Book Review “The First 20 Hours”

By David Pranata | Review buku

May 25

Kira-kira menyenangkan nggak?

Kalau pas mau foto, kita bisa fotografi
Kalau pas butuh edit-edit gambar, kita menguasai adobe photoshop
Kalau pas lapar dan ingin makan enak, kita bisa masak
Kalau pas musti presentasi, kita menguasai bagaimana cara presentasi yang baik
Kalau pas ingin olahraga, kita menguasai tennis dan yoga
Kalau pas lagi butuh penghasilan ekstra, kita menguasai skill trading saham

Wah.. pasti keren ya, bisa ini bisa itu. Hidup pasti juga terasa lebih mudah dan lebih bervariasi. Kita ingin menguasai banyak hal, akan tetapi sering kendalanya adalah kita tidak punya cukup waktu dan skill yang dibutuhkan untuk menguasainya.

Apalagi setelah anda baca bukunya Malcolm Gladwell yang berjudul Outliers, dimana dia mengatakan untuk menjadi jago dalam suatu bidang, anda butuh paling tidak 10,000 jam praktek supaya bisa menguasainya. Glodakkk… itu sih sama saja dengan musti belajar 8 jam sehari selama 3.5 taon nonstop (tanpa hari libur lagi). Bagaimana bisa?

Tapi.. eittss tenang dulu. Itu adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan sampai anda jadi benar-benar mahir ato istilah kerennya jadi expert. Tapi kenyataannya, untuk mempelajari sesuatu anda kan tidak musti sampai jadi benar-benar ahli kan?

Contohnya:

  • Untuk bisa masak dan menikmati makanan anda, tidak perlu belajar sampai setara chef bintang 5 kan?
  • Untuk bisa menikmati main golf, tidak perlu sampai punya skill setara Tiger Woods kan?
  • Untuk anda (dan orang di sekitar anda) bisa menikmati nyanyian anda, nggak perlu sampai jadi pemenang Indonesian Idol kan?

Sehingga kita nggak perlu sampai selama itu untuk bisa menguasai sebuah skill, bahkan anda bisa menguasai sesuai dalam waktu relatif singkat. Pengarang buku ini (Josh Kaufman) mengatakan paling tidak sediakan waktu 20 jam untuk berlatih, maka anda sudah bisa menguasai sesuatu. Teknik ini disebut oleh dia sebagai rapid skill acquisition.

Nah.. apa ini rapid skill acquisition?

Ini adalah sebuah teknik penguasaan skill dengan cara membagi skill tersebut ke bagian-bagian yang lebih kecil (subskill), identifikasi mana saja yang penting dan fokus mempelajari bagian tersebut dahulu. Setelah ini akan saya bahas apa beda rapid skill acquistion dengan belajar, berlatih dan pendidikan akademis.

Rapid Skill Acquisition VS Belajar (Learning)
Apakah anda juga mengalami hal ini? Anda belajar bahasa Inggris dari bangku SD sampai SMA (total 12 tahun lo 🙂 ), tapi begitu ketemu orang asing dan musti berbahasa Inggris langsung gelagapan dan tidak tahu apa yang musti diomongkan?
Tapi ada juga lo.. orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris (contoh: imigran) musti pindah ke Amerika dan dalam setahun saja sudah bisa ngomong, baca dan tulis Inggris dengan lancar.

Nah.. itulah bedanya rapid skill acquisition dan belajar. Rapid skill acquisition lebih menekankan hal esensial apa yang perlu dipelajari dan praktek. Sering dalam pelajaran bahasa Inggris di sekolah, yang kita terima lebih menekankan belajar grammar daripada belajar bicara, plus jarang sekali praktek. Hasilnya? ya itu.. sampe 12 tahun belajar pun diminta ngomong masih gelagapan.

Rapid Skill Acquisition VS Berlatih (Training)
Berlatih adalah proses mengulang-ulang hal yang secara mendasar sudah anda kuasai, tujuannya supaya anda tambah jago dan tambah kuat.
Contohnya adalah berlari. Anda sudah tahu dasar-dasar berlari, akan tetapi anda perlu berlatih supaya otot tambah kuat, nafas tambah tidak ngos-ngosan dan larinya tambah cepat. Inilah yang disebut dengan training.
Sedang rapid skill acquisition lebih ke proses di mana anda belajar dan menguasai hal-hal dasar yang dibutuhkan dalam sebuah skill.

