Who Wants to Be A Public Speaker?

By David Pranata | Tips Presentasi

Jun 10

Jadi Anda betul ingin menjadi seorang trainer / public speaker? (yang katanya orang bisa keliling Indonesia, tidur di hotel bintang lima sudah begitu masih dibayar pula) sebelumnya baca ini dulu ya.

Beraspirasi menjadi seorang public speaker? Mungkin tulisan ini bisa membantu

Saya menjumpai banyak orang beraspirasi untuk menjadi seorang trainer / public speaker. Jika saya cermati biasanya hal ini berawal dari hobby,  kesukaan atau passion untuk mengajar, bisa jadi hal ini muncul karena aktif di klub Toastmasters, organisasi, atau memang sudah mengajar sebagai guru / dosen.

Mereka menikmati aktivitas berbicara dan berbagi di atas panggung (atau dalam kondisi sekarang di zoom meeting 🙂 ). Perasaan bahagia bisa melakukan sesuatu yang disukai sambil menyaksikan audiens mendapatkan manfaat akhirnya membuat mereka berpikir untuk melakukan sesuatu yang tidak terpikir sebelumnya.

Mereka memutuskan untuk mencoba terjun di dunia professional speaking / training.

Nah, jika deskripsi di atas menggambarkan diri Anda, berikut adalah artikel yang wajib Anda baca.

Realitanya…

Menyenangi dan kompeten melakukan public speaking tidaklah cukup untuk membuat Anda bisa menjadi seorang public speaker.

Berdasar pengalaman saya, memiliki kemampuan public speaking dan mampu menyampaikan materi secara menarik akan membantu untuk membuat Anda di hire kembali atau direkomendasikan ke pihak lain.

Akan tetapi kemampuan tersebut ( skill public speaking yang mumpuni) masih kurang membantu untuk bisa mendapatkan calon – calon klien (yang tentunya di awal – awal karir sangat Anda butuhkan). Sehingga untuk bisa sukses dalam bidang ini (baik secara performance maupun secara bisnis), ada beberapa aspek lain yang harus Anda kuasai.

Untuk bisa menjadi seorang public speaker seutuhnya paling tidak ada tiga hal utama yang harus Anda kuasai. Kehilangan salah satu aspek ini akan membuat Anda kesulitan untuk mengembangkan karir. Apa saja hal – hal tersebut? Ini dia jawabannya…

1) Expertise di Topik Anda

Saat Anda ingin menjadi public speaker, inilah mindset pertama yang harus Anda miliki.

You are not a speaker, you are an expert who speaks – Brendon Burchard.

Artinya adalah “Anda bukanlah seorang pembicara, akan tetapi Anda adalah seorang ahli / pakar yang menggunakan berbicara sebagai cara untuk meyampaikan pesan Anda.” Jadi di sini positioning Anda bukanlah seorang public speaker, akan tetapi seorang expert di suatu bidang / topik.

Mengapa demikian?

Calon klien tidak mencari dan menghire seseorang karena dia memiliki skill public speaking yang bagus dan menarik. Dalam hal ini berhasil memenangkan atau menjuarai kontes public speaking tidak akan membantu Anda mendapatkan klien.

Jikalau demikian apa sebenarnya alasan sebuah organisasi, instansi atau perusahaan memutuskan untuk menggunakan jasa seorang trainer / public speaker? Berikut adalah alasannya:

  • Ingin memecahkan masalah yang mereka alami, misal: penjualan yang rendah, komunikasi internal yang buruk, karyawan yang tidak termotivasi
  • Ingin mendapatkan hasil yang mereka inginkan, misal: mencapai grade pelayanan prima, mampu membawakan presentasi ke BOD dengan jelas dan ringkas, meningkatkan penjualan min 10 %

Atau dengan kata lain mereka berharap untuk mendapatkan value / result dari sebuah program training atau seminar. Oleh karena itu mereka akan mencari expert di topik tersebut yang bisa membantu mereka.

Buktinya?

Di pencarian google, calon klien tidak akan mencari menggunakan kata kunci “public speaker menarik”, “trainer yang humoris” atau “pembicara yang tidak membosankan”. Tidak.

Melainkan, mereka akan mencari menggunakan kata kunci sesuai topik yang mereka butuhkan, misal: “training presentasi”, “pembicara pelayanan prima”, “trainer leadership”

Jadi apa implikasinya?

Sebagai seorang public speaker, Anda harus menentukan topik / expertise di mana Anda ingin bermain. Kelihatannya hal ini cukup jelas, akan tetapi dalam kenyataannya banyak orang beraspirasi menjadi public speaker tanpa tahu pasti topik apa yang ingin mereka dalami.

