Satu Pertanyaan Powerful untuk Membuat Anda Lebih Berdaya

By David Pranata | Inspirasi

Jan 21

Ketika ada hal tidak mengenakkan terjadi pada diri Anda, apa reaksi awal yang biasa Anda berikan? Simak konten berikut untuk mengetahui pertanyaan powerful yang bisa membuat Anda lebih berdaya dalam kondisi tersebut.

Pertanyaan Powerful yang Memberdayakan Anda

Pakar – pakar berpendapat bahwa kualitas hidup dan pencapaian banyak dipengaruhi oleh pertanyaan yang Anda ajukan pada diri sendiri. Sebagai contoh bandingkan dua pertanyaan berikut:

  • Orang yang bertanya “Apakah saya bisa sukses atau tidak ya?”
  • Orang yang bertanya “Bagaimana caranya supaya saya bisa sukses?”

Menurut Anda dari dua penanya di atas mana yang kira – kira lebih besar peluangnya untuk sukses? Yup betul sekali. Jawabannya adalah penanya yang kedua.

Kualitas pertanyaan yang Anda ajukan ke diri akan juga menentukan kualitas pencapaian Anda.

Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi tentang satu pertanyaan powerful yang bisa membuat Anda menjadi lebih berdaya, terutama ketika ada hal – hal tidak mengenakkan terjadi pada diri Anda.

Dan supaya pembelajaran lebih mengena dan mantap, berikut langsung disimak saja pengalaman pribadi saya yang mengilustrasikan hal ini. Langsung saja ya!

Awal Ceritanya

Akhir tahun lalu saya pergi berlibur bersama keluarga (sekalian mengajak mami dan adik saya) ke kota Semarang. Dan seperti biasa salah satu agenda wajib dalam liburan adalah… Wisata Kuliner!

Jadi kita pun asyik googling, Apa sih kuliner favorit di Semarang? Dan akhirnya pilihan kita jatuh ke tahu gimbal. Jika Anda tidak tahu seperti apa tahu gimbal itu, berikut penampakannya.

Tahu Gimbal Semarang

Jadi kita pun pergi ke satu warung (yang katanya para reviewer ini salah satu tahu gimbal paling enak di Semarang). Tanpa ragu – ragu kita pun langsung meluncur ke lokasi.

Sampai di sana ternyata rame dan macet banget karena tempatnya persis di depan taman kota. Lagian waktu itu juga dekat pergantian tahun. Cari tempat parkir susahnya bukan main, rasanya hampir semua spot sudah terisi penuh.

Tapi akhirnya kita bisa menemukan satu spot kosong, yang tanpa pikir panjang langsung kita tempati. Fiuuhh.. akhirnya dapat juga tempat parkir!

Singkat cerita, kitapun langsung menikmati tahu gimbalnya. Selesai makan jalan – jalan sebentar di taman kotanya. Waktu kembali ke mobil, inilah pemandangan yang kami jumpai…

Mobil Kami Digembok!

Yup.. mobil kami digembok! Gembok yang biasa digunakan oleh Dishub (Dinas Perhubungan) untuk mereka yang biasa parkir sembarangan. Plus di kaca jendela ada sticker yang berbunyi “Mobil Anda kami gembok karena melanggar peraturan… untuk melepaskannya hubungi nomor telepon…”

Jadi Anda bisa bayangkan betapa bingungnya saya waktu itu. Sudah posisi di luar kota, waktu itu juga sudah jam 9 malam. Plus nomor telepon yang tercantum di sticker ketika ditelepon tidak ada yang menjawab.

Nah, yang ingin saya bagikan kali ini adalah apa pembelajaran (terutama dalam hal komunikasi) yang bisa dipetik dari kejadian ini.

Heran kan?

Kejadiannya mobil digembok, pembelajarannya kok tentang komunikasi? Supaya tidak bingung dan bertanya – tanya, simak saja terus ya..

