Bagaimana jika ada seorang yang expert di audiens dan dia terus menerus men-challenge apa yang saya sampaikan? Simak saja jawaban lengkapnya beserta pertanyaan-pertanyaan lain yang sudah Anda sampaikan ke saya.
Seperti biasa artikel terakhir di bulan berjalan akan diisi dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah Anda ajukan ke saya. Ini dia sesi QnA edisi bulan November ini.
Ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh Pak Aris ke saya melalui email, kurang lebih berikut adalah yang dia sampaikan:
Pak David, saya sering pesimis ketika memberi materi karena saya sering di-challenge oleh audiens (dan notabene mereka adalah orang yang ahli di bidangnya). Apa yang harus saya lakukan?
Nah.. dalam menghadapi situasi seperti ini Anda bisa melakukan tiga langkah berikut:
Langkah #1: Di awal buatlah perjanjian / ketentuan bahwa akan dilakukan presentasi dahulu sampai akhir, setelah itu baru akan ada sesi tanya jawab. Dengan melalukan hal ini, Anda sudah meminimalkan adanya orang yang men-challenge / konfrontasi hanya di sesi tanya jawab saja.
Langkah #2: Sering ketika ada expert yang bertanya atau menchallenge, sebenarnya mereka tidak ingin bertanya, akan tetapi hanya ingin “diperhatikan” atau menunjukkan expertise-nya di hadapan audiens lain.
Untuk itu ketika Anda dikonfrontasi, pertama berikan apresiasi dahulu kepada dia, misal “Wah.. Bapak A ini kan jagonya ilmu X, kelihatan banget dari komentar / pertanyaannya nih”. Setelah itu dari komentar / pertanyaannya carilah satu poin yang bisa Anda setujui, akan susah berdebat dengan orang yang setuju dengan apa yang Anda sampaikan.
Langkah #3: Jika memang konfrontasi ini dilakukan terus menerus dan menganggu, Anda bisa berterima kasih dan menegaskan bahwa Anda respek dengan apa yang dia sampaikan, akan tetapi sekarang Anda harus lanjut dan menjawab pertanyaan peserta yang berikutnya / meneruskan materi Anda.
Sebenarnya saya sudah menjawab pertanyaan Pak Aris melalui email dan dia juga sudah mempraktekkannya, berikut adalah hasil yang dia share-kan ke saya “Terima kasih pak David atas solusinya, dan kemaren sudah saya buktikan. Jurus dari pak David memang luar biasa.”
Jadi untuk pembaca yang lain, silahkan coba untuk dicoba dan dipraktekkan ya!
Berikut adalah pertanyaan dari Pak David (iya betul namanya sama dengan saya):
Bagaimana cara menyiasati presentasi kepada audience yang terdiri dari sekumpulan orang asing dan orang lokal? Apakah normal untuk menyampaikan dalam dua bahasa (bilingual)? Terlebih bila si audience asing kurang lancar berbahasa Indonesia dan si audience lokal mengharapkan presentasi dalam bahasa lokal saja.
Untuk menghadapi situasi ini, saya teringat sebuah quote berbunyi “You can’t be everything to everyone”, yang interpresetasi nya kurang lebih adalah Anda tidak akan bisa menggembirakan setiap orang.
Hal yang sama saya alami ketika menjadi pembicara untuk acara Toastmasters (sesi dalam bahasa Inggris), panitia menerima beberapa pendaftar yang tertarik tapi tidak terjadi bergabung setelah mengetahui bahwa sesi akan dibawakan dalam Bahasa Inggris. Mereka berkata “Nanti ketika ada lagi dalam Bahasa Indonesia, saya akan ikut”
Apakah kita akan mengakomodasi mereka dan mengatakan “Oohh.. kalau begitu sekarang sesinya kita buat dalam dua bahasa”. Haha.. tampaknya susah untuk dilakukan deh. Yang bisa kita lakukan adalah melihat tujuan umum event yang salah satunya adalah untuk lebih mengembangkan Toastmasters… jadi event tetap kita adakan full dalam bahasa Inggris.