Rapid Skill Acquisition VS Pendidikan Akademis
Pendidikan Akademis biasanya difokuskan supaya anda bisa melalui suatu persyaratan tertentu.
Contohnya adalah: seseorang yang masuk di jurusan teknik informatika dan belajar segala sesuatu tentang komputer dan pemrograman. Setelah dia lulus apakah dia bakal pasti bisa buka bisnis pemrograman komputer?
Belum tentu. Karena yang dia pelajari selama di bangku kuliah adalah supaya dia bisa memenuhi persyaratan yang ada saja (dalam hal ini adalah lulus UAS).
Sedang nantinya untuk membuka bisnis, tentunya dibutuhkan skill yang berbeda lagi, misal: bagaimana mendapatkan modal, meyakinkan customer, marketing dst.

Nah.. setelah kita tahu bedanya rapid skill acquisition dengan belajar, berlatih dan pendidikan akademis, sekarang mari kita belajar langkah-langkah untuk bisa menguasai sebuah skill dengan cepat. Penulis mengatakan ada 10 langkah yaitu:

Learn

1. Pilih hal yang anda sukai 
Pilihlah apa yang anda sukai, yang membuat anda tertarik untuk belajar. Anda akan belajar jauh lebih cepat jika anda belajar apa yang anda sukai
2. Fokuskan energi anda pada satu skill pada satu waktu
Menguasai hal baru membutuhkan waktu dan perhatian yang fokus. Jika anda ingin belajar banyak hal pada waktu yang sama, hasilnya malah tidak akan maksimal
3. Tentukan target kemahiran anda
Seberapa baik dan seberapa jauh anda ingin menguasai skill yang hendak anda pelajari? Apakah hanya sekedar untuk bersenang-senang? apakah sampai bisa mengalahkan tetangga anda yang sok? atau sampai jadi juara kampung?
4. Bagi skill tersebut ke subskill
Setiap keahlian pasti ada sub-subnya. Contoh: dalam presentasi anda bisa belajar bikin slide, body language, olah vokal atau menyusun konten. Break down skill tersebut, identifikasi yang paling penting dan konsentrasi belajar bagian tersebut dahulu.
5. Dapatkan peralatan yang dibutuhkan
Apa saja peralatan yang anda butuhkan? Untuk belajar tenis, anda musti ada raket tennis (kalau anda pakai panci penggorengan atau raket badminton tentu saja hasilnya akan berantakan)
6. Hilangkan hambatan yang ada untuk berlatih
Tentu saja akan ada banyak hal yang menghambat anda untuk memulai dan berlatih. Bisa saja mulai dari kondisi emosi (malas, malu), gangguan (acara TV yang menarik, handphone yang berbunyi terus) atau bisa saja tidak diijinkan istri 🙂
7. Dedikasikan waktu untuk berlatih
Berkomitmenlah untuk menyediakan waktu berlatih, rekomendasi adalah 90 menit tiap hari untuk skill baru.
8. Ciptakan jalur umpan balik
Anda perlu umpan balik untuk menentukan seberapa baik (atau buruk) performa anda. Umpan balik yang cepat akan membuat anda bertumbuh atau mengetahui kesalahan dengan cepat.
9. Berlatihlah dengan intens dalam jangka waktu yang pendek
Pakailah countdown timer dan set misalkan 20 menit. Dan begitu timer dimulai, mulailah berlatih tanpa ada alasan. Ini akan jauh lebih baik daripada anda mau berlatih 5 jam tapi tidak fokus
10. Tekankan pada kuantitas dan kecepatan
Jika di awal-awal anda fokus pada kesempurnaan, biasanya anda akan berakhir frustasi. Di awal, anda pasti banyak gagal dan salah. Oleh karena itu di awal anda lebih baik fokus pada kuantitas dan kecepatan sampai anda sampai pada level cukup baik.
Nah.. itulah  prinsip untuk belajar dan menguasai sebuah skill dalam waktu yang cepat. Si pengarang mengatakan paling tidak anda butuh sekitar 20 jam berlatih untuk sampai pada level good enough, yang membuat bisa membuat anda puas.

Pertanyaan: “Jadi, skill apa yang ingin anda pelajari sekarang?” Silahkan sharingkan di kolom komentar di bawah

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"

(2) comments

Add Your Reply