Kanker Payudara – Pandangan, Informasi & Resources dari Seorang Awam

By David Pranata | Lain-lain

Oct 01

Kanker Payudara menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian kanker pada wanita setelah kanker paru – paru. Hari ini, sekitar 1 dari 8 wanita dapat mengalami kanker payudara dalam hidupnya.

Sebelum Anda bertanya – tanya mengapa Pak David yang notabene adalah seorang trainer presentasi dan komunikasi malah menulis tentang kanker payudara / breast cancer, berikut adalah penjelasannya.

Seperti yang Anda ketahui dari artikel sebelumnya bahwa istri saya, Niken, menderita dan akhirnya meninggal karena kanker payudara. Selama 2 tahun mendampingi istri menghadapi pernyakitnya, saya banyak meriset, membaca buku – buku tentang kanker, sampai mengikuti beberapa program tentang kanker.

Pengalaman dan pengetahuan yang saya dapatkan itulah yang akan sharingkan dalam tulisan kali ini. Saya akan menulis artikel ini se-komprehensif mungkin akan tetapi dalam bahasa yang simpel sehingga tidak terkesan sebagai jurnal medis (yang malah membuat Anda semakin bingung atau ketiduran).

Dalam beberapa bagian saya juga akan bagikan pengalaman pribadi dan resources yang sekiranya bisa membantu.

Notes: Saya bukanlah seorang dokter apalagi ahli onkologi. Tulisan ini saya buat dari sudut pandang, pengetahuan dan pengalaman seorang awam yang mendampingi seseorang yang menderita kanker.

“You Got A Cancer”

“Anda terkena kanker” mendengar kata itu dari dokter, bagi kebanyakan orang seakan – akan mendapatkan vonis hukuman mati. Satu reaksi yang wajar, mengingat kanker memang adalah penyakit penyebab kematian ranking 2 di dunia (setelah jantung koroner di peringkat #1).

Kanker adalah sebuah kondisi / penyakit di mana sel di dalam tubuh bertumbuh secara abnormal tidak terkendali.

Sel – sel kanker tampaknya menolak untuk mati dan terus menerus membelah diri tanpa terkendali. Pertumbuhan tak terkendali inilah yang akhirnya merusak sel normal dan bagian tubuh yang lain.

Kanker sendiri ada berbagai macam jenis, berikut adalah jenis kanker yang paling umum terjadi:

  • Kanker paru – paru
  • Kanker payudara
  • Kanker usus besar
  • Kanker prostat
  • Kanker perut
  • dan masih banyak lagi jenis – jenis kanker yang lain

Lalu, apakah tepat begitu seseorang mendapat vonis kanker berarti sudah pasti hidupnya akan segera berakhir? Tidak juga, banyak orang yang berhasil survive menghadapi kanker yang mereka miliki.

Mengapa Ini Terjadi? Apa Sebabnya?

Mungkin saat ini Anda lantas bertanya – tanya “Mengapa seseorang bisa terkena kanker? Apa yang sebenarnya menyebabkan kanker yang dia derita?” Jawaban singkatnya adalah kita tidak tahu dengan pasti apa penyebabnya.

Kita memang tidak tahu secara pasti apa penyebabnya, akan tetapi ada beberapa faktor penyebab resiko:

  • Faktor Genetik – seseorang yang orang tua atau saudaranya terkena kanker akan lebih berpeluang juga terkena
  • Polutan dari luar – misal asbestos, zat – zat dari rokok, air yang terkontaminasi atau radiasi bisa menimbulkan mutasi sel – sel normal sehingga menjadi sel kanker
  • Virus  – misal: virus HPV yang menyebabkan kanker serviks, virus hepatitis yang menyebabkan kanker hati
  • Emosi, trauma atau stress yang berlebihan juga bisa memicu timbulnya kanker

Jadi faktor manakah yang menyebabkan kanker yang  diderita seseorang? Kita tidak pernah tahu dengan pasti.

