penyakit. Satu hal yang saya ingat adalah dia pernah melakukan water fasting (puasa tidak makan apapun hanya minum air saja) selama 7 hari untuk meredam dan mengobati reaksi alergi yang dia miliki.
Pada bulan Desember 2017, Niken merasakan ada benjolan di payudara kanannya. Oleh karena itu kami bersama – sama pergi ke satu rumah sakit yang ada di Surabaya untuk melakukan pemeriksaan awal.
Hasil pemeriksaan USG ternyata masih belum bisa memastikan apa sebenarnya benjolan tersebut. Dokter sendiri mengatakan kemungkinan besar itu hanyalah kista yang tidak berbahaya, akan tetapi untuk tahu pastinya disarankan untuk melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan tubuh untuk diperiksa lebih lanjut).
Kami memang tidak segera melakukan biopsi. Salah satu alasannya adalah karena jika setelah dilakukan biopsi dan ternyata memang sel tersebut adalah kanker, maka sangat disarankan untuk langsung melakukan operasi pengangkatan. Jika tidak langsung dilakukan tindakan, takutnya malah mengakibatkan sel kanker yang ada menyebar.
Saat itu kami berpikir jika memang mau melakukan biopsi dan tindakan, lebih baik nanti dilakukan saja di Singapore. Salah satu pertimbangannya adalah karena fasilitas dan teknologi di sana lebih canggih dan kami memiliki asuransi yang bisa mengcover biayanya.
Selain itu di masa – masa tersebut Niken juga banyak menghabiskan waktu untuk merawat mamanya yang menderita sakit parkinson. Kami pun menjadi terlena dan tidak lagi mem-follow up tindakan biopsi ini. Apalagi selain benjolan tersebut, tidak ada gejala – gejala atau keluhan fisik yang dilami oleh Niken.
Satu alarm yang menyadarkan kami adalah ketika Mama Niken juga mendapati benjolan di payudara kirinya. Hasil pemeriksaan dan biopsi Mama Niken di Singapore menemukan bahwa benjolan tersebut adalah kanker payudara stadium 2A. Satu kondisi yang menyebabkan Mama Niken harus menjalani operasi pengangkatan payudara (mastectomy).
Pada bulan Mei 2018, Niken yang saat itu mengantar dan mendampingi mamanya, sekaligus menggunakan kesempatan untuk melakukan biopsi. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan kita semua. Niken didiagnosa memiliki kanker payudara stadium 2C atau 3A (stadium pastinya baru bisa diketahui setelah operasi).
Hal yang harus segera dilakukan adalah operasi pengangkatan payudara (radical mastectomy), yang langsung kita lakukan seminggu setelah Niken terdiagnosa. Saat itu kita melakukannya operasinya di Rumah Sakit Glenneagles, Singapore. Kami sangat bersyukur bahwa asuransi yang kami miliki bisa mengcover semua biayanya.
Operasinya sendiri berjalan dengan lancar, hasil diagnosis lengkap menyimpulkan bahwa kanker payudara yang dimiliki Niken berada di stadium 3A (karena sudah ada persebaran di kelenjar getah bening sekitar) dengan tipe triple negative breast cancer. Untuk keterangan tentang stadium kanker dan tipe-nya, Anda bisa simak artikel saya yang khusus membahas hal tersebut di link berikut.
Selesai operasi, kami pun berjumpa dengan dokter onkologist. Melihat hasil test dan stadium kanker yang dimiliki Niken, onkologist berkata dengan tegas bahwa setelah ini treatment yang dijalankan adalah kemoterapi yang dikombinasikan dengan radiasi.
Treatment juga harus dilangsungkan segera (keesokan harinya). Kami harus mengambil keputusan apakah akan melakukan treatment atau tidak saat itu juga.
Apakah dokter onkologist terkesan memaksa? Menurut kami tidak, dia menjalankan apa yang harus dia jalankan. Dalam dunia medis, satu hal yang menentukan dalam keberhasilan treatment kanker adalah waktu. Semakin dini diketahui dan ditangani maka kemungkinan berhasilnya treatment akan semakin besar.
Kami akhirnya meminta waktu satu jam untuk memutuskan. Hal ini menjadi salah satu keputusan paling sulit yang harus kami pertimbangkan dalam hidup. Satu hal yang kami sepakati waktu itu adalah kami tidak ingin memutuskan sesuatu hanya karena based on fear (hanya berdasar rasa takut saja).
Dari cerita background sebelumnya, tentunya Anda tahu bahwa Niken sudah akrab sekali dengan dunia pengobatan alternatif. Untuk sekedar minum antibiotik ringan saja, jika memang tidak benar – benar diperlukan, Niken akan menolak. Dan saat ini yang Niken jadikan pertimbangan adalah kemoterapi dan radiasi yang tentunya memiliki efek samping besar untuk badan.
Dari hasil perbincangan akhirnya kami menemukan keputusan yang kami setujui berdua.
Satu jam kemudian kami pun kembali ke dokter onkologist dan berkata bahwa kami telah memutuskan untuk tidak melakukan treatment baik kemoterapi maupun radiasi.
