Saat presentasi banyak orang mengawali atau mengakhiri dengan meminta maaf. Satu hal yang sebenarnya tidak saya sarankan untuk dilakukan. Mengapa demikian? Simak selengkapnya di artikel berikut ini.
Jangan meminta maaf saat presentasi
Artikel adalah guest posting dari associate trainer saya yaitu Surja Wahjudianto yang sudah saya edit dan review. Surja sendiri adalah seorang trainer public speaking and bahasa inggris. Anda bisa menyimak tulisan dan profil Surja melalui blog pribadinya di http://katasurja.com/
“Tapi, Pak, meminta maaf itu kan baik. Itu bagian dari etika dalam bersosialisasi. Dan itu menunjukkan kerendahan hati dan kearifan kita.” Demikianlah sanggahan dari kebanyakan orang ketika tips jangan meminta maaf ini diberikan.
Nah, sebelum saya uraikan mengapa meminta maaf ini sebaiknya jangan dilakukan, ada baiknya kita simak dahulu contoh – contoh kata permintaan maaf yang sering diucapkan orang ketika sedang presentasi.
Berikut adalah contoh – contoh permintaan maaf yang sering terucap ketika orang melakukan presentasi:
Saya yakin Anda pasti bisa perpanjang sendiri daftar itu berdasarkan apa yang pernah Anda dengar secara langsung. Ada kalanya permintaan maaf ini disampaikan di awal, ada juga yang disampaikan di akhir, dan ada pula yang disampaikan di keduanya, di awal dan di akhir presentasi.
Alih-alih mendukung bagi keberhasilan presentasi Anda, permintaan maaf ini justru mengurangi kualitas presentasi Anda, bahkan secara signifikan. Mengapa?
Berikut alasannya.
Jika Anda mengatakan “Maaf saya tidak siap”, atau “Maaf slide saya tidak bagus”, maka Anda makin memperjelas kekurangan yang bisa jadi sebelumnya tidak diketahui audiens.
Saat mengatakan, “Maaf saya tidak siap”, Anda jadi memperjelas ketidaksiapan Anda di mata audiens. Awalnya belum tentu audiens tahu bahwa Anda tidak siap. Tapi karena Anda mengatakannya, audiens jadi berusaha mengkonfirmasinya dengan mencari-cari kekurangan yang berkaitan dengan ketidaksiapan Anda tersebut.
Atau saat Anda mengatakan “Maaf slide saya tidak bagus”, Anda justru menunjukkan ketidakbagusan slide Anda. Bisa jadi audiens sebetulnya menganggap slide Anda sudah cukup bagus. Tapi karena Anda mengatakan sebaliknya, audiens menjadi setuju dan menilai slide Anda memang tidak bagus.
Jadi mengatakan maaf bukannya memperbaiki kualitas presentasi tapi justru bagaikan serangan balik yang melemahkan kekuatan Anda karena kekurangan menjadi makin jelas dan menonjol.
Alasan yang kedua ini lebih tegas. Meminta maaf dalam presentasi menunjukkan keyakinan dan kepercayaan diri yang lemah.
Saat seseorang mengatakan maaf dalam presentasinya sebetulnya dia butuh dimaklumi. Dia butuh dimaklumi kekurangannya, butuh dimaklumi ketidaktahuannya, atau butuh dimaklumi ketidaksiapannya.
Itu juga berarti dia sedang berjuang melawan kritik batinnya sendiri (inner critic). Kritik yang mengatakan dia tidak cukup bagus, tidak cukup pintar, atau tidak cukup siap. Inilah kelemahan mental yang harus segera ditangani.
Pribadi dengan karakter yang kuat tidak butuh dimaklumi. Dia berani menunjukkan dirinya apa adanya. Meski inner critic akan selalu ada tapi dia bisa mengatasinya dengan self-esteem-nya yang lebih dominan.
Agar Anda lebih yakin dengan kebenaran argumentasi ini, cobalah eksperimen kecil berikut. Lain kali Anda hadir dalam suatu presentasi, entah oleh kolega Anda di kantor, teman satu komunitas, atasan Anda, atau pun seminar yang Anda ikuti, perhatikan dan catat siapa di antara mereka yang meminta maaf dan siapa yang tidak.
Selanjutnya silakan cermati mana di antara orang-orang itu yang tampil meyakinkan dan penuh percaya diri dan mana yang sebaliknya. Saya yakin Anda akan mendapati bahwa mereka yang tidak pakai minta maaflah yang tampil dengan kepercayaan diri yang kuat dan penuh keyakinan.
Pemimpin-pemimpin besar dalam sejarah tidak meminta maaf dalam pidato-pidatonya. Bung Karno, Bung Tomo, Martin Luther King, Jr., atau Barrack Obama tidak minta maaf dalam pidato-pidatonya.
Bayangkan apa yang akan terjadi seandanya Bung Karno dulu sedikit-sedikit minta maaf dalam pidatonya. Meski kontennya sama, namun hasilnya tentu akan sangat berbeda. Daya dobrak dan daya bakar semangatnya pasti melemah.
Akibatnya tidak banyak orang yang percaya bahwa kita bisa merdeka. Apalagi rela dan berani maju ke medan pertempuran mengusir penjajah.
Ada kalanya meminta maaf juga perlu dilakukan, terutama jika ada hal – hal yang menganggu kenyamanan sebagian besar atau bahkan seluruh audiens. Misalnya saja karena sesuatu hal Anda datang terlambat yang mengharuskan seluruh audiens menunggu selama 15 menit.
Jikalau situasi ini terjadi mintalah maaf dengan singkat dan padat, setelah itu langsung lanjutkan masuk ke materi presentasi. Tidak perlu bercerita panjang lebar, mengomel atau menjustifikasi mengapa Anda bisa sampai terlambat
Presentasi adalah sarana untuk mengekspresikan suara hati. Suara hati yang sebenarnya. Meski suara ini berseberangan dengan suara mayoritas sekalipun.
Presentasi juga wahana untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan besar. Gagasan yang pada awalnya berpotensi diragukan, diremehkan dan bahkan ditertawakan.
Pun presentasi bisa menginspirasi perubahan, perubahan yang dibutuhkan demi kemajuan namun membuat kebanyakan orang merasa tidak nyaman dan mengundang penolakan.
Semua peranan besar dari presentasi ini TIDAK akan dicapai oleh:
Kalau Anda menganggap presentasi hanya sekedar untuk memenuhi tugas kuliah atau tugas rutin di kantor, maka sah-sah saja menggunakan kata maaf. Tapi kalau Anda meletakkan presentasi sesuai fungsi yang sebenarnya, sebagai wahana untuk mengekspresikan suara hati, mengomunikasikan gagasan besar, dan menginspirasi perubahan, maka kata maaf tidak seharusnya hadir dalam kosa kata di presentasi Anda.
Nah, saya kira itu adalah pandangan saya tentang meminta maaf dalam konteks presentasi. Jikalau diringkas, meminta maaf sebenarnya tidak perlu dilakukan karena mayoritas orang melakukannya hanya untuk menutupi ketidaksiapan atau kelemahan mereka.
Mereka berharap bahwa dengan meminta maaf maka audiens akan lebih memahami kekurangan dan kelemahan tersebut.
Bagaimana menurut Anda, apakah Anda memiliki pandangan lain? Jika Anda memiliki pendapat silahkan jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar yang ada di bawah ini.