Bahkan ada teori yang mengatakan bahwa sebenarnya potensi sel kanker itu sudah ada dorman (berdiam) dalam diri kita, tinggal menunggu terjadinya mutasi sehingga suatu saat bisa menjadi sel kanker.

Orang yang tidak meninggal karena kanker itu hanya karena mereka meninggal dahulu karena tua / sebab lain sebelum sel kanker bermutasi dan aktif. Oleh karena itu sebenarnya faktor resiko karena kanker sangat berkaitan erat dengan usia.

Semakin tua usia Anda maka resiko terkena kanker juga akan semakin tinggi.

Kanker Payudara / Breast Cancer

Selanjutnya ini adalah tipe kanker yang secara spesifik akan saya bahas, mengingat tipe kanker inilah yang paling saya ketahui berdasar dari pengalaman mendampingi istri saya.

Diagnosa awal kanker payudara

Untuk diagnosa awal, biasanya Dokter akan meminta salah satu (atau kombinasi) dari tes – tes berikut:

  • USG – menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar yang mampu mendeteksi apakah jaringan yang ada di dalam  sifatnya padat atau cair
  • Mamogram – menggunakan sinar x ke area dada untuk mendeteksi adanya benjolan yang tidak dapat dirasakan. Wanita yang berusia 40 tahun ke atas disarankan untuk melakukan mamogram rutin tiap tahunnya
  • CT Scan / MRI – menggunakan mesin MRI, biasanya digunakan untuk pemeriksaan lanjutan yang lebih detil jika hasil dari mamogram ditemukan sesuatu yang dicurigai sebagai tumor
  • Biopsi – adalah proses pengambilan jaringan untuk diperiksa lebih lanjut apakah benar sel tersebut adalah sel kanker. Selain itu biopsi juga digunakan untuk menentukan hormon reseptor yang nantinya berguna untuk penentuan jenis treatment

Istri saya, Niken, sebenarnya sudah melakukan mamogram di bulan Des 2017, saat merasakan ada benjolan di payudara kanan. Dari hasil mamogram belum bisa ditentukan apakah massa tersebut adalah kanker atau tidak. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa kemungkinan itu hanyalah inflamasi saja, akan tetapi untuk kepastiannya dia menyarankan biopsi.

Karena kesibukan dan lain hal, Niken baru melakukan biopsi di bulan Mei 2018. Itupun karena waktu itu mama dari Niken terdiagnosa kanker payudara terlebih dahulu, sehingga dia menjadi lebih aware. Hasil biopsi ternyata menunjukkan bahwa Niken juga memiliki kanker payudara stadium 3A dengan jenis triple negative (apa itu triple negative nanti bisa dibaca di bawah)

Dari cerita pengalaman pribadi di atas, apakah faktor genetik menjadi penyebab kanker yang diderita istri saya? Sekali lagi, kita tidak pernah tahu apa sebab pastinya.

Dari hasil diagnosa, dokter biasanya sudah bisa menentukan stadium dan jenis kanker payudara yang diderita. Stadium dari kanker payudara menggambarkan sudah seberapa berkembang kanker yang diderita seseorang. Berikut adalah gambaran singkatnya.

Stadium Kanker Payudara

  • Stadium #1 jika tumor berukuran kurang dari 2cm dan belum menyebar ke manapun
  • Stadium #2A jika tumor < 2cm dan ada kelenjar getah bening yang terkena ATAU tumor < 5cm tanpa ada kelenjar getah bening yang terkena
  • Stadium #2B jika tumor antara 2 s/d 5 cm dengan ada kelenjar getah bening yang terkena ATAU tumor > 5cm tanpa ada kelenjar getah bening yang terkena
  • Stadium #3A jika tumor lebih besar dari 5 cm dan sudah ditemukan menyebar ke kelenjar getah bening sekitar
  • Stadium #3B jika tumor sudah menyebar ke kulit dan dinding dada
  • Stadium #4 jika tumor sudah menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh dari payudara misal: tulang, paru – paru, hati atau otak