When Things Go Wrong…

Ketika hal – hal tidak mengenakkan terjadi pada diri Anda, misalnya saja:

  • Anda kehilangan pekerjaan
  • Anda tiba – tiba didiagnosa mengidap satu penyakit
  • Anda tertimpa sebuah kemalangan
  • (atau seperti saya) ban mobil Anda digembok

Maka reaksi apa yang biasanya pertama kali muncul dari diri Anda?

Jikalau Anda seperti kebanyakan orang (termasuk saya) maka biasanya yang pertama kali kita lakukan adalah menyalahkan orang lain atau menyalahkan situasi / kondisi.

When things go wrong, usually our first reaction is blaming other people or blaming the situation


Sama seperti saya waktu itu.. reaksi awal saya adalah MENYALAHKAN. Yang ada di benak saya waktu itu adalah…

  • “Ngapain tadi istri mengajak makan di sini. Kalau tidak makan di sini tentunya kan nggak mungkin mobil kita digembok”
  • “Tadi kenapa juga makannya lama banget! Sudah begitu selesai makan nggak langsung balik, pakai acara lihat – lihat air mancur segala. Coba kalau tadi cepat balik, mobil kita pasti belum sampai digembok”

Itulah reaksi normal yang pertama kali muncul. Pokoknya yang salah orang lain. Yang salah adalah situasinya. Tidak pernah diri kita sendiri yang salah atau yang bertanggung jawab.

Pernahkah Anda melakukan hal serupa? Ketika ada hal tidak mengenakkan terjadi, Anda langsung menyalahkan orang lain atau situasi.

Berikut Pencerahannya..

Setelah beberapa saat perasaan bercampur antara bingung dan sebel, tiba – tiba terngiang di benak saya sebuah inspirasi dari pelatihan yang baru – baru ini saja saya ikuti.

Waktu itu trainernya berkata, “Jika terjadi hal – hal tidak mengenakkan pada diri Anda, maka tanyakan pertanyaan berikut ke diri Anda: “

Yang artinya kurang lebih adalah “Apa andil saya sehingga hal ini bisa terjadi?” atau “Apa yang telah saya lakukan sehingga hal ini bisa terjadi?”

Pertanyaan ini adalah sebuah pertanyaan powerful yang mengembalikan personal responsibility / tanggung jawab ke diri kita.

Di awal ketika saya menanyakan pertanyaan tersebut ke diri saya “How Did I Create This?” maka reaksi saya adalah… “#$!!5#%S% Enggak, ini gara – gara istri saya. Dishub aja yang sembarangan dikit – dikit gembok @#!$”

Setelah 2 – 3x menanyakan pertanyaan “How Did I Create This?” ke diri sendiri baru saya bisa mulai refleksi dan menyadari bahwa sebenarnya saya punya andil, bahkan saya sendiri-lah yang mengakibatkan hal ini terjadi.

Semestinya tadi ketika parkir saya sempat mendengar adik saya berkata “Loo.. kita parkir persis di bahwa tanda P dicoret”. Akan tetapi saat itu saya malah mengindahkan dan melakukan 2 kesalahan komunikasi berikut.

Kesalahan Komunikasi Saya

1. Melakukan Selective Listening

Saya hanya mendengar apa yang ingin saya dengar saja. Dengan kondisi yang ramai dan beruntung bisa dapat tempat parkir, realita bahwa tempat parkir tsb adalah daerah larangan adalah kenyataan pahit.

Jika saya mendengar perkataan adik saya, itu artinya saya harus pindah dan bermacet – macet lagi. Duhh ribet banget. Jadi akhirnya saya memilih menghiraukan perkataan adik saya (pura – pura aja nggak denger).

Jadi ini-lah kesalahan pertama yang saya lakukan, saya hanya ingin dengar apa yang ingin saya dengar. Jika ada info tidak mengenakkan, saya hiraukan saja (walaupun itu realitanya)

2. Terkena Efek Social Proof

Waktu itu yang parkir di tempat larangan bukan hanya saya saja akan tetapi ada 5 – 6 mobil lain (dan semuanya juga kena gembok 🙂 ).

Andaikan saja waktu itu tidak ada mobil lain yang parkir di situ, saya PASTI tidak akan parkir di situ. Akan tetapi berhubung banyak yang melanggar, akhirnya saya juga ikut melanggar.

