Berpresentasi di hadapan audiens yang heterogen membutuhkan beberapa penanganan khusus. Salah menanganinya presentasi anda bisa menjadi sunyi, hening, tanpa adanya interaksi. Akan tetapi dengan penanganan yang tepat, anda akan bisa memenangkan hati audiens.
Untuk lebih memperjelas apa yang saya maksud dengan audiens heterogen, maka saya akan beri contoh-contohnya dulu:
Ketika anda menghadapi situasi-situasi seperti di atas, saya ada berita baik dan berita buruk untuk anda. Mau yang mana dulu nih?
Okay… tampaknya anda memilih berita buruknya lebih dahulu 🙂
Audiens yang heterogen akan cenderung lebih pasif karena mereka masih belum mengenal satu sama lain. Seringkali mau tertawa pun ditahan karena malu. Ketika memilih tempat duduk biasanya diberi jarak, mereka merasa canggung duduk persis di sebelah orang yang belum mereka kenal.
Hal ini tentunya berbeda sekali ketika yang anda hadapi adalah audiens homogen (contoh: berasal dari satu instansi). Mereka sudah mengenal satu sama lain sehingga tidak lagi canggung ketika harus berkomentar, tertawa atau memilih tempat duduk.
Nah… sudah berita buruknya sekarang ganti berita baiknya.
Biasanya audiens heterogen datang ke acara presentasi anda berdasarkan keinginan sendiri. Mereka bukannya datang karena disuruh boss atau diwajibkan untuk datang. Motivasi mereka untuk belajar dan mengikuti presentasi anda sudah tinggi. Dan ini adalah aset yang sangat berharga untuk anda.
Sekarang bagaimana cara menangani audiens yang heterogen? berikut akan saya bagikan 4 tips untuk anda:
Dengan bervariasinya latar belakang audiens, tentunya tingkat pemahaman mereka akan topik juga berbeda-beda. Lakukan riset simpel atau perkiraan kasar akan rata-rata tingkat penguasaan mereka. Tujuannya adalah supaya anda bisa memberikan materi yang pas untuk mereka.
Dalam memilih materi lebih condonglah untuk menyampaikan materi yang lebih sederhana. Mereka yang pemahamannya di tingkat awal masih tetap bisa mengikuti. Mereka yang sudah cukup tinggi tingkat pemahamannya bisa mengulang dan mendapatkan sudut pandang baru dari anda.
Kecenderungan audiens heterogen adalah mereka selalu mengosongi kursi jika yang duduk di sebelah mereka adalah orang yang tidak mereka kenal. Hasilnya adalah audiens duduk saling terpencar dan ada banyak kursi kosong di antara mereka.
Ketika hal ini sampai terjadi, tugas anda sebagai presenter akan semakin berat. Akan susah sekali berinteraksi dan membuat suasana menjadi aktif.
Jadi di awal sesi, sediakanlah kursi lebih sedikit dari jumlah audiens yang akan datang. Buatlah mereka untuk mengisi kursi yang ada sampai penuh terlebih dahulu, setelah tidak cukup barulah keluarkan kursi tambahan. Ini juga akan mengesankan kalau acara anda ramai sampai kursinya tidak cukup dan musti ditambah 🙂
Atau jika hal di atas sulit untuk dilakukan, sebelum memulai acara mintalah audiens untuk berpindah tempat dan mengisi tempat kosong mulai dari depan dahulu. (Tips: anda bisa meminta bantuan MC untuk melakukan hal ini).
Ini adalah faktor krusial yang harus anda lakukan sebelum anda memulai presentasi. Jika hal ini sampai terlewatkan, maka pekerjaan anda berikutnya akan jauh lebih berat.
Jikalau audiens datang tanpa saling mengenal satu sama lain, maka sekarang buatlah mereka saling mengenal satu sama lain. Mulailah dengan sesi ice breaker supaya mereka bisa saling mengenal, paling tidak dengan orang yang duduk di sebelah mereka.
Cara yang paling simpel adalah dengan meminta audiens berdiri dan saling berkenalan dengan mereka yang ada di sekelilingnya. Ini akan mencairkan suasana dan membuat energi mulai mengalir di dalam ruangan.
Langkah ini simpel dan mudah sekali untuk dilakukan akan tetapi akan membawa dampak besar bagi presentasi anda.
Jikalau anda ingin presentasi anda lebih interaktif, hal termudah untuk mewujudkannya adalah dengan meminta kepada audiens anda. Di awal sesi saya sering berkata:
“Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari sesi ini, maka saya berharap anda untuk aktif terlibat. Misalnya saja ketika saya minta anda angkat tangan, maka anda angkat tangan, jikalau saya bertanya maka silahkan menjawab. Salah pun tidak apa-apa, tidak akan ada yang dihukum”
Setelah mendapatkan komitmen dari mereka biasanya saya test dulu keaktifan mereka, misalnya saja dengan bertanya:
Dengan melakukan 4 tips di atas, maka anda sudah mempersiapkan audiens anda untuk bisa lebih aktif berpartisipasi dan terlibat di dalam presentasi anda. Selamat mempraktekkan!
Notes: Artikel ini saya tulis berdasar pertanyaan dari Bu Titik via Facebook Page. Bu Titik, terima kasih atas pertanyaannya ya! Bagi yang belum bergabung di FB Page, anda bisa bergabung dan berdiskusi juga di sana.
Pertanyaan: “Masalah atau pertanyaan apa lagi yang sering anda hadapi ketika berpresentasi?” Silahkan sharingkan pada kolom komentar yang ada di bawah.