Notes: Secara umum pengobatan medis untuk kanker stadium 3 ke bawah sifatnya adalah kuratif (untuk menyembuhkan), sedang untuk stadium 4 sifatnya adalah paliatif (untuk memperpanjang usia dan perbaikan kualitas hidup)

Pentingnya Deteksi Dini

Salah satu alasan mengapa tingkat kematian karena kanker bisa ditekan adalah karena deteksi dini.

Mampu mengidentifikasi kanker pada stadium – stadium awal bisa dikatakan adalah tindakan life saving (menyelamatkan nyawa). Tindakan dan pengobatan kanker pada stadium awal (misal stadium #1 atau #2) akan sangat berbeda dengan stadium akhir.

Oleh karena itu tidak ada salahnya Anda melakukan deteksi dini sebagai tindakan preventif. Beberapa contoh tindakan deteksi dini / screening yang bisa dilakukan sebagai upaya preventif kanker adalah:

  • Mamogram untuk deteksi dini kanker payudara
  • Pap smear untuk deteksi dini kanker serviks
  • Kolonoskopi untuk deteksi dini kanker usus besar

Bagaimana Alternatif Penyembuhannya?

Satu hal yang perlu diketahui kanker adalah sebuah penyakit yang proses penyembuhannya bukanlah 100% pasti. Bukan berarti ketika menjalani suatu metode penyembuhan seseorang pasti akan sembuh (apalagi jika sudah stadium lanjut).

Sembuh pun ada kemungkinan terjadi recurring (sembuh setelah pengobatan akan tetapi kanker muncul kembali beberapa waktu kemudian). Di sini saya bukannya menakut – nakuti akan tetapi saya berbicara fakta. Semuanya metode penyembuhan sifatnya adalah probabilitas.

Setelah ini akan saya uraikan alternatif penyembuhan baik yang secara medis ataupun non medis (alternatif).

Penyembuhan secara Medis

Saat seseorang memutuskan untuk menjalani pengobatan kanker payudara secara medis, maka alternatif penyembuhan yang ada adalah:

1. Operasi (Lumpectomy atau Mastectomy)

Operasi dilakukan dengan mengambil tumor dan jaringan sehat yang ada di sekitarnya. Lumpectomy adalah pengangkatan sebagian payudara yang terkena tumor sedangkan mastectomy adalah pengangkatan seluruh payudara yang terkena tumor.

Apakah seseorang akan menjalani lumpectomy atau mastectomy tentunya akan tergantung diagnosa dokter dan stadium kankernya.

Lymphedema

Satu satu efek samping dari mastectomy adalah kemungkinan munculnya lymphedema (pembengkakan yang terjadi di tangan karena akumulasi cairan getah bening). Hal ini terjadi karena saat mastectomy, beberapa saluran getah bening ikut diangkat sehingga salurannya menjadi terhambat.

Lymphedema – pembengkakan karena tersumbatnya saluran getah bening

Lymphedema terjadi antara 26 – 40% wanita setelah menjalani mastectomy. Lymphedema sendiri bisa mulai muncul beberapa minggu atau bahkan beberapa tahun setelah mastectomy. Jika sudah terlambat ditangani, pembengkakan tangan karena lymphedema ini sifatnya adalah permanen (tidak bisa kembali lagi ke sedia kala).

Lymphedema ini adalah satu kondisi yang sering terlewatkan (tidak diinfokan sejak dini oleh onkolog) sehingga sering ketika sudah terjadi penanganannya sering terlambat. Jika dari awal sudah diantisipasi dan dilakukan terapi, lymphedema ini masih bisa dicegah.

Satu buku yang saya rekomendasikan untuk pencegahan dan terapi lymphedema bisa dicek di link berikut. 

