5 Cara Istimewa Menyampaikan Angka dalam Presentasi

By Surja Wahjudianto | Tips Presentasi

Feb 12

Menyampaikan angka dalam presentasi adalah satu hal yang menantang. Banyak presentasi data dan angka menjadi rumit dan membosankan. Pelajari tips dan trik melakukannya dalam artikel berikut ini.

Cara Menyampaikan Angka dalam Presentasi

Artikel adalah guest posting dari associate trainer saya yaitu Surja Wahjudianto yang sudah saya edit dan review. Surja sendiri adalah seorang trainer public speaking and bahasa inggris. Anda bisa menyimak tulisan dan profil Surja melalui blog pribadinya di http://katasurja.com/

Pernahkah Anda mendengar pembicara yang menyampaikan serangkaian angka lalu dilanjutkan dengan serangkaian angka berikutnya, dan berikutnya? Saya yakin Anda pernah.

Atau Anda malah pernah melakukannya? Kalau pun pernah, tidak perlu merasa bersalah. Kiat-kiat berikut ini akan membantu Anda menyampaikan angka dengan cara yang berbeda dan istimewa.

Angka memang penting dalam presentasi, tapi hanya jika disampaikan dengan baik dan jelas. Hanya menyebutkannya saja dengan cara yang biasa akan membuatnya jadi mudah dilupakan atau bahkan membuat presentasi menjadi membosankan.

Karenanya kita harus mengolah angka dengan cara yang tepat sehingga membuatnya menjadi menarik dan tidak mudah dilupakan.

Lalu bagaimana caranya mengolah angka sehingga menjadi indah dalam penyampaiannya?

5 Cara Istimewa Menyampaikan Angka:

1. Gunakan pembanding

Kebanyakan pembicara akan menyampaikan angka dengan cara seperti ini:

“Tinggi kapal pesiar Diamond Princess ini mencapai 62 meter.”

Ini mungkin saja jelas, tapi kurang menarik dan cenderung mudah dilupakan. Di samping itu 62 meter itu tidak semua orang bisa membayangkan seberapa tingginya. Coba bandingkan kalau angka tersebut disampaikan dengan cara seperti contoh berikut ini:

“Tinggi kapal pesiar Diamond Princess ini mencapai 62 meter, atau setengah tinggi dari tugu Monas.”

Dengan membandingkan dengan tugu Monas, ketinggian kapal Diamond Princess jadi lebih jelas di benak audiens. Ini karena kebanyakan orang tahu tugu Monas. Meski tidak semua orang pernah ke sana, setidaknya mereka pernah melihatnya di media. Dengan begitu mereka bisa membayangkan seberapa kira-kira tingginya.

Ketika memberikan pembanding pastikan pembandingnya tersebut adalah hal yang familiar untuk audiens. Karena jika tidak, alih-alih memperjelas, pembanding itu malah membuat audens tambah bingung.

Untuk contoh di atas, tentu audiens makin bertanya-tanya jika Anda memberi pembanding dengan “5 kali tinggi tandon air peninggalan Belanda di kota saya”. Bingung dan tidak bisa membayangkan bukan?

2. Perjelas matematikanya

Mari kita lihat contoh berikut ini:

“Menurut survei, rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan waktunya bermedia sosial selama 3,5 jam setiap hari.”

Angka 3,5 jam yang disampaikan dengan cara seperti ini terdengar biasa saja. Ini kurang memberikan dampak. Bandingkan jika contoh di atas diubah menjadi:

“Menurut survei, rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan waktunya bermedia sosial selama 3,5 jam setiap hari. Ini berarti 3,5 x 7 atau 24,5 jam dalam seminggu. Dengan kata lain kita menghabiskan waktu 1 hari dalam seminggu bermedia sosial!”

Angka 1 hari terdengar lebih dramatis daripada 3,5 jam. Dan dengan mengajak audiens untuk ikut berhitung membuat mereka paham dari mana angka 1 hari itu berasal. Mengetahui asal-usul angka ini penting untuk membuat pernyataan Anda terdengar makin logis dan bisa diterima.

Tentu saja pastikan hitung-hitungannya mudah diikuti oleh audiens. Jika hitung-hitungannya rumit (misal harus sampai menggunakan integral rangkap tiga), Anda bukannya memperjelas tapi malah membuat kepala mereka pening.

