Saya yakin tidak ada orang yang mendambakan hidupnya bakal susah, sengsara dan sakit-sakitan. Semua orang ingin bahagia, kalau bisa sekarang saat ini juga. Hanya saja tampaknya hal tersebut kok susah banget dicapai ya. Jikalau anda merasa seperti itu, mungkin sharing berikut bisa membantu anda.
Berikut adalah cerita yang saya alami sendiri tentang bagaimana untuk menjadi lebih bahagia. Bagi anda yang sudah membaca buku “Speak with Power” tentunya anda mengenali cerita ini, hanya saja di buku saya menggunakan cerita ini untuk menjelaskan tentang cara bercerita / storytelling.
Nah.. kali ini yang perlu anda simak dari cerita ini adalah pesannya. Ini dia ceritanya:
Pernahkah anda memulai sesuatu yang baru? Dan ternyata itu tidak sesuai dengan harapan anda? Bagaimana cara anda menghadapinya?
Hal ini juga terjadi dengan saya ketika pertama kali mendapat kontrak untuk mengajar ekstrakurikuler public speaking di sebuah sekolah. Di hari pertama mengajar saya sangat gembira, saya kenakan baju dan celana saya yang terbaik bahkan saya bela-belain untuk beli sepatu baru. Dengan rasa percaya diri saya melangkah ke ruang kelas hanya untuk mendapati…… hanya ada satu anak di dalam kelas.
Dia adalah seorang anak perempuan, rambutnya disemir dan agak keriting, persis seperti rambut boneka Barbie. Selain itu dia juga membawa tas ransel dan tas jinjing berwarna pink bergambar Barbie. Oleh karena itu saya sebut dia sebagai Barbie Girl.
Saya pun bertanya ke dia “Apakah kamu ikut ekstakurikuler public speaking?”
Dia hanya mengangguk-anggukan kepala.
“Di mana teman-temanmu yang lain?”
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak tahu.
“Okay.. kalau begitu kita tunggu yang lain”
Lima menit kami menunggu, tidak ada yang datang. Bahkan Barbie Girl mengangkat tangan dan berkata “Mr.. Mr.. saya boleh ijin ke toilet?”. Semestinya saya ingin berkata “Jangan tinggalkan saya!” akan tetapi tentu saja ini melanggar hak asasi manusia, jadi apa boleh buat saya pun berkata “Ya sudah…. tapi cepat kembali ya”
Sepuluh menit menunggu, tetap tidak ada yang datang. Dan Barbie Girl juga belum kembali.
Lima belas menit, tetap tidak ada yang datang, Barbie Girl juga tidak tampak. Jika anda berada di ruang kelas tersebut yang tampak hanyalah bangku kosong dan situasi hening di kelas walaupun di luar kelas riuh rendah dengan suara anak-anak yang pulang sekolah. Anda bisa rasakan betapa hancurnya perasaan saya waktu itu.
Untuk bisa mengajar di ekstrakurikuler tersebut saya sudah mengorbankan status pekerjaan tetap saya di perusahaan. Status saya yang semula adalah karyawan tetap harus turun menjadi karyawan kontrak karena setiap Jumat siang saya harus ijin untuk mengajar ekstrakurikuler. Dan inilah yang saya dapatkan…. kelas kosong di awal pertemuan tanpa seorang anak pun.
Akhirnya saya pun mengemasi peralatan siap untuk pulang. Hanya saja di kala hendak menuju pintu kelas, tiba-tiba ada serombongan anak masuk sambil bertanya:
“Mr.. Mr.. apakah betul ini kelas ekstrakurikuler public speaking?” Dengan bersemangat saya menjawab “Iya betul.. dari mana saja kalian?”
“Ohh…. Kita semua salah masuk kelas lain.”
@_@
Dan dengan nada percaya diri seakan-akan tidak terjadi apa-apa (padahal tadi mustinya hampir menangis), saya pun memulai kelas “Anak-anak ini adalah ekstrakurikuler public speaking, mari kita mulai dengan saling memperkenalkan diri. Kita mulai dari bagian sini” (sambil menunjuk Barbie Girl).
Barbie Girl pun maju ke depan, berdiri di tengah dan diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saya pun hanya bisa berdiri sambil frustasi di ujung ruangan.