Niken menjalani mastectomy (pengangkatan seluruh payudara kanan) pada bulan Juni 2020. Saat itu kondisinya sehat dan sama sekali tidak kelihatan bahwa sebenarnya dia sedang menderita sebuah penyakit. Setelah operasi, terapi penyembuhan yang dia putuskan untuk dijalani adalah terapi non medis / alternatif (yang akan kita bahas di bagian berikutnya).

Sekitar 1.5 tahun setelah operasi, muncullah lymphedema pada tangan kanan Niken. Saat itu kami sama sekali tidak tahu apa dan mengapa tangan Niken bisa bengkak. Setelah melakukan riset dan cari tahu kesana kemari barulah kami tahu bahwa kondisi itu adalah lymphedema. Saat itu sudah agak terlambat sehingga bengkaknya sudah cukup besar dan membuat pergerakan menjadi terbatas.

Tujuan saya membagikan informasi ini adalah ketika ada mereka yang menjalani mastectomy dan membaca informasi ini akan bisa mengerti di awal dan melakukan upaya preventif.

2. Radiasi

Terapi radiasi adalah penyinaran dengan sinar X ke daerah yang terkena tumor. Radiasi bisa dilakukan sebelum atau sesudah operasi dan dilakukan secara berseri, misal: 5x terapi seminggu selama total 1 bulan.

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat (biasa diberikan melalui infus) untuk menghancurkan sel kanker yang ada pada tubuh. Kemoterapi sendiri biasa diresepkan dalam siklus (misal: seminggu sekali selama 4 bulan), tergantung dari jenis kanker payudara dan stadiumnya.

Satu hal yang biasanya ditakutkan orang terhadap kemoterapi adalah tentang efek sampingnya (rambut rontok, mual, hilang selera makan dll). Satu hal yang perlu diperhatikan adalah reaksi tiap individu terhadap kemoterapi bisa berbeda – beda, ada yang bisa tetap santai sambil jalan – halan ke mall akan tetapi ada yang harus full terbaring di tempat tidur sambil muntah.

4. Terapi hormon

Adalah terapi menggunakan obat (biasanya diminum secara oral) untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Cara kerjanya adalah dengan menghambat produksi hormon yang dibutuhkan oleh sel kanker untuk terus berkembang.

Saat melakukan biopsi, dokter bisa menentukan jenis kanker payudara berdasarkan dari responnya terhadap hormon. Ada tiga jenis hormon yang biasanya dibutuhkan oleh sel kanker payudara yaitu estrogen, progesteron dan HER2.

Jika dari hasil biopsi ternyata ditemukan bahwa kankernya adalah Estrogen Positif (ER +) maka artinya sel kanker tersebut membutuhkan hormon estrogen untuk terus berkembang. Untuk hal tersebut maka hormon terapi bisa dilakukan dengan menghambat produksi hormon estrogen tubuh. Contoh obat untuk kondisi ini adalah tamoxifen.

Analogi yang sama bisa diterapkan untuk hormon progesteron dan HER2. Obatnya lah yang nanti akan berbeda sesuai dengan kondisi masing – masing.

Triple Negative Breast Cancer

Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, dari hasil biopsi didapati bahwa jenis kanker payudara yang diderita oleh istri saya adalah triple negative. Apa itu maksudnya?

Artinya adalah sel kanker yang ada bereaksi negatif terhadap 3 hormon di atas. Secara simpel bisa dikatakan bahwa sel kanker payudara triple negative tidak membutuhkan hormon – hormon di atas untuk tetap bisa berkembang. Untuk jenis kanker ini maka terapi hormon tidaklah efektif untuk dilakukan.

Triple negative breast cancer adalah jenis kanker payudara yang paling ganas (tingkat mortalitas paling tinggi) dibanding kanker payudara hormon positif. Sebagian besar kematian terjadi pada tiga tahun pertama.

