Diam itu emas. Ungkapan ini terdengar klise. Tapi dalam presentasi hal ini benar adanya. Diam atau pause dalam presentasi bisa membuat presentasi Anda berkelas dan berkualitas seperti emas. Lalu bagaimana caranya? Simak sampai tuntas penjelasannya berikut ini.
Artikel adalah guest posting dari associate trainer saya yaitu Surja Wahjudianto. Surja adalah seorang trainer di bidang presentasi / public speaking yang baru – baru ini tergabung dengan training company saya. Anda juga bisa mengikuti tulisan Surja yang lain di blog-nya www.surja-wahjudianto.com
Craig Valentine menutup speech-nya dengan diam tanpa melakukan apa-apa selama 12 detik sebelum akhirnya menyerahkan panggung kembali kepada MC.
Jim Key melakukannya dengan cara yang hampir sama, dia menutup speech-nya dengan tidak berkata-kata, hanya menggunakan bahasa isyarat yang mengatakan ‘it’s never too late to follow your dreams’.
Zifang “Sherrie” Su pun demikian, dia menutupnya dengan diam, hanya memutar badannya yang semula membelakangi audiens menjadi menghadap audiens seolah mengatakan ‘turn around’.
Dengan speech-nya tersebut Craig Valentine dinobatkan menjadi juara dunia dalam World Championship of Public Speaking (WCPS) yang dihelat Toastmasters International pada tahun 1999. Jim Key pun tidak kalah hebat, speech-nya tersebut membawanya menjadi juara dalam kompetisi yang sama yang diadakan pada tahun 2003. Sementara bagi Zifang “Sherrie” Su, speech dengan judul yang sesuai dengan gerakan penutupnya ‘Turn Around’ tersebut membawanya menjadi juara kedua dalam perhelatan yang sama yang digelar tahun ini (2018).
Craig, Jim, dan Sherrie telah menunjukkan kepada kita betapa ampuhnya kekuatan dari pause atau diam sesaat ini untuk digunakan dalam presentasi. Namun keampuhan dari diam sesaat ini sering terlupakan. Kita lebih sibuk memikirkan dan fokus kepada bagaimana kita berbicara sampai-sampai lupa bagaimana kita harus diam.
Padahal jika digunakan di tempat dan saat yang tepat, pause ini bisa membuat presentasi kita jadi jauh lebih efektif dan lebih berdampak. Menutup presentasi dengan pause seperti ilustrasi di atas hanyalah satu contoh penggunaan pause dalam presentasi ini.
Lalu bagaimana lagi kita bisa memanfaatkan pause atau diam sesaat ini untuk membantu meningkatkan kualitas presentasi kita?
Berikut 3 hal lain dimana Anda bisa menggunakan pause ini untuk membantu agar presentasi Anda jadi lebih efektif dan lebih berdampak:
Kebanyakan pembicara akan langsung bersuara begitu MC selesai memperkenalkannya dan mempersilakannya naik ke atas panggung. Meski tidak salah, namun cara begini kurang efektif untuk menarik perhatian audiens di awal.
Seperti diketahui audiens belum benar-benar siap untuk fokus saat presentasi baru dimulai. Ada yang masih membetulkan posisi duduknya, ada yang sibuk membalas obrolan di messenger, dan ada pula yang lagi asyik bisik-bisik dengan teman sebelahnya. Kalau Anda langsung berbicara di saat-saat seperti ini, kecil kemungkinan perkataan Anda akan didengar.
Akan berbeda hasilnya jika setelah diperkenalkan MC Anda berdiri diam di tengah panggung. Yang Anda lakukan adalah berhenti, menyapukan pandangan ke arah audiens dari kiri ke kanan sambil tersenyum. Teknik ini dikenal dengan S3 (stop, scan, smile).
Melihat Anda diam beberapa saat di atas panggung, bisa Anda bayangkan bagaimana reaksi audiens. Perhatian mereka seketika akan tertuju kepada Anda. Yang lagi bisik-bisik pasti berhenti, yang lagi memainkan telepon genggam juga berhenti, dan yang lagi bergerak-gerak membetulkan posisi duduk juga berhenti.
Inilah saat yang tepat untuk mulai mengucapkan kata pertama Anda. Dan apapun yang Anda ucapkan pasti didengar oleh audiens dengan baik karena mereka fokus.
Kata-kata yang penting, bahkan yang sangat penting sekalipun, menjadi kedengaran tidak penting jika Anda mengucapkannya datar-datar saja, tidak ada penekanan sama sekali. Salah satu teknik untuk menekankan kata-kata yang penting ini adalah dengan memberi pause sebelum mengucapkan kata-kata tersebut.
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat contoh berikut:
“Kinerja kita dalam 2 kuartal terakhir tahun ini sungguh fantastis. Tidak pernah prestasi luar biasa seperti ini terjadi sepanjang sejarah panjang perusahaan ini. Ini semua terwujud berkat satu hal yang kita bersama-sama berkomitmen melakukannya dalam waktu yang cukup lama… yaitu… disiplin tingkat tinggi.”
Anda bisa merasakan efek dari pause ini terhadap kata-kata yang ditekankan. “Disiplin tingkat tinggi’ menjadi terdengar berbeda dan menonjol dibandingkan dengan kata-kata yang lainnya karena sebelum mengucapkannya pembicara diam sejenak.
Seandainya kata-kata ‘disiplin tingkat tinggi’ ini tidak diberi pause sebelumnya, tentu hasilnya berbeda. Kata-kata itu menjadi tenggelam, terdengar sama dengan yang lain, dan berakibat mudah dilupakan oleh audiens.
Humor adalah bumbunya presentasi. Presentasi tanpa humor seperti masakan tanpa bumbu. Karena itu sangat disarankan Anda untuk menyelipkan humor, mengatakan sesuatu yang membuat audiens tertawa, dalam presentasi Anda.
Punch line adalah kalimat atau kata-kata yang membuat audiens tertawa. Umumnya punch line ini berupa kata-kata yang mengejutkan dan di luar dugaan yang membuat audiens terkecoh. Sama seperti poin sebelumnya, pause sebelum punch line ini diperlukan agar punch line tersebut terdengar berbeda dan menonjol.
Mari kita lihat contoh berikut:
“Untuk mengajak audiens berinteraksi Anda bisa mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti mengajak audiens melakukan sesuatu dengan tangan mereka. Misalnya, Anda bisa meminta mereka untuk angkat tangan, atau tepuk tangan, atau … cuci tangan!”
Kata “cuci tangan” membuat audiens kecele atau terkecoh. Setelah kata ‘angkat tangan’ dan ‘tepuk tangan’ mereka mengira akan mendengar kata lainnya yang lazim dilakukan audiens di dalam kelas. Begitu mendengar kata yang tidak lazim dan di luar dugaan, mereka sontak terpancing tawanya. (Walau saya sendiri pernah mengikuti training yang pembicaranya meminta semua audiensnya cuci tangan, lho 🙂 ).
Sedangkan pause sebelum kata ‘cuci tangan’ diperlukan agar kata tersebut terdengar menonjol sehingga punch line-nya lebih memberi efek. Pause ini juga berfungsi untuk memberi isyarat kepada audiens agar mereka bersiap-siap menerima kata berikutnya. Begitu kata-kata yang muncul berbeda dan di luar dugaan maka meledaklah tawa mereka.
Itulah 3 hal yang bisa Anda lakukan dengan pause agar presentasi Anda lebih memberi efek emosi yang dalam kepada audiens. Karena itu dalam presentasi Anda berikutnya, selain berbicara jangan lupakan juga untuk …