3 Faktor Pemicu Humor dalam Presentasi

By Surja Wahjudianto | Tips Presentasi

Aug 26

Humor adalah bumbunya presentasi. Tanpa humor presentasi jadi terasa hambar. Namun demikian, meski tahu pentingnya humor, banyak orang yang merasa tidak pede membuat audiens tertawa dalam presentasi.

Humor dalam Presentasi

Jika Anda termasuk mereka yang tidak pede menggunakan humor dalam presentasi, jangan khawatir. Di sini saya akan membagikan kepada Anda formula yang telah teruji untuk memancing tawa audiens.

Manfaat humor dalam presentasi

Agar Anda semakin bersemangat untuk memberikan humor dalam presentasi, berikut ini saya bagikan beberapa manfaatnya:

  1. Sebagai ice breaker. Humor bisa membantu Anda untuk memecahkan kebekuan saat memulai presentasi. Ketika di awal presentasi Anda berhasil membuat audiens tertawa, saat itulah kebekuan mencair. Anda jadi lebih rileks dan audiens lebih bisa menerima presentasi Anda.
  2. Membuat Anda lebih disukai. Pembicara yang bisa memancing tawa cenderung lebih disukai audiens daripada pembicara yang terus menerus serius. Itulah mengapa guru yang humoris lebih  digemari oleh para siswa daripada guru yang serius melulu.
  3. Membantu menekankan poin tertentu. Humor juga bisa dipakai untuk menekankan poin atau ide tertentu. Ilustrasi yang dijelaskan lewat humor bisa membantu audiens menangkap pesan yang Anda sampaikan dengan lebih baik.
  4. Membuat presentasi lebih memorable. Humor yang Anda sampaikan menjadi pembeda bagi presentasi Anda, baik pembeda dengan bagian lain dari keseluruhan presentasi Anda atau pun pembeda dengan presentasi lain dengan  pembicara lain. Pembeda-pembeda inilah yang membuat presentasi Anda dikenang oleh audiens dalam jangka lama.

3 Faktor Pemicu Humor

Nah, sekarang apa 3 faktor pemicu humor itu? Ini dia jawabannya.

1. Kejutan (surprise)

Cara yang paling umum untuk menciptakan humor adalah dengan membuat audiens terkejut atau terkecoh. Cara ini dikenal pula dengan sebutan the rule of three.

Di sini pembicara menyebutkan 3 hal yang menjadi contoh-contoh dari suatu pernyataan. 2 hal pertama adalah yang membentuk pola tertentu, sedangkan 1 hal terakhir adalah hal yang menyimpang dari pola tersebut. Pola yang menyimpang inilah yang membuat audiens terkejut dan terpancing tawanya.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat contoh-contoh berikut ini:

Sebagai orang kota makanan  kegemaran saya adalah spaghetti, fettuccini dan… rujak cingur.

Dua hal pertama yang disebutkan membentuk pola yaitu makanan modern ala Italia. Dari sini tentu audiens akan menyangka bahwa hal ke-3 adalah makanan sejenisnya, misalnya pizza atau pasta. Begitu yang keluar adalah rujak cingur tentu audiens terkejut dan tergelaklah mereka.

Atau misalnya contoh yang lain berikut ini:

Penyanyi favorit saya adalah Michael Jackson, Freddie Mercury, dan… Rhoma Irama.

Michael Jackson dan Freddie Mercury adalah dua hal yang membentuk pola penyanyi barat bergenre pop dan rock. Mendengar ini tentu audiens mengantisipasi bahwa yang disebutkan berikutnya adalah penyanyi dalam kategori itu, misalnya Elton John atau George Michael. Namun ketika yang disebutkan adalah penyanyi lokal dan bergenre dangdut mereka terkecoh dan meledaklah tawanya.

Kuncinya disini adalah menyampaikan 2 hal yang membentuk pola lalu menyampaikan 1 hal lagi yang menyimpang dari pola itu untuk memberi efek kejutan.

2. Kekonyolan (ridicule)

Pada dasarnya kita semua menikmati dan menganggap lucu kekonyolan yang dilakukan orang. Komedi pun sebenarnya dibangun dari hal-hal konyol seperti ini.