Buku spesifik yang saya rekomendasikan untuk triple negative breast cancer ini bisa dicek di link berikut.

5. Immunotherapy

Immunotherapy adalah satu bentuk terapi terbaru untuk pengobatan kanker payudara, caranya adalah dengan memperkuat imunitas tubuh untuk mampu melawan sel kanker yang ada.

Terapi ini harganya masih sangat tinggi. Sebagai gambaran Feb 2020 lalu saya diinformasikan bahwa 1x dosis obat harganya mencapai sekitar Rp 100 juta. Dan dibutuhkan 4 – 5 pengobatan untuk terapi ini bisa berjalan.

Namun seperti yang Anda ketahui bahwa setelah mastectomy, Niken tidak melakukan tindakan medis lanjutan (walaupun dokter menyarankan untuk kemoterapi dan radiasi). Niken memilih untuk menjalankan terapi / pengobatan alternatif.

Apa saja terapi non medis / alternatif yang pernah kita lakukan? Berikut akan saya bagikan infonya untuk Anda.

Penyembuhan secara Non Medis / Alternatif

Sebelumnya Anda mungkin ada keraguan dan mengajukan pertanyaan “Pengobatan alternatif, apa ya bisa berhasil?”

Pengobatan secara medis yang didukung dengan riset dan dana jutaan dollar saja sampai sekarang belum benar – benar bisa mengalahkan kanker, apalagi pengobatan non medis yang notabene tidak / kurang memiliki riset atau dana.

Hmm.. tentu saja saya tidak bisa menjawab keraguan Anda dengan pasti. Saya hanya bisa berbagi bahwa di terapi pengobatan alternatif kami banyak berjumpa dengan orang – orang yang akhirnya berhasil survive (bahkan yang stadium 4). Kami berjumpa, kenal langsung bahkan berteman dengan orangnya bukan hanya sekedar mendengar cerita atau video testimoni saja.

Apakah yang menjalani pengobatan alternatif ada yang gagal dan akhirnya meninggal ada? Tentu saja ada. Seperti yang saya katakan di depan bahwa pengobatan kanker adalah probabilitas bukan 100% pasti.

Ada beberapa alternatif pengobatan non medis, mulai dari ramuan herbal, meditasi dan sebagainya. Kebanyakan pengobatan alternatif berfokus pada perbaikan lifestyle (makanan, aktivitas fisik) dan psikologis / emotional. Jadi banyak juga orang yang sebenarnya mengkombinasikan antara medis dan alternatif karena beberapa memang bisa berjalan berdampingan.

Berikut adalah beberapa macam pengobatan non medis / alternatif yang saya ketahui:

1. Meditasi

Banyak orang mengkaitkan meditasi dengan ritual agama tertentu, jawabannya adalah tidak. Meditasi sifatnya adalah universal, bahkan di dunia barat sekarang sudah banyak orang yang mempraktekkan meditasi.

Meditasi secara sederhana bisa saya definisikan sebagai aktivitas untuk fokus dan mengamati nafas. Meditasi melatih awareness kita untuk mendapat ketenangan pikiran dan hati.

Program meditasi yang pernah kami ikuti adalah meditasi kesehatan Bali Usada. Selain itu yang saya ketahui ada juga meditasi zhen qi dan vipassana. Jika Anda berminat silahkan pilih mana yang sekiranya sesuai dengan Anda.

2. Naturopathy

yaitu pengobatan menggunakan bahan – bahan natural (herbal) dan nutrisi yang dibutuhkan badan untuk melakukan self healing. Ada juga terapi seperti massage dan acupunture. Berikut adalah saya bagikan link ke 2 orang naturopath di mana kami pernah bekerja sama (1) Joshua Lie dan (2) Dr. Yuliani Chandranata

3. Lifestyle changes

yaitu dengan merubah total gaya hidup – meliputi pola makan, istirahat, barang – barang yang digunakan dan aktivitas fisik. Secara umum untuk kanker, diet yang disarankan adalah plant based diet dan menghindari gula.

