Ingin membuat audiens Anda terpukau, terinspirasi dan ingin mendengar presentasi Anda yang berikutnya? Salah satu caranya adalah membuat kata penutup presentasi yang berkesan dengan cerita.
Cerita adalah salah satu teknik power closing yang sangat efektif untuk meninggalkan kesan yang mendalam pada diri audiens sekaligus menginspirasi mereka untuk bertindak. Untuk teknik power closing yang lain beserta langkah-langkah menutup presentasi bisa Anda simak di artikel saya yang berikut ini.
Menggunakan cerita untuk kata penutup presentasi adalah satu cara yang menjadi favorit saya, hampir 80% presentasi sengaja saya rancang untuk ditutup dengan menggunakan cerita.
Lalu apa saja kriteria cerita yang bisa Anda gunakan sebagai kata penutup presentasi? Berikut adalah beberapa tips dari saya:
Dan saya kira sampai di sini Anda pasti sudah ingin mendapatkan contoh bagaimana melakukannya 🙂 Berikut adalah satu cerita yang sering saya gunakan untuk menutup presentasi. Bagian ini juga saya ambil dari buku saya “Speak with Power” yang saat ini sudah disetujui penerbit dan sedang menjalani proses editing.
Untuk mengakhiri keseluruhan presentasi hari ini, saya akan menutup dengan sebuah cerita.
Ini adalah kisah dari kedua orang tua saya, mereka berdua tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Tengah yaitu Kudus. Papi saya sendiri bekerja di sebuah pabrik rokok di sana. Hanya saja di usianya yang menginjak 57 tahun, Papi saya harus menerima sebuah kenyataan yaitu dia harus pensiun dari pekerjaannya.
Jika Anda berada pada usia tersebut, apakah Anda masih memerlukan penghasilan?
Oleh karena itu akhirnya Papi Mami berusaha untuk berwirausaha dengan membuka pesanan roti dan snack. Mami memang memiliki keahlian untuk membuat roti, kue dan snack. Salah satu item favoritnya adalah roti pisang coklat.
Dalam hal ini Papi berusaha untuk membantu membuat roti, akan tetapi setiap kali hal ini terjadi mama selalu komplain “Loo.. ini rotinya kok ukurannya nggak sama ya, ada yang besar, ada yang kecil. Loo.. yang ini kok malahan nggak ada coklatnya sama sekali?”
Dan akhirnya Papi saya lebih memilih menjadi CDO (Chief Delivery Officer) alias bagian pengepakan dan pengiriman. Tugas utamanya adalah mengirim roti yang sudah jadi ke toko-toko langganan. Dan dalam hal ini Mami tidak bisa komplain lagi, Mami kan tidak bisa menyetir.
Suatu hari selesai mengantar roti pesanan, Papi menyeberang jalan. Tiba-tiba ada sebuah sepeda motor menyerempetnya. Papi terjatuh dengan kepala menghantam aspal lebih dahulu.
Setelah sempat koma selama dua hari di rumah sakit, akhirnya Papi berpulang. Saya berada di sisi tempat tidurnya di saat Papi berpulang.
Waktu perjalanan dari rumah sakit ke rumah duka dengan ambulans, saya bisa melihat wajah sedih dari Mami. Saat itu juga sekian banyak pikiran yang ada di kepala saya “Apa yang harus kita lakukan setelah ini? Apakah Mami akan tinggal sendiri di Kudus? Ataukah kami harus membawanya ke Surabaya?”
Karena tidak tahu apa yang yang paling tepat akhirnya saya pun memberanikan diri untuk bertanya “Mi… Apa rencana Mami setelah ini?” Walaupun di tengah sirine ambulan yang memekakkan telinga, anda bisa merasakan keheningan yang terjadi.
Dan akhirnya Mami memecah keheningan dengan berkata “Mami.. ingin tetap tinggal di Kudus dan meneruskan usaha pesanan roti… Â dan Mami ingin belajar menyetir mobil”
(hening sekitar 5 detik)
Di usianya yang waktu itu menginjak 55 tahun, di mana banyak orang seusianya sudah berhenti belajar dan hanya sekedar menikmati hidup, Mami saya tetap terus belajar. Pertanyaannya sekarang adalah:
Apakah Anda juga terus belajar?
Berapa banyak buku yang sudah Anda baca dalam satu tahun terakhir?
Apakah ada skill baru yang Anda pelajari selama satu tahun ini?
Apapun pekerjaan atau profesi anda teruslah belajar karena kita hidup untuk belajar. Jikalau ada satu hal yang saya ingin anda ingat malam ini adalah Teruslah Belajar.
Selamat malam, semoga bermanfaat dan menginspirasi!
Itulah contoh cerita yang sering saya gunakan untuk menutup presentasi. Tujuan utamanya adalah untuk menginspirasi audiens bertindak (terus belajar) dan meninggalkan kesan yang mendalam pada mereka. Oleh karena itu sengaja saya memilih cerita yang menyentuh dan sangat personal (bahkan sampai membuat saya ragu untuk menuliskannya di blog ini).
Harapan saya dengan mensharingkannya di sini, bisa memberi contoh yang tepat sekaligus menginspirasi anda. Lain kali giliran andalah yang akan menginspirasi audiens dengan cerita penutupan presentasi anda. So.. What’s Your Story?