Delapan Hal yang Mungkin Tidak Anda Ketahui Tentang Saya – Part #2

By David Pranata | Lain-lain

Feb 02

Di Bulan Mei 2015 saya menulis artikel “8 Hal Mungkin Tidak Anda Ketahui Tentang Saya”, yang tidak disangka malah menjadi salah satu artikel favorit pembaca. Setelah 6 tahun berlalu dan banyak yang berubah, berikut adalah part #2 nya.

Delapan Hal Lagi yang Mungkin Tidak Anda Ketahui tentang Saya

Sebelum menulis artikel ini, saya menyempatkan waktu untuk mengecek artikel pertama yang ada di blog ini. Ternyata artikel pertama berjudul “Mengapa Kita Merasa Takut Berpresentasi” tertanggal di July 2012. Berarti tanpa terasa blog ini sudah berusia hampir 9 tahun, cukup lama juga ya.

Jika Anda sudah mengikuti blog ini sekian lama mungkin Anda mengetahui bahwa saya adalah seorang trainer dan penulis di topik presentasi dan komunikasi (atau jika Anda belum tahu, berarti saat membaca tulisan ini akhirnya Anda tahu πŸ™‚ ). Selain hal itu mungkin Anda tidak tahu banyak tentang diri saya.

Oleh karena itu boleh lah.. sekali – sekali menulis artikel tentang diri sendiri. Sekedar untuk bacaan ringan saja, syukur – syukur kalau ternyata Anda juga bisa mendapat inspirasi darinya.

Sudah Baca Part #1 nya?

Kalau Anda belum sempat baca “Delapan Hal yang Mungkin Tidak Anda Ketahui tentang Saya – Part #1”, saya sarankan boleh dibaca dulu. Untuk membacanya, klik saja link berikut ini.

Langsung saja, berikut adalah 8 Hal (Lagi) yang Mungkin Tidak Anda Ketahui Tentang Saya.

1. Saya Berdomisili di Surabaya

Saya memang asli dan lahir di Kudus Jawa Tengah, tinggal di sana mulai dari kecil sampai duduk di bangku SMA. Di tahun 1998 ketika harus kuliah, sayapun pindah ke Surabaya.

Surabaya – kota tempat tinggal saya

Setelah lulus kuliah, lanjut mencari pekerjaan, menikah dan akhirnya sayapun menetap di Surabaya. Paling beberapa bulan sekali saya pulang ke Kudus untuk mengunjungi orang tua saya yang masih tinggal di sana.

Mengapa fakta ini saya tuliskan?

Karena setiap kali diminta mengisi training (yang sekitar 80 – 90% lokasinya di Jakarta), klien selalu mengira bahwa saya berdomisili di Jakarta. Sering mereka bertanya “Mengapa tidak pindah ke Jakarta saja Pak? Mayoritas klien training kan berada di sini juga?”

Yang jelas sampai hari ini saya masih tidak berencana pindah, kalau memang perlu ke Jakarta ya tinggal berangkat saja (apalagi saya juga menikmati waktu – waktu untuk travelling). Apalagi di masa – masa pandemi sekarang ini, mayoritas pekerjaan juga dilakukan secara online.

2. Saya adalah seorang single parent

Pada bulan Agustus 2020, istri saya, Niken, sudah berpulang dahulu ke rumah Bapa karena sakit yang dideritanya. Sejak saat itu saya menjadi seorang single parent dan tinggal bersama anak saya, Gwen, yang saat ini berusia 7 tahun.

“Bagaimana hidup setelah itu, apakah berat?”

Saya dan Gwen sudah ikhlas dengan kepergian Niken, bahkan kami bersyukur sudah diberi kesempatan mengenalnya sebagai istri dan ibu yang luar biasa. Kami berharap bisa meneruskan kebaikan Niken dengan menjalankan tugas kami di dunia ini.

Hari demi hari kami lalui dengan bahagia. Desember 2020 lalu saya dan Gwen juga sempat jalan – jalan liburan berdua ke Kudus, Magelang, Jogja dan Bali.