Dan itu hanyalah awal dari bencana. Saya baru menyadari bahwa mengajar audiens dewasa dan anak-anak ternyata 180 derajat berbeda. Jika anda mengajar audiens dewasa, walaupun anda membosankan mereka masih mendengarkan (atau pura-pura mendengarkan). Akan tetapi jika anda mengajar anak-anak, mereka bisa langsung ngobrol dengan teman mereka, bermain HP dan bahkan tidur di depan anda.
Dan saya mengalami itu semuanya.
Akhirnya saya pulang merasa depresi dan berkata “Mengapa semua ini tidak sesuai dengan keinginan saya? Saya tidak mau lagi mengajar anak-anak SMP dan SMA.”. Akan tetapi setelah itu saya menyadari bahwa saya punya dua pilihan saja:
Dan karena ongkos dokter untuk depresi mahal, maka mau tidak mau saya pun memilih alternatif kedua.
Minggu depannya saya datang dengan semangat baru. Saya berkata kepada murid-murid saya “Anak-anak mari kita bermain game” (yang tentunya masih berkaitan dengan public speaking), bahkan yang menang saya berikan hadiah coklat (yang termurah yang bisa saya temukan).
Dan anda pun bisa melihat bahwa raut wajah mereka berubah menjadi ceria dan mulai menikmati pelajaran.
Singkat cerita akhirnya saya bisa melalui satu tahun mengajar itu dengan gembira. Bahkan di akhir tahun pengajaran, murid-murid memberikan saya hadiah, dibungkus dengan kotak biru dengan pita putih di atasnya. Ketika saya buka isinya adalah…. coklat (yang mahal lagi) dengan tulisan tangan “Mr. David, terima kasih atas satu tahun yang menggembirakan”.
Dan saat itu saya mengubah keputusan saya. Saya mau lagi mengajar public speaking untuk anak SMP dan SMA karena saya tahu saya bisa menikmatinya, saya bisa membuat perubahan dan… saya ingin coklat lagi. Itulah awal saya memulai karir sampai sekarang akhirnya menjadi seorang trainer dan pembicara dalam bidang public speaking.
Hanya saja semua ini tidak mungkin terjadi jika pada saat itu saya tidak mengambil keputusan untuk “Menikmati apa yang saya miliki”. Pernahkah anda merasa menggerutu? Komplain atas apa yang tidak anda miliki? Komplain atas hal yang tidak anda miliki tidak akan membawa anda kemana-mana.
Jika anda bisa merasa bersyukur, berterima kasih dan menikmati apa yang anda miliki, maka banyak keajaiban dan hal baik yang akan terjadi. Oleh karena itu mulai hari ini buatlah suatu keputusan untuk “Menikmati apa yang anda miliki”.
Haha… jadi itulah tadi cerita pertama kali saya memulai karir di dunia pengajaran public speaking dan presentasi. Ada sekian banyak alasan yang bisa membuat saya tidak bahagia, kecewa dan akhirnya mundur. Satu hal yang bisa merubah saya adalah ketika memutuskan untuk menikmati apa yang saya miliki waktu itu.
Apa yang anda hadapi mungkin tidak berubah, akan tetapi anda bisa merubah cara pandang anda terhadap hal tersebut. Buatlah keputusan untuk menikmati apa yang anda miliki saat ini. Di saat itu anda akan merubah kondisi emosi anda dari yang kecewa, sedih, galau menjadi bersyukur, berterima kasih dan bahagia.
Anda bisa memulai hal ini dengan mendata hal-hal kecil yang bisa anda syukuri dan nikmati saat ini. Saya yakin pasti ada kan? Saya mulai dengan memberi contoh versi saya ya. Ini dia daftar hal-hal kecil yang saya syukuri dan nikmati:
Hal-hal kecil itulah yang seringkali terlewatkan dan lupa kita syukuri. Saya harap ketika anda menyadarinya dan memutuskan untuk menikmati tiap waktu tersebut maka anda akan lebih bahagia sekarang dan saat ini juga.
Apa hal-hal kecil yang bisa anda nikmati dan syukuri saat ini? Sharingkan di kolom komentar ya. Jawaban anda mungkin akan membantu dan mengingatkan pembaca lain untuk lebih berbahagia saat ini juga.