Jadi saran saya untuk Pak David adalah identifikasi tujuan utama presentasi Anda; siapakah yang paling berkepentingan untuk mendengar isi presentasi Anda dan bahasa pengantar apa yang cocok untuk dia. Pilihlah satu bahasa pengantar dan berpresentasilah dengan percaya diri menggunakan bahasa tersebut.
Nah, ini dia pertanyaan menarik dari Bu Yuna:
Bagaimana caranya selalu siap setiap saat utk presentasi tanpa pembuatan materi terlebih dahulu ^_^
Haha.. caranya adalah dengan memilih topik materi yang sudah biasa Anda bawakan 🙂 alias berbicara di topik-topik yang sudah Anda mengerti dan ketahui dengan mendalam. Sehingga sebetulnya secara tidak langsung Anda sudah bersiap sekian lama untuk berbicara melalui pengetahuan dan pengalaman Anda.
Atau jika Anda butuh bantuan untuk bisa membuat pemikiran lebih terstruktur, maka saya sarankan untuk mempelajari dan mempraktekkan teknik PREP. Teknik PREP ini sangat cocok untuk presentasi yang sifatnya impromtu (tanpa persiapan). Silahkan pelajari lebih lanjut detil teknik PREP ini di artikel berikut.
Pernah mengalami hal serupa seperti yang dialami Sari berikut?
Bagaimana menghentikan pembicaraan dengan orang yang sangat setiap bertemu selalu antusias bicara sampe arah pembicaraan sudah mulai membosankan serta tak mengenal waktu?
Jika Anda pernah mengalami situasi serupa, maka berikut adalah tips yang bisa saya berikan:
Antisipasi, jika Anda sudah tahu karakter orang yang akan Anda hadapi antisipasi dulu donk. Di awal Anda bisa berkata “Ehh.. saya cuma punya waktu 30 menit nih, setelah itu saya ada janji lain”. Haha.. jadi andaikata Anda terjeba pun, Anda hanya terjebak selama 30 menit 🙂
Cari cara kreatif untuk break pembicaraan, salah seorang teman saya punya cara melarikan diri dari pembicaran dengan ijin ke toilet 🙂 Haha.. atau pura-pura ditelepon istri diminta pulang ke rumah atau silahkan isi sendiri cara-cara kreatif Anda yang lain.
Hanya saja cara yang paling saya anjurkan untuk Anda adalah meminta teman Anda untuk mulai membaca blog ini, terutama tentang teknik PREP yang sudah saya sebutkan di atas. Nah.. dia nanti akan bisa bicara lebih to the point dan tidak berbelit-belit. (Dan jika saat ini Anda membaca tulisan ini karena direkomendasikan oleh teman Anda, maka tentunya Anda tahu anggapan teman tentang diri Anda 🙂 peace )
Dan berikut adalah pertanyaan terakhir sekaligus menghibur dari Ivana:
Bagaimana cara mengatasi rasa ngantuk saat orang lain sedang presentasi ?
Jawabannya adalah dengan tidak bergadang di malam sebelumnya dan minum kopi dulu sebelum mendengarkan acara presentasi 🙂 Hahaha… jawaban paling baik tentu saja dengan merekomendasikan yang akan berpresentasi untuk mengikuti blog ini.
Tips lain yang bisa saya berikan adalah dengan mencoba mencatat poin-poin penting yang ingin disampaikan pembicara. Kita mengantuk biasanya karena terlalu pasif mendengar saja, dengan mencatat maka baik pikiran maupun fisik kita akan lebih aktif.
Semoga tips ini membuat Ivana dan pembaca lain untuk tidak lagi mengantuk ketika mendengarkan presentasi!
Jadi itu tadi pertanyaan-pertanyaan yang bisa saya bahas dalam artikel kali ini. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar komunikasi dan presentasi maka Anda bisa juga mengajukan pertanyaan melalui kolom komentar di bawah ini.