Tantangan Terbesar Komunikasi Abad 21

By David Pranata | Lain-lain

Mar 27

Kemajuan teknologi yang pesat telah membawa banyak perubahan, menghadirkan kesempatan sekaligus tantangan baru. Apakah tantangan tersebesar yang harus kita hadapi khususnya ketika berkomunikasi?

kecanduan-gadget

Dari gambar di atas saya yakin anda sudah tahu jawabannya. Setiap kali saya bertanya pada audiens “Di jaman sekarang ini, apakah gangguan / distraksi terbesar dalam berkomunikasi?”. Mereka pun serempak, kompak dan satu suara menjawab “Gadget”.

Apakah anda juga setuju dengan jawaban mereka? jika anda punya jawaban lain, sharingkan di komentar ya.

Kecanduan kita dengan gadget

Tiap hari kita hampir tidak lepas dengan gadget yang kita miliki. Pada saat anda membaca tulisan ini saya yakin gadget anda terletak dalam jangkauan tangan anda (haha.. ya jelas Pak, saya bacanya artikel ini kan pakai gadget). Akan tetapi ketidaklepasan ini sedikit banyak sudah mulai memasuki tahapan kecanduan /addiction.

Saya sendiri juga mengalaminya, setiap kali ada notifikasi masuk entah itu email, sms atau chat kita selalu tergoda untuk membukanya. Kita ingin lekas-lekas mengetahui apa isinya, siapa tahu ada berita bagus (dan seringkali kecewa karena ternyata isinya iklan atau broadcast promosi 🙂 ).

Hal ini belum lagi ditambah dengan semakin maraknya social media, mobile game dan apps yang kita miliki di dalam smartphone kita. Semuanya saling berkompetisi dan berebut perhatian kita.

Siapa yang akhirnya menang dalam kompetisi ini? Saya tidak tahu siapa yang menang, akan tetapi saya tahu siapa yang kalah…. orang di sekitar kita. Ada sebuah status facebook dari teman saya yang mengilustrasikan fenomena ini, membacanya saya tidak tahu harus tertawa atau sedih.

Hari ini saya makan di sebuah food court dan melihat satu keluarga di sebuah meja. Semuanya sibuk dengan gadget mereka sendiri kecuali si anak kecil dan si kakek.

Sampai suatu saat si kecil mulai menangis, dan ibunya dengan santai menyodorkan sebuah Samsung Galaxy Tab kepada dia. Anak itu diam dalam sekejab dan mulai bermain dengan tabletnya, meninggalkan si kakek yang termenung sendirian.

Dan ada sebuah quote bagus yang sumbernya tidak saya ketahui berkata sebagai berikut:

Gadget mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Itulah yang terjadi jika kita terlalu tenggelam dalam gadget ketika berkomunikasi. Kita tidak bisa lagi connect dengan orang yang ada di sekitar kita, kita tidak lagi merasakan kehadiran mereka.

Demikian halnya dengan presentasi, hal yang paling sering dikeluhkan oleh dosen dan pengajar sekarang ini adalah mahasiswa atau audiens yang tenggelam di dalam gadget mereka. Mereka tidak lagi bisa fokus dalam mendengarkan, mengerjakan atau melakukan sesuatu.

Hilangnya aset utama yang kita miliki

Kecanduan dengan gadget ini menyebabkan kita kehilangan aset utama yang kita miliki ketika harus melakukan sesuatu yaitu fokus.

Dengan sekian banyak distraksi yang ada di sekitar kita, sangat susah untuk menjaga fokus yang kita miliki. Tantangan: cobalah anda meluangkan waktu untuk membaca buku (buku betulan yang dari kertas ya 🙂 ) selama satu jam penuh atau setengah jam dulu deh, benar-benar fokus tanpa melakukan hal yang lain atau mencek handphone anda.

Dalam bekerja, ketidakmampuan untuk fokus ini akan menurunkan tingkat produktivitas anda. Sebuah riset mengatakan bahwa setiap kali berganti aktivitas (mengubah fokus) maka produktivitas anda akan menurun sebesar 20%.

Jadi bisa anda bayangkan ketika sembari bekerja anda mencek facebook, kembali bekerja dan sepuluh menit kemudian mengupdate status twitter. Dan hal ini anda lakukan berulang-ulang, produktifitas anda akan turun dengan drastis.

Daniel Goleman dalam bukunya Focus: the hidden driver of excellence, berkata “Tampaknya sekarang yang dibutuhkan supaya kita bisa bekerja lebih produktif bukanlah komputer yang lebih canggih (processor, hard disk atau RAM), melainkan fokus dari penggunanya.

Di buku yang sama dikatakan, berdasar hasil riset, aktivitas yang paling membuat orang fokus adalah berhubungan sex. Nah… jadi ketika sedang melakukannya anda masih juga tergoda untuk mencek handphone, anda tahu bahwa anda benar-benar kecanduan smartphone 🙂

Apa yang bisa kita lakukan?

Dengan fenomena ini apakah kita harus menjual semua gadget dan peralatan elektronik lantas memutuskan hidup menyendiri di hutan? Saya kira tidak seekstrim itu.

Apakah kita harus mengganti smartphone kita dan kembali ke dumbphone? (contoh: Nokia pisang 5110 atau Sony Errickson T10, saya beri fotonya di bawah supaya anda bisa bernostalgia 🙂 ). Saya kira juga tidak seekstrim itu.

hp-jadul

Di sisi lain, teknologi juga banyak membantu kita. Saya juga banyak menggunakan handphone untuk mendapatkan konten-konten bermanfaat dari internet (via RSS feed atau podcast). Plus ada sekian banyak hal lain lagi di mana gadget membantu kita.

Oleh karena itu yang bisa kita lakukan adalah gunakan gadget dalam batas yang wajar (in moderation). Matikan notifikasi yang bisa mengalihkan perhatian anda, contohnya adalah:

  • Matikan notifikasi suara untuk email yang masuk
  • Jika anda tergabung di group chat, matikan semua notifikasi suara atau visual. Anda hanya cek jika anda memang secara sadar akan mencek.

Dua contoh di atas adalah apa yang saya lakukan secara pribadi saja, silahkan anda atur sendiri bagaimana anda ingin menggunakan gadget sambil bisa tetap fokus melakukan pekerjaan.

Dan jikalau hasrat untuk ingin mencek gadget tiba, sadarilah itu. Awareness adalah langkah pertama. Apakah anda membuka handphone memang karena harus melakukan suatu hal ataukah itu hanya semata karena tidak tahan dan ingin senantiasa mengeceknya.

Setelah itu cobalah melatih fokus anda. Caranya bisa dengan berkomitmen di awal bahwa anda ingin bekerja selama satu jam ke depan dengan fokus; tanpa sekalipun melihat atau mencek gadget. Lihat apakah anda bisa melakukannya.

Jika perlu, buatlah program 1/2 hari atau 1 hari penuh tanpa gadget. Nah.. kalau yang ini saya yakin bakal benar-benar menjadi tantangan berat bagi mayoritas dari kita 🙂

Pertanyaan: “Setujukah anda jika gadget adalah tantangan terbesar untuk tetap fokus?” Sharingkan pendapat anda di kolom komentar di bawah ini

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"

(1) comment

Add Your Reply