Inilah fenomena psikologi persuasi yang disebut social proof. Intinya adalah kita melakukan suatu hal hanya karena banyak orang lain yang juga melakukannya.

Akhirnya Saya Sadar…

Saat itu akhirnya saya sadar akan kesalahan saya. Saya juga merasakan betapa powerful-nya pertanyaan sederhana “How Did I Create This?”

Saya-lah yang bertanggung jawab atas hal buruk yang menimpa saya.

Pertanyaan ini mengembalikan rasa tanggung jawab dan personal power kepada diri saya. Saya menjadi lebih berdaya dan tidak lagi bermain playing victim (merasa hanya menjadi korban situasi dan kondisi).

Dengan perasaan lebih berdaya dan bertanggung jawab akan hal – hal yang terjadi pada diri, maka akan memampukan kita untuk bisa bertindak dan menghadapi situasi tersebut.

Jadi jika terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan pada diri kita, “Don’t play victim”, bersikap seolah – olah kita hanya menjadi korban dari situasi, kondisi atau perlakuan orang lain.

Akan tetapi… lakukan hal berikut:

Tanyakan pada diri sendiri “How Did I Create This?” Dan kembalikan rasa tanggung jawab dan personal power ke diri Anda.

Jadi Mobil yang Digembok Bagaimana?

Nah.. setelah Anda tahu pencerahan yang saya alami, mungkin Anda juga ingin tahu bagaimana kelanjutan kisah mobil saya yang digembok.

Intinya malam itu akhirnya menjadi malam yang panjang untuk saya 🙁

Setelah bolak balik menelepon nomor di sticker yang tidak bisa dihubungi akhirnya saya google nomor dishub Semarang. Akhirnya saya mendapat nomor lain (yang untungnya ada yang menjawab) yang langsung saya tanya bagaimana prosedur melepas gembok.

Berikut nih cerita ringkasnya…

  • Saya musti ke pos polisi terdekat dan mengaku jika sudah parkir sembarangan (dan meminta untuk dibuatkan surat tilang)
  • Cari ATM terdekat dan bayar tilangnya
  • Cari kantor Dishub sambil bawa surat tilang dan bukti transfer, kemudian minta mereka untuk buka gemboknya
  • Kembali ke kantor polisi untuk ambil SIM saya yang ditahan waktu ditilang

Kurang lebih itu versi singkatnya, yang versi komplitnya jauh lebih kompleks 🙁 mulai dari cari gojek, kantor dishub yang sudah tutup, sampai pompa ban yang kempis.

Intinya.. ini adalah pengalaman yang tentunya tidak ingin saya ulangi lagi 🙂

Pembelajaran Lainnya

Nah, selain hal tersebut di atas, ternyata ada hal lain yang juga bisa Anda cermati.

Seperti yang Anda ketahui, saya adalah seorang trainer di topik komunikasi akan tetapi ternyata saya juga tidak luput dari kesalahan – kesalahan berkomunikasi (bahkan sampai membuat mobil digembok).

Ini menunjukkan bahwa saya (dan saya yakin trainer – trainer yang lain juga) bukanlah pribadi sempurna di topik yang kita dalami. Kita bisa melakukan kesalahan. Kita juga masih terus belajar.

Bedanya dengan kebanyakan orang adalah… ketika membuat kesalahan kita aware (sadar) telah melakukan-nya sehingga bisa refleksi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Plus di sisi lain, saya jadi punya konten menarik untuk dibagikan entah melalui tulisan ini, video youtube, atau di training saya. Dan biasanya Anda suka dengan konten – konten seperti ini. Betul bukan?

Konten sederhana yang berasal dari pengalaman pribadi akan membuat orang lebih mudah menerima pembelajarannya. Plus Anda juga terhibur.. biasanya audiens / pembaca senang kalau isi cerita-nya adalah ketika saya sedang tertimpa kesialan 🙂

Dan di akhir kata saya ingin menyampaikan pesan pada Pak Polisi dan Dishub “Pak, saya kapok. Setelah ini nggak akan lagi parkir di bawah tanda larangan”

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"