Dulu kami pernah berkonsultasi tentang pola makan menghadapi kanker dengan Max Mandias, seorang ahli nutrisi, founder dari Burgreens. Selain itu kami juga membaca buku dan mengikuti online course dari Chris Wark di websitenya Chris Beat Cancer.

4. Life Energy Medicine

yaitu terapi self healing dengan menggunakan aliran energi di tubuh (chi) dan salurannya (meridian). Ini adalah bentuk terapi holistik yang saya jalani bersama Niken selama 6 bulan terakhir di HanaRa Wellbeing Center – Bandung. Saya akan menulis lebih lanjut dan detil tentang bentuk terapi ini pada artikel saya yang mendatang.

Jadi jika saat ini Anda bertanya ke saya “Jadi mana yang terbaik untuk saya Pak? Apakah saya harus pengobatan medis atau alternatif?”

Saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut untuk Anda. Anda sendirilah yang tahu jawabannya. Mana pengobatan yang sesuai dengan hati Anda.

Niken sendiri memilih jalur pengobatan alternatif karena itu adalah pilihannya. Pilihan yang dia ambil dan pegang teguh, sekalipun dia tidak pernah menyesali keputusannya.

Mengapa Saya Menulis Artikel Ini

Tulisan ini saya buat karena selama dua tahun mendampingi istri, melakukan riset dan belajar, saya mendapati bahwa saya menjadi lebih mengerti tentang kanker payudara dibanding kebanyakan wanita bahkan dibanding para penderita kanker payudara itu sendiri.

Saat Anda atau orang yang Anda kasihi didiagnosa menderita kanker payudara, tentunya dunia serasa berbalik (saya tahu perasaan tersebut karena dalam hal ini saya mengalaminya sendiri). Di saat itulah Anda harus bertindak dan mengambil keputusan yang tepat.

Saya harap di saat itu artikel ini menjumpai Anda dan bisa memberi manfaat.

Tujuan artikel ini bukan juga untuk merekomendasikan satu jenis pengobatan tertentu. Tujuan saya adalah untuk memberikan alternatif solusi dan informasi supaya Anda bisa membuat keputusan yang lebih tepat.

Keputusan terakhir ada di tangan Anda. Banyak penderita cancer yang akhirnya memilih satu jenis treatment karena desakan dari keluarga / teman dekat. Di akhir bagaimana pun itu adalah kehidupan yang Anda jalani, Andalah yang berhak menentukan dan memutuskan.

Resources tentang Kanker

Berikut adalah buku – buku dan online course yang sudah saya baca dan saya rekomendasikan untuk Anda

  1. The Emperor of All Maladies oleh Siddhartha Mukherjee – buku pemenang Pullitzer Prize yang menceritakan secara lengkap dan detil tentang sejarah kanker dan pengobatannya. Buku ini sudah diterjermahkan juga ke versi Indonesia dengan judul Kanker: Biografi suatu penyakit.
  2. Radical Remission oleh Kelly A. Turner – adalah sebuah buku yang meriset bagaimana penderita kanker bisa mengalami remisi dan mengalahkan penyakitnya. Aspek yang dibahas dalam buku ini sebagian besar adalah aspek psikologis
  3. Chris Beat Cancer oleh Chris Wark – adalah buku tentang bagaimana menghadapi kanker dengan perubahan gaya hidup secara total, dibuat berdasar berdasar pengalaman pribadi Chris Wark yang berhasil mengatasi kankernya
  4. Square One oleh Chris Wark – adalah online course dan komunitas tentang bagaimana menghadapi kanker secara natural dengan perubahan life style.

Selain itu Anda juga bisa mencermati beberapa resources spesifik yang juga sudah saya bagikan sebelumnya pada bagian – bagian artikel yang membahas topik tersebut.

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"