Saya & Gwen saat di Bali – Des 2020

Masa – masa pandemi ini juga kami lalui bersama. Di pagi hari kami akan duduk satu meja bersama, Gwen sekolah sedang saya bekerja. Siang hari kami akan melakukan aktivitas dan belajar bersama. Kita akan menggambar, belajar sulap, main lego bersama.

Plus ada hari – hari saya akan mengajarkan kepada Gwen komputer, wushu dan tentu saja… presentasi & storytelling πŸ™‚

3. Saya hobby baca buku tentang sejarah dan science

Dari kecil saya memang sudah hobby baca buku, seiring berjalannya umur ternyata jenis buku yang dibaca juga mengalami perubahan. Ini dia gambaran perubahannya:

  • Waktu jaman SD sukanya baca seri Trio Detektif, Lima Sekawan dan Sapta Siaga.
  • Waktu jaman SMP – SMA jadi suka baca komik (Doraemon, Kungfu Boy, Legenda Naga, Dragon Ball dll), novel Agatha Christie (terutama seri Hercule Poirot) dan seri Goosebumps.
  • Saat kuliah & bekerja saya senang membaca buku pengembangan diri, terutama yang hubungannya dengan persuasi, komunikasi dan presentasi

Nah, sekarang ini saya malah jadi suka membaca buku – buku tentang sejarah dan science. Beberapa buku yang menjadi favorit saya adalah Sapiens dari Yuval Noah Harari, Guns, Germs & Steel dari Jared Diamond serta The History of the Ancient World dari Susan Wise Bauer.

Ini ada gambar koleksi buku – buku yang ada di perpustakaan mini saya.

Rak buku saya di rumah – silahkan mengintip isi bukunya

4. Saya adalah seorang gamer

Sama dengan membaca buku, dari kecil saya memang sudah hobby main game. Saya ingat dulu waktu SD dibelikan Nintendo oleh orang tua saya dengan tiga kaset awalnya yaitu Mario Bros, Legend of Kage dan B-Wings.Β Dari saat itu sampai sekarang main game menjadi salah satu cara saya untuk menikmati waktu luang dan melepas penat.

Di sinilah saya merasa kebenaran dari idiom “Boys will be boys”, dari dulu kecil sampai sekarang sudah umur 40 tahun ternyata masih saja suka main game. Yang berbeda hanyalah jenis game yang dimainkan saja πŸ™‚

Saya biasa bermain game di laptop (walaupun baru – baru ini juga beli PS4). Laptop yang saya gunakan juga termasuk kategori laptop gaming (yang juga saya gunakan untuk kerja atau memberikan training). Berikut nih penampakannya.

Lenovo Legion Y720 – laptop yang menemani saya baik untuk gaming atau kerja

Untuk game, saya sendiri adalah penikmat game single player dari berbagai macam genre. Sampai saat ini saya masih belum tertarik untuk main multiplayer game atau mobile game. Ini dia beberapa contoh seri game yang menjadi favorit saya:

  • Action game: seri Assassin’s Creed, God of War dan game – game dari From Software (seri Soulsborne yang terkenal susahnya minta ampun – cocok untuk Anda yang suka menyiksa diri sendiri)
  • Racing game: seri Need for Speed, Formula 1 dan Forza Horizon / Forza Motorsport
  • Shooter: seri Call of Duty, Doom dan Gears of Wars

Dalam menghabiskan waktu luang, saya lebih memilih untuk bermain game dibanding menonton film. Menurut saya bermain game bisa lebih aktif, immersive dan sering story nya juga menarik untuk diikuti.

Manfaat game yang nyata bagi saya adalah membantu penguasaan Bahasa Inggris. Saya ingat dulu waktu SD harus main game sambil sedia kamus di samping sehingga bisa paham apa maksud dari gamenya. Selain itu game juga melatih persistent (tidak gampang menyerah) apalagi ketika menghadapi tantangan susah yang membuat kita kalah melulu.

5. Saya adalah Liverpool Fans

Di dunia sepakbola ada satu klub yang saya gemari yaitu Liverpool FC. Padahal dulu saya bukan seorang pemerhati sepakbola. Bagaimana akhirnya bisa jadi fans-nya Liverpool? Semua dimulai dari sebuah cerita.

