Ketika Anda sedang berkumpul dengan teman – teman, ada seorang teman mulai bercerita. Semua teman Anda tampak atentif mendengarkan bahkan sampai tertawa – tawa lepas. Akan tetapi ada juga teman lain yang ketika bercerita tampaknya semua orang mulai kehilangan fokus dan merasa terpaksa mendengarkan.
Apa yang membedakan? Apakah cara bercerita atau sesuatu yang lain?
Ternyata jawabannya bukan karena teman yang satu disukai orang sedang teman yang lain dibenci. Sebab utamanya adalah kemampuan bercerita (storytelling) ternyata adalah satu skill yang juga harus dikuasai.
Memiliki kemampuan bercerita akan membuat Anda menjadi seorang pembicara dan penulis yang baik. Anda akan mampu senantiasa mendapatkan dan mempertahankan perhatian dari pendengar / pembaca. Bukankah tiap orang senang mendengarkan cerita?
Dan walaupun profesi Anda bukanlah seorang pembicara atau penulis, tiap hari Anda juga tetap bercerita. Misalnya saja:
Dengan menguasai kemampuan cara bercerita maka tentunya lebih mudah untuk menyampaikan maksud Anda dengan jelas. Plus di saat yang sama Anda akan membuat relasi dengan orang lain menjadi lebih baik.
Jika nanti tiba saatnya Anda yang harus bercerita: “Apakah Anda ingin menjadi storytellers yang mampu membuat orang antusias mendengarkan? atau malahan membuat orang menguap dan ingin lekas – lekas pergi?”
Saya yakin Anda juga ingin menjadi tipe yang pertama bukan? Oleh karena itu, yuk kita simak satu tips bercerita dalam artikel berikut ini.
Sebuah cerita yang baik memiliki beberapa komponen. Komponen – komponen tersebut nantinya akan saling berinteraksi dan melengkapi sehingga menjadikan sebuah cerita menarik. Berikut adalah beberapa contoh komponen sebuah cerita:
Dalam artikel kali ini saya ingin membahas khusus satu komponen cerita yang saya sebutkan di atas yaitu tentang plot cerita. Plot sering juga disebut sebagai alur cerita atau kerangka cerita.
Sebuah cerita bisa menjadi menarik karena memiliki plot / alur cerita yang bagus.
Misalnya saja membuat orang selalu bertanya – tanya apa yang terjadi berikutnya (tidak mudah ditebak) sampai dengan mampu melibatkan orang lain secara emosi.
Bayangkan saja dalam sebuah film, walaupun pemainnya ganteng dan cantik, banyak adegan actionnya (mulai dari berantem, kejar-kejaran sampai tembak-tembakan) akan tetapi jika alur ceritanya lemah juga akhirnya terasa kurang.
Jadi kalau begitu bagaimana cara menyusun sebuah plot cerita? Atau adakah sebuah plot cerita baku yang bisa kita gunakan?
Walaupun alur cerita adalah sesuatu yang bebas dan tergantung kreativitas, akan tetapi ada sebuah kerangka plot yang sudah teruji. Jikalau Anda cermati akan banyak sekali cerita, novel atau film yang menggunakan template plot ini.
Jadi berikut adalah template plot cerita yang sudah teruji menurut Donald Miller, pakar storytelling sekaligus penulis buku “A Million Miles in a Thousand Years”
Merasa tidak asing dengan plot cerita seperti di atas? Tentu saja! karena plot inilah yang paling sering digunakan oleh industri film (apalagi film superhero 🙂 ).
Sebagai contoh, apakah Anda pernah nonton film Hunger Games? Jika Anda cermati plot yang digunakan juga serupa dengan template yang ada di atas.
Berikut adalah penjabarannya:
* bagian yang saya cetak tebal di atas menggambarkan komponen plot yang bisa Anda bandingkan dengan template plot yang ada sebelumnya.
Sudah mulai bisa mengidentifikasi plot ceritanya? Anda juga bisa mencermati plot cerita di novel atau film yang pernah Anda baca / tonton. Saya yakin Anda pasti bisa mengidentifikasi cerita yang menggunakan template plot di atas.