Di sisi lain Anda juga tidak bisa menjadi pembicara serba ada, misal:

  • Topik motivasi? bisa.
  • Topik bisnis? bisa juga.
  • Topik fotografi? tentu bisa.
  • Cara melangsingkan tubuh? Pasti bisa.

Saran saya adalah, terutama di awal – awal karir, fokuslah di satu bidang / topik dan bangunlah expertise Anda di topik tersebut. Belajarlah dari expert – expert ternama di topik tersebut, jika perlu asosiasikan diri Anda juga dengan mereka. Brandingkan diri Anda menjadi seorang expert di topik tersebut.

Di jaman sekarang ini tersedia sekian banyak pilihan topik, mulai dari yang general (umum) sampai ke topik yang spesifik (niche). Berikut adalah beberapa contohnya:

  • Anto, pakar Investasi Property melalui kost – kostan
  • Natali, trainer public speaking for teens
  • Santi, pakar leadership in time of crisis
  • Jono, pakar toys fotografi

Extra tips: sering memulai dari topik niche bisa memberikan nilai lebih dan diferensiasi untuk  Anda.

Selain itu, berikut adalah beberapa hal yang bisa membantu meningkatkan kredibilitas Anda sebagai seorang expert di topik yang Anda pilih.

  • Menulis buku di topik tersebut (atau jika ini terasa susah, paling tidak memiliki blog atau youtube channel berisi konten – konten karya Anda)
  • Memiliki sertifikasi yang menunjukkan kompetensi Anda di topik tersebut, misal: punya gelar dan sertifikasi C.Ht (certified hypnotherapist)
  • Tergabung di asosiasi yang kredible di topik tersebut, misal: menjadi ketua di Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
  • Mengasosiasikan diri Anda dengan expert terkenal di topik tersebut, misal: TDW certified trainer

2. Skill Mentransfer Expertise Anda

Biasanya inilah hal pertama yang dimiliki oleh mereka yang beraspirasi menjadi seorang public speaker, yaitu mereka memiliki skill public speaking yang mumpuni. Dalam dunia professional speaking / training, kira – kira hal ini akan berpengaruh signifikan di mana?

  • Membuat peserta senantiasa tertarik, enjoy dan terinspirasi saat mendengar sesi Anda, sehingga….
  • Anda akan dihire ulang atau direkomendasikan ke pihak lain

Yup.. dari hasil pengalaman saya, skill public speaking yang bagus akan membuat Anda mampu bertahan dalam bisnis ini. Karena terbukti mampu membawakan program dengan menarik, maka klien akan menggunakan jasa Anda kembali atau bahkan merekomendasikan jasa Anda ke pihak lain.

Akan tetapi tidak-kah Anda penasaran bahwa di point kedua ini tidak saya tulis skill public speaking, melainkan skill transfer expertise?

Jawabannya adalah karena public speaking bukanlah satu – satunya cara untuk mentransfer expertise Anda kepada para peserta. Ada banyak cara – cara lain yang bisa Anda gunakan untuk mentransfer expertise, berikut adalah beberapa contohnya:

  • Training skill .. ini skill yang berbeda dengan public speaking dan mutlak harus Anda kuasai (apalagi di Indonesia, demand untuk sesi keynote speaker durasi 90 – 120 menit sangat – sangat terbatas, akan tetapi demand untuk sesi training durasi 1 – 2 hari cukup bagus)
  • Facilitation skill.. sangat krusial terutama ketika Anda menggunakan pendekatan experiential learning / game based learning
  • Coaching skill.. saat Anda membantu klien secara individu untuk mencapai tujuannya
  • Menulis.. baik untuk meningkatkan kredibilitas serta membantu proses marketing Anda
  • Membawakan sesi melalui media.. terutama di jaman sekarang di mana mayoritas pembelajaran via online
  • Recorded media presentation (baik melalui screencast, direct shoot atau podcast), di mana Anda bisa menyajikan pembelajaran dalam bentuk online course

3. Marketing Skill

Hal ketiga yang wajib Anda miliki adalah skill marketing untuk memperkenalkan produk atau jasa Anda. Sebagai seorang public speaker, Anda harus memiliki sebuah sistem di mana Anda merancang:

  • Bagaimana cara calon klien mengenal dan menemukan jasa Anda
  • Bagaimana meyakinkan klien bahwa program Anda adalah yang paling tepat untuk kebutuhan mereka
  • Follow up dan negosiasi dengan calon klien
  • Bagaimana klien akan menggunakan jasa Anda kembali (repeat order) dan merekomendasikannya pada pihak lain

Jika tidak ingin melakukan hal ini, bisa saja Anda bergabung ke sebuah training company yang sudah berjalan. Hanya saja di sana berarti Anda hanya sebatas membawakan training, bukan benar – benar membangun brand dan kredibilitas Anda sendiri.