Saya ingat betul suatu hari di tahun 2005, saya bangun pagi dan membaca headline berita di koran yang berjudul “Istanpool” yang menceritakan berita pertandingan final Champions League 2005 antara Liverpool vs AC Milan. Dari yang semula tertinggal 0 – 3 di babak pertama, akhirnya Liverpool berhasil menyamakan kedudukan dan memenangkan trofi.

Cerita “Miracle of Istanbul” itulah yang membuat saya jatuh cinta dengan Liverpool. Apalagi setelah itu, pertandingan Liverpool pertama yang saya tonton adalah final FA Cup 2006 antara Liverpool vs West Ham yang dilalui dengan cara yang hampir sama dengan kejadian tahun sebelumnya.

Nah, jadi Anda bisa bayangkan betapa happynya saya ketika tahun 2020 lalu (setelah penantian 30 tahun) Liverpool berhasil kembali menjadi juara Premier League Inggris. Jadi lebih bangga dan PD waktu pakai jerseynya πŸ™‚

Dengan jersey Liverpool terbaru – yg jepret fotonya Gwen

6. Usaha training saya adalah company of one

Saya menjalankan bisnis training saya dengan konsep Company of One yang artinya adalah usahanya dijalankan sendirian saja. Hanya ada Pak Surja, yang secara part time (tidak terikat waktu dan tempat) yang sesekali membantu saya untuk mem-follow up calon klien, update sosial media atau mengisi konten di website.

Jadi jika dalam suatu bisnis training ada job description / tugas – tugas berikut kira – kira siapa yang melakukan ya?

  • Yang buat proposal dan nego dengan calon klien – saya sendiri
  • Yang buat materi, slide dan handout training – juga saya sendiri
  • Yang membawakan training – tetap saya sendiriΒ 
  • Yang siapkan laptop, mic, peralatan, jadi teknisi dan bagi handout saat training – ini pun saya yang kerjakan
  • Yang buat invoice, kirim tagihan, minta PPH dan buat laporan pajak – masih saya sendiri
  • Yang tulis tulis, edit dan publish konten di website, youtube, facebook dan telegram – kalau tidak saya siapa lagi
  • Yang design website, merancang member area dan mengatasi kendala teknis – tidak lain tidak bukan juga saya sendiri

Dokumentasi training – kadang juga susah didapat (karena tidak ada yang fotoin)

Sedikit Cerita

Pernah saya membawakan training di sebuah training center perusahaan di Jakarta, kebetulan di ruang sebelah juga sedang dilangsungkan training oleh training provider yang lain. Saat makan siang di ruang makan, tampak di meja mereka dijejali oleh 7 orang (ada trainer, asisten trainer, teknisi, yg bagi handout, mc dll), sedang di meja saya cuma ada saya sendiri.

Pihak penyelenggarapun tidak kalah heran melihat saya, dia berkata “Baru kali ini Pak, saya lihat trainer yang datang sendiri dan bahkan mandiri pasang alat dan bagi handout tanpa bantuan”

Jawab saya “Iya, biasanya saya memang berangkat sendiri saja kok soalnya saya kan domisili di Sby (padahal kalau trainingnya di Surabaya juga tetap datangnya sendirian)”. Saya menjawab pertanyaan tsb pun dengan badan agak keringatan karena habis gotong – gotong laptop dan satu kardus handout naik tangga.

Seusai training dia berkata kepada saya “Wah hebat, Bapak benar – benar bisa kerjakan semuanya sendiri. Tapi saya tanya satu hal Pak, kalau desain website kan Bapak dibuatkan kan? soalnya tampilannya bagus dan professional”

Dan Anda bisa bayangkan wajah dia saat saya menjawab “Ooh.. website ya! Itu juga saya yang bikin sendiri dari nol”

Tentu saja bentuk seperti ini bukanlah model yang ideal terutama untuk Anda yang ingin bisnisnya bisa berkembang secara pesat dan besar. Menjalankan bisnis seorang diri saja banyak keterbatasannya.

Akan tetapi dalam menghadapi kondisi pandemi seperti ini, paling tidak saya jadi tidak terlalu pusing juga πŸ™‚

7. Saya jadi sedikit tahu tentang dunia healing

Dari pengalaman mendampingi istri saya, Niken, selama menjalani proses penyembuhannya, saya jadi ikut mengenal dunia healing (penyembuhan) baik medis maupun non medis / alternatif.