Mencermati contoh di atas mungkin Anda masih bertanya – tanya “Cerita saya itu biasa – biasa saja Pak, saya tidak sampai harus bertempur melawan penjahat atau mempertahankan bumi dari serangan alien. Bisakah template plot cerita di atas tetap digunakan?”
Jawabannya adalah… Yup tetap bisa. Template plot tersebut berlaku universal.
Supaya ada gambaran, berikut saya berikan satu contoh cerita saya yang menggunakan template serupa. Baca dahulu ceritanya setelah itu bersama – sama kita akan jabarkan alurnya.
Pernahkah Anda memulai sesuatu yang baru? Dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan? Bagaimana cara Anda menghadapinya?
Hal ini juga terjadi dengan saya ketika pertama kali mendapat kontrak untuk mengajar ekstrakurikuler public speaking di sebuah sekolah.
Di hari pertama mengajar saya sangat gembira, saya kenakan baju dan celana saya yang terbaik bahkan saya bela-belain untuk beli sepatu baru. Dengan rasa percaya diri saya melangkah ke ruang kelas hanya untuk mendapati… hanya ada satu anak di dalam kelas.
Dia adalah seorang anak perempuan, rambutnya disemir agak keriting, persis seperti rambut boneka Barbie. Dia juga membawa tas ransel dan tas jinjing berwarna pink bergambar Barbie. Oleh karena itu saya sebut dia sebagai Barbie Girl.
Saya pun bertanya ke dia “Apakah kamu ikut ekstakurikuler public speaking?”
Dia hanya mengangguk-anggukan kepala.
“Di mana teman-temanmu yang lain?”
Dia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak tahu.
“Okay.. kalau begitu kita tunggu yang lain”
Lima menit kami menunggu, tidak ada yang datang. Bahkan Barbie Girl mengangkat tangan dan berkata “Mr.. Mr.. saya boleh ijin ke toilet?” Semestinya saya ingin berkata “Jangan tinggalkan saya!” akan tetapi tentu saja ini melanggar hak asasi manusia, jadi apa boleh buat saya pun berkata “Ya sudah…. tapi cepat kembali ya”
Sepuluh menit menunggu, tetap tidak ada yang datang. Barbie Girl juga belum kembali.
Lima belas menit, tetap tidak ada yang datang, Barbie Girl juga tidak tampak. Jika Anda berada di ruang kelas tersebut yang tampak hanyalah bangku kosong dan situasi hening di kelas walaupun di luar kelas riuh rendah dengan suara anak-anak yang pulang sekolah. Anda bisa rasakan betapa hancurnya perasaan saya waktu itu.
Untuk bisa mengajar di ekstrakurikuler tersebut saya sudah mengorbankan status pekerjaan tetap saya di perusahaan. Status yang semula karyawan tetap harus turun menjadi karyawan kontrak karena tiap Jumat siang saya harus ijin mengajar ekstrakurikuler. Dan inilah yang saya dapatkan…. kelas kosong di awal pertemuan tanpa seorang anak pun.
Akhirnya saya pun mengemasi peralatan siap untuk pulang. Hanya saja di kala hendak menuju pintu kelas, tiba-tiba ada serombongan anak masuk sambil bertanya:
“Mr.. Mr.. apakah betul ini kelas ekstrakurikuler public speaking?” Dengan bersemangat saya menjawab “Iya betul.. dari mana saja kalian?”
“Ohh…. Kita semua salah masuk kelas lain.”
@_@
Dan dengan nada percaya diri seakan-akan tidak terjadi apa-apa (padahal tadi mustinya hampir menangis), saya pun memulai kelas “Anak-anak ini adalah ekstrakurikuler public speaking, mari kita mulai dengan saling memperkenalkan diri. Kita mulai dari bagian sini” (sambil menunjuk Barbie Girl).
Barbie Girl pun maju ke depan, berdiri di tengah dan diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saya pun hanya bisa berdiri sambil frustasi di ujung ruangan.