Pengalaman Pribadi Saya

Dulu saya memulai karir sebagai public speaker dengan menggunakan strategi “Hope Marketing” artinya sekedar berharap saja.  Hints: strategi ini bukanlah strategi yang baik dan bisa diandalkan untuk pendapatan kontinu dalam jangka panjang.

Berikut adalah hal -hal yang saya lakukan saat itu:

  • Hadir ke sekian banyak acara atau event networking dan berharap di sana bisa bertemu dengan orang tepat yang membutuhkan jasa saya.
  • Mengandalkan word of mouth dari teman – teman untuk merekomendasikan jasa saya kepada kenalan / keluarga mereka yang sekiranya membutuhkan
  • Pernah juga saya catat alamat email bagian HRD yang ada di lowongan pekerjaan dan kemudian saya kirimi proposal penawaran program training.

Hasilnya? Sangatlah minim. Kemungkinan bertemu atau menjalin kontak dengan orang yang tepat tidaklah besar (walaupun pernah juga terjadi), berhasil bertemu-pun belum tentu saat itu mereka membutuhkan jasa seorang trainer.

Satu dua kali saya bisa mendapatkan kontrak training menggunakan cara – cara di atas. Akan tetapi untuk bisa mendapatkan income kontinu dan menjadikan public speaker sebagai profesi yang bisa dijalani secara full time masih belum mampu.

Barulah setelah itu, melalui teman baik saya Pak Sukarto, saya belajar cara marketing yang tepat. Berikut adalah beberapa hal yang saya pelajari, terapkan dan membuahkan hasil:

  • Cara membangun website yang tepat (website / blog ini 100% saya buat dan desain sendiri) Ini adalah aset utama saya
  • Menggunakan content marketing untuk mendatangkan traffic / pengunjung ke website saya
  • Menggunakan paid ads (Google ads) untuk mendatangkan calon klien yang tepat
  • Membuat landing page yang sesuai untuk menjelaskan program saya kepada calon klien
  • Membangun sistem follow up baik secara in-person maupun follow up otomatis menggunakan email marketing

Hasilnya adalah saya bisa mendapatkan calon – calon klien potensial secara kontinu. Sistem ini jugalah yang akhirnya berhasil membuat saya mendapat kesempatan untuk bisa sharing di berbagai perusahaan dan instansi ternama seperti: Bank Indonesia, PLN, Pertamina, Kementrian Luar Negeri, Ditjen Pajak, Unilever, Astra, HM. Sampoerna, Medco, Adira Finance, Adidas dll.

Berdasar pengamatan saya, skill ketiga (marketing skill) inilah yang saya cermati paling jarang dimiliki dan diketahui oleh mereka yang beraspirasi menjadi public speaker. Cukup banyak orang yang sudah memiliki expertise (skill #1), mampu membawakan materi dengan menarik (skill #2) akan tetapi tidak tahu bagaimana cara yang tepat memarketingkan produk / jasa mereka.

Hal ini menjadikan mereka harus bergantung pada training company atau event organizer untuk memasarkan jasa mereka (dan berakhir tidak bisa membangun branding / karir mereka sendiri) atau akhirnya mengubur impian untuk menjadi public speaker karena tidak bisa mendapatkan steady income dari profesi ini.

Saat Anda benar-benar ingin memantapkan karir menjadi public speaker, maka saran saya adalah segera pelajari dan kuasai ketiga skill utama di atas.

Carl Newport dalam bukunya “So Good They Can’t Ignore You” mengatakan bahwa bermodal passion saja dalam menjalani suatu profesi tidaklah cukup. Sama halnya dengan ketika Anda ingin menjalani profesi sebagai public speaker, bermodal passion suka mengajar dan berbagi saja tidaklah cukup.

Untuk sukses menjadi public speaker, dedikasikanlah tenaga dan waktu Anda untuk menguasai tiga skill utama tersebut. Belajar, terapkan dan praktekkan sampai akhirnya Anda menjadi benar – benar cakap, benar – benar baik sampai orang lain pun tidak bisa menghiraukan diri Anda lagi. Good luck on your journey!

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"