Artikel Kontroversial Saya yang Sempat Dilarang Terbit – Silahkan Baca Sebelum Saya Hapus

By David Pranata | Tips Komunikasi

Jan 20

Warning: Artikel yang akan Anda baca berikut ini sudah sempat dilarang terbit oleh pemerintah! Artikel ini hanya akan saya terbitkan dalam 2 x 24 jam, setelah itu akan saya hapus selamanya.

Notes: jika anda memutuskan untuk tetap membaca, silahkan tanggung resikonya sendiri

prinsip kelangkaan

Scarcity – semakin dilarang semakin kepingin

Siapa yang tambah penasaran kepingin baca isinya? Hayoo.. ngaku aja kalau tambah kepingin tahu. Yang berpikir “Memangnya Pak David nulis apa sih kok sampai dilarang pemerintah? setelah itu artikelnya mau dihapus 2 x 24 jam lagi.”

Anda malah menjadi tambah penasaran, tambah kepingin tahu dan akhirnya (dengan wajah serius dan tidak sabar) cepat-cepat mengklik link artikel ini dan membacanya. 🙂

Inilah fenomena dalam psikologi persuasi yang disebut dengan scarcity atau kelangkaaan. Semakin sesuatu tersedia dalam jumlah terbatas atau dilarang, maka semakin pula anda mengingininya.

Simak artikel ini dalam bentuk video berikut:

Berikut adalah beberapa contoh kejadian sehari-hari tentang fenomena scarcity:

  • Anda berlari-lari ke Matahari Dept Store untuk mendapat diskon 50% yang katanya berlaku hanya hari ini saja (terbatas dalam hal waktu)
  • Anda berburu koleksi CD edisi eksklusif dari penyanyi favorit anda yang hanya dibuat dalam jumlah terbatas saja (terbatas dalam hal jumlah, istilah kerennya limited edition)
  • Ketika ada film yang dilarang dan dikatakan tidak lulus sensor, anda malah tambah penasaran untuk mencarinya (terbatas dalam hal akses / dilarang)

Mengapa kelangkaan itu penting?

Kelangkaan penting karena kita memiliki kecenderungan untuk tidak bergerak atau terus menunda-nunda. Salah satu contoh dalam hal ini adalah masalah deadline. Misal saja Anda diberikan proyek oleh atasan, akan tetapi dia berkata “Nanti dikerjakannya santai aja, kalau pas ada waktu, tidak saya berikan deadline kok.”

Menurut Anda, apakah project itu akan selesai? Tanpa deadline, bisa-bisa proyek itu bakal menjadi proyek abadi yang tidak pernah terselesaikan.

Alasan yang kedua adalah karena kelangkaan akan mengaktifkan fenomena lain yang disebut fear of loss. Kita takut akan kehilangan entah itu kesempatan atau deal yang bagus. Contohnya adalah fenomena gadget melalui flash sale (penjualan sesaat yang dibatasi jumlah atau waktunya).

Kita takut begitu flash salenya sudah berlalu, kita akan kelewatan deal yang begitu bagus tersebut. Kita tidak akan pernah lagi bisa mendapatkan harga atau barang tersebut.

Apa yang bisa digunakan untuk memunculkan unsur kelangkaan?

Saya yakin berdasar dari contoh-contoh yang sudah saya berikan sebelumnya Anda sudah bisa menebak apa saja faktor-faktor yang bisa menimbulkan kelangkaan. Berikut adalah daftarnya:

1. Kelangkaan dalam hal waktu

Anda bisa membuat sesuatu menjadi langka dengan membatasi waktunya. Inilah sebab mengapa iklan diskon Matahari sering disebutkan “Berlaku hanya satu hari saja” atau “Harga hemat khusus hari ini” (walaupun bisa jadi esoknya anda ke sana ternyata diskonnya masih tetap ada).

Tanpa adanya pembatasan waktu, anda tidak akan bergerak. Anda berpikir “Kapan-kapan saja kan bisa, saya pikir-pikir dulu saja (dan akhirnya lupa)“.

2. Kelangkaan dalam hal jumlah

Anda bisa membuat sesuatu menjadi langka dengan membatasi jumlahnya. Inilah satu sebab mengapa koleksi uang kuno, prangko atau mobil antik harganya bisa melambung tinggi. Karena jumlahnya terbatas.

Jika barang-barang tersebut tersedia secara melimpah, maka harganya tidak akan lagi melambung.

Pembicara yang tidak jago berjualan (biasanya dalam sesi seminar menjual buku), akan membawa buku dalam jumlah banyak (saya pernah melihat ada yang sampai membawa berkardus-kardus) dan berkata “Ini buku tulisan saya dan bisa dibeli seusai seminar, tenang saja di belakang banyak stocknya.”

Dan setelah itu mereka heran mengapa hanya sedikit bukunya yang terjual.

Akan tetapi pembicara yang jago jualan hanya akan membawa buku dalam jumlah yang sangat terbatas dan berkata “Ini buku tulisan saya, hanya saja hari ini saya membawa 7 saja. Siapa cepat dia dapat.”

Dan audiens pun berlari-lari ke belakang karena takut tidak kebagian. Orang yang semula tidak terpikir mau membeli melihat hal ini dan akhirnya ikut-ikutan (terkena fenomena social proof).

3. Kelangkaan dalam hal akses

Anda bisa membuat sesuatu menjadi langka dengan membatasi aksesnya. Semakin sesuatu itu dilarang (orang tidak boleh mengaksesnya) maka orang semakin ingin tahu. Fenomena inilah yang berlaku ketika ada sebuah buku atau film dilarang dan justru membuat orang tambah mencarinya.

Hal inilah yang juga saya gunakan ketika memilih headline untuk judul artikel ini. Ketika saya sampaikan bahwa artikel ini kontroversial – bahkan sempat dilarang pemerintah. Anda semakin bertambah ingin tahu.

Plus setelah itu saya berikan tambahan keterbatasan waktu bahwa artikel ini hanya akan saya publish dalam 2 x 24 jam saja. Tambah penasaran lagi lah Anda 🙂

Nah itu dia tadi satu jenis dari psikologi persuasi yang akan membuat anda semakin jago entah itu dalam menjual sesuatu atau meyakinkan orang lain. Terakhir, untuk mengetest kemampuan anda akan saya berikan sebuah quiz.

Menurut anda, dari dua versi cara menembak pujaan hati anda, manakah yang lebih efektif?

Versi A:
“Sayang , saya benar-benar mencintaimu. Jikalaupun kamu menolakku, aku tetap akan menunggumu sampai akhir jaman.”

Versi B:
“Sayang, saya benar-benar mencintaimu. Akan tetapi jika kamu menolakku, aku tidak akan menganggumu lagi. Saya hanya akan menyatakan cinta satu kali ini saja. Jikalau kamu menerimaku, mari kita jalan berdua. Jika kamu berkata tidak, marilah kita menempuh jalan sendiri-sendiri.”

Sharingkan mana yang lebih efektif di kolom komentar ya.. atau siapa tahu anda punya versi lain yang lebih efektif? Silahkan share juga.

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"