Dan itu hanyalah awal dari bencana. Saya baru menyadari bahwa mengajar audiens dewasa dan anak-anak ternyata 180 derajat berbeda. Jika anda mengajar audiens dewasa, walaupun Anda membosankan mereka masih mendengarkan (atau pura-pura mendengarkan). Akan tetapi jika anda mengajar anak-anak, mereka bisa langsung ngobrol dengan teman mereka, bermain HP dan bahkan tidur di depan Anda.
Dan saya mengalami itu semuanya.
Akhirnya saya pulang merasa depresi dan berkata “Mengapa semua ini tidak sesuai dengan keinginan saya? Saya tidak mau lagi mengajar anak-anak SMP dan SMA.” Akan tetapi setelah itu saya menyadari bahwa saya punya dua pilihan saja:
Dan karena ongkos dokter untuk depresi mahal, maka mau tidak mau saya pun memilih alternatif kedua.
Minggu depannya saya datang dengan semangat baru. Saya berkata kepada murid-murid saya “Anak-anak mari kita bermain game” (yang tentunya masih berkaitan dengan public speaking), bahkan yang menang saya berikan hadiah coklat (yang termurah yang bisa saya temukan).
Dan anda pun bisa melihat bahwa raut wajah mereka berubah menjadi ceria dan mulai menikmati pelajaran.
Singkat cerita akhirnya saya bisa melalui satu tahun mengajar itu dengan gembira. Bahkan di akhir tahun pengajaran, murid-murid memberikan saya hadiah, dibungkus dengan kotak biru dengan pita putih di atasnya. Ketika saya buka isinya adalah…. coklat (yang mahal lagi) dengan tulisan tangan “Mr. David, terima kasih atas satu tahun yang menggembirakan”.
Dan saat itu saya mengubah keputusan. Saya kembali mengajar public speaking untuk anak SMP dan SMA karena saya tahu saya bisa menikmatinya, saya bisa membuat perubahan dan… saya ingin coklat lagi.
Itulah awal saya memulai karir sampai sekarang akhirnya menjadi seorang trainer dan pembicara dalam bidang public speaking.
Hanya saja semua ini tidak mungkin terjadi jika pada saat itu saya tidak mengambil keputusan untuk “Menikmati apa yang saya miliki”. Pernahkah Anda menggerutu? Komplain atas apa yang tidak Anda miliki? Komplain atas hal yang tidak dimiliki tidak akan membawa Anda kemana-mana.
Jika anda bisa merasa bersyukur, berterima kasih dan menikmati apa yang anda miliki, maka banyak keajaiban dan hal baik yang akan terjadi. Oleh karena itu mulai hari ini buatlah suatu keputusan untuk “Menikmati apa yang anda miliki”.
Sudah dibaca ceritanya? Yuk kalau begitu kita bedah bersama – sama alurnya sesuai dengan template plot yang sudah saya berikan sebelumnya.
*di cerita ini sosok Guru memang tidak ada, pencerahan timbul dari hasil refleksi diri
Plot ceritanya juga serupa bukan? Nah, itulah tadi satu contoh cerita yang disusun menggunakan template baku yang sudah ada.
Untuk memastikan cerita Anda menarik pastikan ada elemen konflik di dalam plot cerita. Bahkan ketika konflik semakin meningkat maka cerita akan semakin seru.
(Dalam contoh cerita di atas konflik meningkat, mulai dari murid yang salah kelas -> tidak partisipatif -> tidak tertarik -> tertidur di kelas)
Sebuah cerita tanpa adanya konflik akan seperti sebuah pertandingan tinju yang kedua petinjunya malahan bersalaman dan berpelukan sepanjang 12 ronde.
Setelah menguasai cara bercerita di atas, sekarang-lah saatnya Anda untuk juga menciptakan cerita. Anda bisa mulai dengan menggunakan template plot yang ada di atas untuk menyusun kerangka cerita Anda. Selamat mencoba! Be a better storyteller!
Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Cara Mengatasi Grogi Saat Presentasi
Dunning Kruger Effect & Other Stories – kompilasi tips presentasi komunikasi receh Feb 2024
IN THE NAME OF SOP – Mengapa Perlu Belajar Komunikasi
Ingin Menjadi Pribadi Berkarisma? Miliki Dua Faktor Berikut Ini!