3. Tambahkan cerita

Angka-angka tidak menyentuh emosi, seberapa pun besarnya. Ini yang membuat angka itu mudah dilupakan. Ketika seorang pembicara menyampaikan jutaan anak putus sekolah atau menderita kelaparan, apa yang ada di benak Anda?

Mungkin saja Anda akan berkomentar, “Wah, sungguh menyedihkan!” Tapi bisa dipastikan Anda tidak akan sampai berlinang air mata.

Namun jika seorang pembicara bisa masuk ke dalam cerita seorang anak yang kelaparan dan menggambarkan perjuangan dan penderitaannya melalui apa yang dia alami sehari-hari, tentu banyak audiens yang harus menyeka air matanya. Ini karena cerita langsung menyentuh emosi.

Jika kisah penderitaan satu orang anak kelaparan saja sudah menyayat hati, tentu angka jutaan jadi terdengar lebih berbobot memberi efek.

Ingat bahwa audiens mengambil keputusan atau memberi penilaian berdasarkan emosi, yang didukung dengan logika. Cerita membangun emosi, angka-angka yang membawa logika.

4. Bawa langsung ke sumbernya

Bayangkan saya sedang presentasi dan inilah yang saya katakan kepada Anda:

“Jika Anda mempunyai buku “Rahasia Presentasi Steve Jobs” karangan Carmine Gallo dan Anda buka halaman 47, lalu Anda lihat di paragraf ke-dua setelah sub judul, maka Anda akan jumpai kalimat berikut ini: “Tiga adalah angka ajaib”.”

Penjelasan tersebut tentu lebih visual dan lebih menarik perhatian daripada sekedar menyampaikan: “Carmine Gallo mengatakan bahwa “Tiga adalah angka ajaib.”

Membawa langsung ke sumbernya itu membawa dua keuntungan:

  1. Membangun kredibilitas. Audiens jadi tahu bahwa Anda memang sudah membaca bukunya, bukan sekedar mengutip dari sumber yang tidak jelas.
  2. Lebih mudah diingat. Penjelasan yang mendetil dan deskriptif lebih menyentuh sensori audiens sehingga lebih diingat dalam jangka lama.

5. Gunakan interaktifitas

Misalkan pembicara dalam sebuah seminar untuk para tenaga penjual mengatakan hal seperti ini kepada audiensnya:

Menurut data dan pengalaman, setahun dari sekarang hanya 50 persen dari tenaga pemasar yang bergabung di perusahaan ini  yang akan bisa bertahan dan sukses. 50 persen sisanya akan pergi dan tak pernah kembali.

Sekarang coba tengok kawan di sebelah kanan atau kiri Anda. Tanyakan kepadanya, apakah setahun dari sekarang mereka ingin termasuk dalam kelompok 50 persen yang bertahan dan sukses, ataukah mereka ingin termasuk 50 persen yang pergi dan tak kembali.

Dengan mengajak audiens untuk berinteraksi seperti ini, selain angka yang ingin disampaikan bisa tersampaikan, juga berfungsi sebagai momen pengingat bagi audiens. Bila saatnya nanti mereka mengalami titik jenuh dan ingin menyerah, mereka akan ingat ucapannya dulu bahwa mereka ingin menjadi bagian dari 50 persen yang bertahan dan berhasil.

Sampai di sini Anda telah mempelajari 5 cara istimewa dalam menyampaikan angka untuk presentasi Anda. Tentu ada satu atau beberapa cara yang lebih Anda sukai dibanding yang lain. Penggunaannya silakan saja sesuaikan dengan situasi dan kebutuhan.

Namun perlu diingat bahwa tidak semua angka perlu disampaikan dengan cara istimewa seperti ini. Misalkan jika Anda harus memberikan presentasi laporan keuangan dan untuk setiap angka yang tertera Anda tambahkan cerita dan kegiatan interaktif tentu audiensnya malah kewalahan (dan presentasi Anda tidak selesai – selesai).

Selamat mempraktekkan dan buatlah presentasi Anda menjadi lebih istimewa dengan teknik menyampaikan angka ini!

About the Author

Surja Wahjudianto adalah pelatih presentasi kreatif. Pengalamannya mengajar di EF English First dan menjuarai beberapa kompetisi public speaking mengantarkannya menekuni bidang pelatihan ini. Dapatkan artikel-artikel dan karya-karya Surja lainnya di www.katasurja.com