Contoh-contoh kekonyolan:

  • Dikejar anjing saat pertama kali kerja sebagai sales.
  • Ketahuan nyontek waktu SMA.
  • Ditolak pujaan hati saat kuliah.
  • Lupa bawa dompet saat makan di restoran.
  • Diusir ayahnya pacar waktu apel pertama kali.
  • Salah masuk toilet saat jalan-jalan di mall.
  • Nabrak pagar tetangga saat belajar nyetir mobil.
  • Dimarahi ibu kos karena telat bayar uang kos.

Itulah contoh-contoh kekonyolan yang bisa Anda gunakan untuk menciptakan humor dalam presentasi Anda. Namun penting untuk diketahui bahwa kekonyolan yang Anda sampaikan bukanlah kekonyolan orang lain, melainkan kekonyolan diri sendiri.

Tentu tidak bijak jika Anda menceritakan kekonyolan guru Anda yang terpeleset di depan kelas saat Anda sekolah dulu. Atau menceritakan kekonyolan rekan kerja yang sampai pipis di celana karena grogi saat membawakan presentasi. Meski itu terdengar lucu, tapi itu memberi kesan Anda sedang mengolok-olok orang lain.

Kekonyolan yang Anda sampaikan adalah kekonyolan diri Anda sendiri. Disamping aman, menyampaikan kekonyolan diri sendiri ini juga memberi kesan bahwa Anda adalah orang yang terbuka dan menyenangkan. Ini membuat Anda dan pesan-pesan Anda lebih mudah diterima oleh audiens.

3. Kelegaan (relieve)

Untuk lebih jelas mengenai poin ini, mari langsung saja kita simak contohnya:

“Kejadian di restoran malam itu mengganggu hubungan saya dengan Intan.  Hanya gara-gara beda pendapat soal menu makanan kami bertengkar hebat.

Berhari-hari setelah itu kami tidak berkomunikasi. SMS saya tidak dibalas dan telepon saya tidak pernah diangkat.

Tidak pernah sebelumnya pertengkaran saya dengannya separah ini. Saya jadi takut hubungan kami berakhir. Saya takut kehilangan dia. Saya benar-benar mencintainya.

Saya juga sangat merindukan dia. Dan rasa rindu itu sungguh menyiksa saya.

Tapi sore itu tiba-tiba ponsel saya berdering. Ternyata dari Intan. Bukannya gembira, saya justru cemas. Telah berkali-kali saya mencoba meneleponnya tapi tidak pernah diangkat. Berkali-kali saya mengirim pesan singkat, tapi tak pernah dibalas. Tapi mengapa sekarang justru dia menelepon? Ada apa?

Jangan-jangan dia mau bilang kalau mau putus. Jangan-jangan dia mau bilang untuk jangan hubungi dia lagi. Jangan-jangan dia telah bersama yang lain. Setumpuk kekhawatiran menghantui saya.

Dengan jantung berdegup kencang saya beranikan diri untuk menjawabnya. Saya telah siap untuk mendengar kabar terburuk. Saya siap.

Dengan perasaan was-was saya menyapanya, “Halo, Intan…”

Dan dari seberang sana Intan membalas … “Yang… kenapa sih lama gak ke rumah?”

Ini bukan cerita lucu, tapi endingnya mampu memancing tawa. Ini karena ada unsur kelegaan (relieve) di sana.

Saat Anda menyampaikan kekhawatiran-kekhawatiran Anda, audiens juga turut merasa khawatir. Mereka jadi tegang. Namun begitu mendengar bahwa yang terjadi justru hal yang melegakan, turut legalah mereka. Dan meledaklah tawa mereka.

Itulah kejutan, kekonyolan dan kelegaan yang bisa Anda gunakan untuk memacing tawa dalam presentasi Anda. Semoga di presentasi Anda berikutnya banyak dipenuhi gelak tawa audiens karena humor-humor Anda.

About the Author

Surja Wahjudianto adalah pelatih presentasi kreatif. Pengalamannya mengajar di EF English First dan menjuarai beberapa kompetisi public speaking mengantarkannya menekuni bidang pelatihan ini. Dapatkan artikel-artikel dan karya-karya Surja lainnya di www.katasurja.com