Saya menjadi mengenal dan bahkan bertemu dengan beberapa pakar hypnotherapy, naturopathy, homeopathy, kinesiology – yang merupakan beberapa teknik terapi / healing yang bisa digunakan untuk menyembuhkan banyak kondisi atau penyakit yang kita alami. Jika Anda penasaran apa arti dari istilah – istilah tersebut silahkan di-google sendiri ya (karena saya juga bukan expert dalam bidang tersebut).

Saya juga sempat belajar beberapa teknik healing seperti meditasi, TRE, meridian healing dan breathing dengan Wim Hoff method. Saya bersyukur dan menganggap semua pembelajaran tersebut adalah hadiah dari istri saya supaya saya bisa tetap fit dan sehat untuk tetap produktif dan mendampingi anak saya.

Selain itu secara spesifik, saya jadi mengetahui tentang penyakit kanker payudara (bahkan bisa jadi lebih banyak tahu dibanding kebanyakan wanita). Saya juga pernah menulis satu artikel khusus tentang kanker payudara ini.

Emperor of All Maladies – satu buku tentang kanker yang habis saya baca

Artikel tersebut saya tulis berdasar resources yang pernah saya pelajari beserta pengalaman pribadi saya sendiri saat mendampingi istri. Jika Anda mengetahui keluarga, teman atau saudara yang sekiranya membutuhkan informasi tersebut, silahkan share artikel-nya, semoga bisa bermanfaat untuk mereka.

8. Saya dulu pernah jadi atlit bridge

Bisa jadi Anda malah tidak tahu apa itu olahraga bridge πŸ™‚ Bridge sendiri adalah sebuah permainan kartu (dengan kartu remi) yang mengandalkan kerjasama, skill bermain dan analisa. Permainannya sendiri dilakukan secara tim (dua lawan dua).

Bagaimana ceritanya dulu bisa sampai main bridge?

Kadang sesuatu bisa bermula dari sebuah kebetulan. Dulu waktu kuliah, karena terlambat memilih, maka sebagian besar ekstrakurikuler slotnya sudah terisi. Dan salah satu yang masih tersisa adalah ekskul bridge, yang akhirnya menjadi pilihan saya.

Permainan bridge – butuh teamwork, skill & analisa

Jadilah selama 1 tahun saya belajar bridge, yang dalam perjalanannya malah saya sukai sampai belajar lebih lagi dari buku – buku yang saya pinjam dari perpustakaan. Tiap malam dikost – kostan saya malah bersama teman – teman main bridge sampai tengah malam kadang sampai jam 2 pagi.

Walhasil kita satu kost jadi jago semua bermain bridge. Sampai suatu ketika ada lomba bridge dan di saat itu para atlit dari ekskul berbarengan pada sakit mata, maka yang maju jadi perwakilan ekskul malah pasukan dari kost – kostan saya πŸ™‚

Pernah juga satu saat saya menjadi wakil ekskul untuk ikut lomba bridge tingkat nasional (yang lawannya adalah para kampiun juara tanah air). Sistem nya adalah semakin tim Anda menang terus, maka akan pindah meja ke nomor kecil (yang paling jago berarti akan main di meja no 1)Β  yang letaknya dekat panggung.

Di akhir pertandingan dengan gemilang saya berhasil mempertahankan untuk bermain di meja nomor 49 (dari total 50 meja yang ada) yang letaknya dekat sekali dengan pintu keluar. Nah, itu tadi satu cerita singkat yang menunjukkan kadang kita tidak pernah tahu bagaimana jalan hidup kita. Yang paling penting adalah Embrace the Moment.

Jadi itu tadi delapan (lagi) hal yang mungkin tidak Anda ketahui tentang diri saya. Jika Anda sudah baca sampai di sini saya ucapkan banyak terima kasih karena sudah baca satu artikel yang isinya juga tidak penting – penting amat πŸ™‚ Semoga menghibur (dan siapa tahu juga bisa menginspirasi)

Kalau dari 8 hal di atas ada kesamaan dengan yang Anda miliki, silahkan mampir dan tuliskan di kolom komentar ya!

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"