Jadi saat ini Anda sudah mengetahui dasar keputusan kami untuk tidak melakukan pengobatan medis (kemoterapi dan rasiasi). Niken tidak melakukannya bukan karena takut rambutnya rontok atau efek samping yang lain. Niken tidak melakukan tindakan kemoterapi & radiasi karena memang itu adalah pilihannya. Satu keputusan yang tetap dia pegang teguh sampai akhir.
Jadi bagaimana kehidupan kami setelah pulang dari menjalani operasi di Singapore? Secara garis besar, segala hal berlangsung normal. Tidak ada gejala atau rasa sakit yang harus mendapatkan perlakuan atau tindakan khusus. Selang beberapa hari setelah pulang pun kami bisa menghadiri wisuda Gwen yang lulus dari PG (jaman sekarang lulus PG dan TK saja sudah ada wisuda ya!)
Yang berubah adalah Niken menjadi lebih intens untuk menjalani segala pengobatan alternatif, salah satunya adalah dengan kembali rutin berlatih meditasi. Tiap 1 – 2 bulan sekali Niken akan pergi ke Bali untuk melakukan meditasi selama 7 hari. Hehe.. bagi Anda yang belum tahu, saat meditasi 7 hari tersebut para peserta tidak akan berbicara satu sama lain (dan tentunya HP juga total off).
Satu hal baru yang kami lakukan berdua adalah berlatih dan mengikuti kelas yoga bersama. Biasanya setelah mengantarkan Gwen sekolah, kami akan langsung mengikuti kelas yoga yang kebetulan ada di dekat sekolahnya Gwen.
Selain rutin meditasi dan yoga, Niken juga berkonsultasi secara rutin dengan dokter naturopati yang berada di Jakarta. Pengobatan dengan naturopati ini akan mengatur pola makan, nutrisi dan suplemen yang musti dikonsumsi oleh Niken. Secara berkala Niken juga akan kontrol untuk mengecek kondisi terkini dengan dokter yang ada di Singapore.
Aktivitas pergi meditasi dan konsultasi rutin dengan naturopati ini membuat Niken menjadi cukup sering untuk melakukan travelling. Biasanya kami saling bergantian, jika salah satu sedang travelling berarti yang lain akan berada di rumah untuk menjaga dan mendampingi Gwen.
Di akhir tahun 2018, Niken berinisiatif dan mengorganize keluarga besar kami untuk pergi bersama – sama berlibur ke Korea. Kami bersama orang tua Niken dan kedua kakaknya bisa bersama – sama menikmati keindahan negeri ginseng ini.
Keputusan mengorganize liburan ke Korea ini menjadi satu keputusan yang Niken paling syukuri karena tidak lama berselang Mama Niken meninggal dunia. Niken sangat bersyukur bisa menghadiahkan satu momen indah bersama kepada mamanya sebelum dia berpulang.
Satu tahun setelah itu, November 2019, Niken juga berhasil mengumpulkan segenap keluarga besar (bahkan kali ini lebih besar lagi dari yang trip ke Korea) untuk bersama – sama mengikuti program meditasi 7 hari di Bali. Jadi kali ini Papa Niken, Kakak Niken, Saudara dari Mama Niken semua pergi ikut program meditasi ini.
Saya sendiri waktu itu tinggal di Surabaya bersama Gwen. Gwen kan masih belum bisa ikut meditasi dan musti ada yang menjaga 🙂
Bisa memberi inisiatif dan mengajak seluruh keluarga besarnya untuk pergi meditasi bersama adalah satu kebahagiaan terbesar Niken. Satu hal yang sangat menonjol dari Niken adalah dia selalu berpikir bagaimana bisa membuat orang lagi bahagia.
Akan tetapi akhir 2019 juga menjadi titik balik kondisi Niken, Niken mulai merasa lebih mudah capek. Berada di rumah dan tidak banyak melakukan aktivitas sudah membuat dia lemas dan kehabisan tenaga. Seringkali dia ingin menemani Gwen bermain akan tetapi tidak bisa karena badannya sudah terasa capek.
Tangan kanan Niken juga mulai mengalami pembengkakan, menjadi kaku dan agak susah untuk digerakkan. Dari hasil riset kami belakangan, kami akhirnya mengetahui bahwa kondisi ini adalah lymphedema yang muncul karena efek samping dari operasi mastectomy.
Dan hal yang paling mengkhawatirkan adalah ketika dari bekas operasi mulai muncul benjolan – benjolan kecil yang mengeluarkan cairan bening kekuningan. Ketika kami konsultasikan ke naturopath, dia berkata ada kemungkinan itu adalah detoks getah bening karena saat itu dia sedang memberikan suplemen dan nutrisi untuk detoksifikasi kelenjar getah bening.
Hanya saja saya merasa kurang yakin dengan penjelasan tersebut, saya merasa gejala – gejala tersebut adalah satu pertanda lain. Untuk mengetahui kepastiannya, akhirnya saya dan Niken pun merencanakan pergi ke dokter onkologist di Singapore untuk testing lebih lanjut.
Sampai di sinilah saya akan menutup bagian kedua dari “Our Story” ini. Setelah membaca kisah ini saya harap Anda lebih mengetahui bagaimana kami menghadapi shocking news (kabar mengejutkan) dalam hidup kami. Saya akan melanjutkan kisah ini di Part #3 A New Hope???
Berikut adalah daftar artikel “Our Story” yang sudah terbit. Anda bisa klik link di masing – masing judul artikel di bawah ini untuk membacanya: