Cara Mengubah Orang Lain Tanpa Kuatir Ditolak

By David Pranata | Tips Komunikasi

Jan 25

Pernah mencoba menasehati atau mengubah orang lain tapi malah ditolak, dijauhi, bahkan nomor Anda diblok? Simak tips komunikasi berikut untuk meyakinkan orang tanpa lagi kuatir ditolak.

mengubah orang tanpa kuatir ditolak

Saya yakin Anda pasti pernah harus membujuk atau meyakinkan orang lain untuk berubah (bisa jadi dalam urusan pekerjaan ataupun dalam hidup sehari – hari). Berikut adalah beberapa contoh yang umum terjadi:

  • Jika Anda seorang sales, Anda ingin merubah pandangan calon customer untuk mencoba / beralih ke produk Anda
  • Anda harus meyakinkan atasan untuk menyetujui proposal kegiatan atau pengadaan barang yang sudah Anda susun
  • Anda musti membujuk anak Anda untuk lebih banyak makan sayuran, mengurangi nonton TV, lebih rajin belajar dll (Anda yang sudah punya anak pasti bisa menyusun daftar ini sampai panjang sekali)
  • atau jika Anda tergabung di satu organisasi atau perusahaan.. mungkin punya rencana untuk bisa mengubah dunia

Akan tetapi.. apakah mengubah orang lain itu mudah? Kenyataannya adalah TIDAK. Mengubah sesuatu / seseorang itu tidaklah mudah. Hukum inersia berlaku di sini yaitu – “Orang cenderung tetap melakukan apa yang sudah biasa mereka lakukan”.

Dalam Menghadapi Penolakan Apa yang Biasa Kita Lakukan?

Tendensi yang dilakukan kebanyakan orang adalah TERUS PUSH (sambil berkata Jangan Pantang Menyerah).

  • Calon klien masih belum beli produk kita? Telepon lagi, bujuk lagi (kalau perlu bombardir terus sampai beli)
  • Atasan masih belum menyetujui proposal? Suguhi tambahan data pendukung plus jelaskan lagi dengan panjang lebar sampai dia setuju
  • Anak masih susah makan sayuran? Omeli lagi, terus beri petuah kalau perlu sampai menangis dan akhirnya mau makan

Kita mengira bahwa dengan memberikan tambahan informasi, fakta, alasan, argumen atau tambahan tekanan, orang lain akhirnya akan mau berubah. Akan tetapi apa kenyataannya?

Seringkali usaha ekstra yang kita lakukan dalam mengatasi penolakan malah membawa hasil yang bertolak belakang.

Klien tidak mau lagi mengangkat telepon (bahkan nomor kita diblok). Atasan berkata “Ok, nanti saya lihat lagi” (yang sebetulnya cara halus untuk berkata “SAYA GAK SETUJU PROPOSALMU”). Hubungan dengan anak menjadi renggang karena dia merasa sering dimarahi terus.

Jadi Musti Bagaimana?

Kali ini kita ingin belajar satu teknik komunikasi yang bukannya push harder, akan tetapi berfokus ke bagaimana mengurangi resistensi / penolakan yang terjadi. Kita ingin menghilangkan keberatan atau atau mengurangi hambatan yang membuat orang tidak mau berubah.

Kita ingin mengatasi penolakan dengan memanfaatkan prinsip psikologi dan komunikasi. Berikut adalah satu premis / prinsip dasar yang ingin kita gunakan.

Prinsip dasar: Orang tidak suka dinasehati, dipaksa atau disuruh – suruh

Setujukah Anda dengan perkataan di atas?

Untuk mencek benar tidak perkataan di atas coba Anda cermati beberapa contoh berikut. Pernahkah Anda menemui fenomena di bawah ini (atau bahkan mengalaminya sendiri)?

  • Semakin didorong – dorong untuk mencoba, memakai atau melakukan sesuatu, Anda malah menjadi jengkel dan justru memutuskan tidak mau mencobanya
  • Anda sudah melarang anak remaja Anda untuk berpacaran dengan temannya yang Anda anggap tidak beres. Akan tetapi semakin dikekang ternyata malah semakin bandel
  • Semakin sesuatu dilarang atau tidak diperbolehkan, misalnya saja merokok, malah membuat orang ingin tahu dan mencobanya

Mengapa fenomena tesebut bisa terjadi? Karena orang butuh kebebasan dan otonomi. Mereka butuh untuk merasa bahwa hidup, keputusan dan tindakan berada dalam kendali mereka sendiri bukan berada dalam kendali orang lain.

Menyuruh, menasehati, melarang atau bahkan memaksa hanya akan membuat timbulnya resistensi. Jadi seringkali ketika kita menyuruh, menasehati, melarang atau memaksa orang melakukan sesuatu malah membuat mereka enggan melakukannya.

Jadi bagaimana cara berkomunikasi yang tepat untuk bisa mengatasi penolakan dan resistensi yang timbul? Berikut adalah dua tips sederhana yang bisa Anda gunakan dalam komunikasi sehari – hari.

Tips Komunikasi Mengatasi Penolakan

Tips #1 Sediakan Menu

Pernah pergi makan di restoran? Setelah duduk, pasti Anda akan memilih makanan. Katakanlah Anda pergi ke restoran Italia, mungkin Anda akan memilih apakah akan makan pasta, pizza atau lasagna. Tapi apakah bisa bebas memilih semua jenis masakan?

Tidak juga. Jika Anda mau pesan nasi pecel atau batagor ya pasti tidak bisa.

Itulah analogi dari konsep sediakan menu. Jadi yang dimaksud menu adalah satu set pilihan terbatas yang membuat orang bisa memilih.

Tips#1 sediakan menu

Supaya lebih jelas berikut adalah contoh penerapan tips “Sediakan Menu” dalam kehidupan sehari – hari.

Meminta Anak Makan Sayur

Saat meminta anak makan sayur, yang biasa dilakukan kebanyakan orang tua adalah:

  • Mengkuliahi anaknya dengan panjang lebar tentang pentingnya makan sayur (dan bahaya kurang gizi)
  • Memaksa, memarahi dan menyuruh anak untuk segera cepat menghabiskan sayurnya

Cara di atas mungkin bisa berhasil, akan tetapi biasanya menimbulkan resistensi. Anak makan sayur tapi dengan rasa enggan dan terpaksa. Jika Anda sedang tidak berada di situ, ya dia tidak lagi makan sayurnya.

Jika Anda menggunakan tips “Sediakan Menu” artinya Anda meminta dia makan sayur dengan cara memberikan pilihan. Berikut adalah contoh – contoh yang bisa Anda gunakan:

  • Mau makan yang mana, buncis atau wortel? (Dua – duanya sayur, jadi apapun yang dipilih dia tetap makan sayur)
  • Mana yang mau dimakan duluan, ayamnya atau sayurnya? (Mana yang akhirnya dimakan duluan tidak penting, yang penting dia tetap makan sayurnya)
  • Ini sayurnya mau dimakan begini saja atau diberi kecap? (Mau dengan kecap atau atau kecap juga tidak penting, yang penting dia kan tetap makan sayurnya)

Dengan memberikan pilihan seperti contoh di atas, maka anak tidak merasa disuruh – suruh atau dipaksa. Mereka merasa punya kendali akan keputusan mereka (dalam contoh di atas adalah tentang apa yang akan dia makan).

Supaya lebih konkrit lagi bagaimana penerapan tips Sediakan Menu, berikut adalah beberapa tambahan contoh – contohnya yang lain:

  • Saat mengajak suami / istri olah raga: “Besok kita mau jalan pagi atau sepedaan?” atau bisa juga “Jalan paginya jadi mau hari Sabtu atau hari Minggu?” (bukannya sekedar “Besok pagi olahraga yuk!” atau bahkan “Kamu harus lebih rajin olahraga deh!”)
  • Kisah pengalaman pribadi saya dari barista Starbucks yang jago jualan: “Pak tambahan espresso shot nya mau 1 shot atau 2 shot?” (bukannya sekedar “Pak, kopinya mau ditambah espresso shot?”)
  • Memulai saat reading time / baca buku dengan anak saya: “Gwen, sekarang mau baca buku yang mana, seri Why ini? atau novel Lima Sekawan ini?” atau bisa juga “Gwen, mau sikat gigi dulu baru baca buku? atau baca buku dulu sikat giginya nanti?” (bukannya sekedar “Gwen kamu musti rajin baca buku lo!”)

Tips #2 Bertanyalah, Jangan Menyuruh

Kembali pada prinsip dasar bahwa orang tidak suka disuruh – suruh, kalaupun melakukan mereka merasa bahwa inisiatifnya bukan dari mereka sendiri. Mengajukan pertanyaan akan membuat orang merasa bahwa ide / inisiatif untuk berubah datangnya dari sendiri.

Tips #2 bertanya, bukan menyuruh

Berikut adalah contoh bagaimana saya menerapkan tips “Bertanyalah, Jangan Menyuruh” kepada anak saya, Gwen. Kalau contoh yang di atas adalah untuk makan sayur, maka contoh berikut adalah untuk membaca buku.

Saat Membaca Buku

Suatu malam Gwen datang ke saya dan berkata “Daddy, boleh nonton film Paw Patrol lagi?”

Berikut adalah bagaimana cara saya menanggapi dan mengubah dari waktu menonton film kartun menjadi waktu membaca buku.

Saya: “Tadi sore sudah sempat nonton film berapa episode?”
Gwen: “Dua episode”
Saya: “Hmm… berarti hari ini sudah nonton sekitar 40 menitan lebih lo, sama biasanya satu hari kan nontonnya max 2 episode. Betul ya?”
Gwen: “Iya”

Saya: “Begini deh Gwen, coba lihat buku Why yang tentang Human Being itu, sudah selesai dibaca belum?”
Gwen: “Masih belum selesai”
Saya: “Hari ini sudah sempat baca buku atau masih belum?”
Gwen: “Umm… masih belum sih”
Saya: “Sebentar lagi sudah waktunya tidur lo.. kalau sekarang nggak reading time nanti akhirnya nggak ada waktu baca. Jadi bagaimana?”
Gwen: “Ok deh, sekarang baca buku aja”

Dalam percakapan di atas saya hanya bertanya dan mengarahkan saja, tidak menyuruh atau memarahi. (walau dalam kenyataannya ya sering tidak semudah itu 🙂 ) Saya harap dari contoh di atas Anda bisa mendapat gambaran besar penggunaan tips “Bertanya, Jangan Menyuruh”.

Selain untuk mengatasi penolakan, mengajukan pertanyaan juga memiliki dua manfaat lain yaitu:

  1. Menggali informasi dari masalah yang dihadapi – bertanya akan membuat orang menjadi lebih terbuka dan seringkali mengungkapkan keberatan atau hambatan yang mereka alami untuk berubah
  2. Membuat orang lebih berkomitmen – karena dengan bertanya inisiatif perubahan datangnya berasal dari pribadi yang bersangkutan sendiri

Nah, jadi itu adalah dua tips sederhana cara berkomunikasi yang bisa Anda gunakan untuk mengatasi penolakan. Saya sudah tulis dan beri contoh sesimple mungkin sehingga bisa dengan mudah langsung Anda praktekkan.

Selamat mencoba ya! Silahkan juga untuk berbagi kisah pengalaman Anda tentang tips ini dalam kolom komentar di bawah.

Supaya lebih jelas dan aplikatif lagi, saya juga akan berbagi tips – tips komunikasi sederhana dalam bentuk video di channel youtube saya. Di tahun 2021 ini, saya nanti akan lebih sering upload konten di youtube (plus akan menampilkan si Gwen juga). Silahkan subscribe di channel youtube saya lewat link berikut ya!

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"