Cara Negosiasi “Good Guy Bad Guy” untuk Bernegosiasi Tanpa Konflik

By David Pranata | Tips Komunikasi

Mar 24

Sering ketika menawar sesuatu, kita merasa takut jika cara negosiasi yang kita lakukan bisa membuat orang lain tersinggung, saling ngotot dan akhirnya berakhir dengan konflik. Ada satu teknik ampuh untuk menghindarinya sekaligus membuat posisi negosiasi Anda lebih kuat lagi.

cara negosiasi

Teknik Good Guy Bad Guy… kita berada di pihak yang sama kok 🙂

Artikel ini merupakan kelanjutan dari teknik higher authority yang sudah saya bahas di artikel terdahulu. Jika Anda belum membacanya, saya sarakan untuk mempelajarinya dahulu supaya Anda lebih mendapat manfaat yang maksimal. Artikelnya sendiri bisa dicek di link berikut ini.

Cara negosiasi yang akan Anda pelajari ini disebut dengan teknik good guy bad guy. Dengan menggunakan teknik ini maka Anda akan mampu menghindari benturan dan konflik dengan lawan negosiasi, bahkan mereka akan menganggap Anda sebagai teman baik yang senantiasa membantu.

Akan tetapi di sisi lain, efektifitas negosiasi Anda justru akan semakin meningkat. Anda akan lebih leluasa untuk meyakinkan orang lain untuk menyepakati apapun yang Anda ajukan.

Haha.. kepingin kan menguasai teknik yang satu ini?

“Iya Pak kepingin, tapi bagaimana caranya ya? Saya masih nggak paham @_@” Tenang saja… kan memang masih belum dijelaskan 🙂 Simak ilustrasi berikut supaya Anda lebih paham akan teknik good guy bad guy berikut.

Cara Negosiasi Good Guy Bad Guy

Misalkan Anda akan menjual mobil butut Anda senilai Rp 140 juta. Kemudian datanglah seorang pembeli yang berminat dan menawar mobil Anda seharga Rp 130 juta.

Nah.. di saat inilah Anda memutuskan untuk menggunakan teknik higher authority (pura-pura tidak memiliki kekuasaan memutuskan). Anda berkata kepada si calon pembeli tersebut “Uhhmmm… begini Pak, saya tidak bisa langsung memutuskan hal ini sendiri. Saya harus berdiskusi dengan mertua saya dahulu”

Keesokan harinya Anda kembali ke si calon pembeli dan berkata “Waduh Pak.. mertua saya sama sekali tidak setuju kalau mobil ini dijual seharga Rp 130 juta. Padahal sudah saya yakinkan ke mereka lo.. kalau harga Rp 130 juta itu mustinya ya sudah lumayan. Penawaran Bapak itu sudah bagus.”

Kemudian Anda melanjutkan “Bagaimana ya Pak.. mertua saya ini memang orangnya agak susah, tetap bersikeras tidak mau. Begini deh, Bapak coba naikkan dulu penawarannya, mungkin sekitar Rp 135 juta. Nanti saya bantu deh Pak.. untuk meyakinkan mertua saya. Saya ada di pihak Bapak kok.”

Dialog di atas adalah bagian di mana Anda menerapkan teknik good guy bad guy. Jadi Anda tidak serta merta langsung menawar kembali di angka Rp 135 juta, melainkan Anda:

  • memposisikan diri tidak memiliki otoritas penuh dalam memutuskan
  • membuat persepsi bahwa yang susah dinego (bad guy) adalah mertua
  • memposisikan Anda sebagai teman (good guy) dari lawan negosiasi Anda

Mudah dan efektif bukan?

Sehingga nantinya Anda bisa bernegosiasi dengan lebih enak.. lawan negosiasi merasa bahwa Anda berada di pihaknya dan Anda berdua bersama-sama menghadapi si bad guy (mertua). Haha.. padahal sebenarnya bisa jadi semuanya ini hanyalah kiasan semata.

Sebenarnya cara negosiasi ini bermula dari teknik yang digunakan oleh para polisi dalam menginterogasi penjahat 🙂 Pertama-tama dalam ruang interogasi akan ada polisi yang jahat dan kasar dalam menginterogasi. Setelah beberapa saat dia pun keluar dari ruangan.

Baru setelah itu datanglah polisi lain yang tampak baik bahkan meminta maaf atas perlakukan temannya yang kasar. Selanjutnya polisi baik ini akan membujuk si penjahat “Sudahlah.. kamu mengaku saja, daripada nanti kamu digebukin sama teman saya yang kasar itu. Nanti saya bantu supaya kamu tidak lagi harus berhadapan dengan dia”

Dan biasanya setelah itu para penjahat mau mengaku kepada si polisi baik ini 🙂

Withdrawing an Offer – Versi Upgrade dari Teknik Good Guy Bad Guy

Berikut akan saya jelaskan juga versi upgrade dari teknik good guy bad guy yang sudah Anda pelajari. Teknik ini disebut withdrawing an offer. Cara ini ampuh sekali untuk menutup penawaran atau menyelesaikan proses negosiasi yang berlarut – larut.

Hanya saja perlu saya peringatkan sebelumnya, bahwa cara ini justru bisa berpotensi menimbulkan konflik bahkan oleh beberapa orang disebut kurang etis untuk diterapkan. Haha.. tapi biasanya justru yang kurang etis ini malah membuat Anda kepingin tahu. Hayoo, betul tidak?

Jadi ini dia ilustrasi dari teknik withdrawing an offer.

Dengan skenario yang sama ketika ada satu calon pembeli tertarik datang melihat mobil butut Anda, berikut yang Anda katakan “Wahh, saya sebenarnya tidak berkuasa membuka harga nih, musti diskusi dengan mertua saya dulu. Uhhmm.. akan tetapi rasanya jika saya buka di harga Rp 140 juta mereka bakal menyetujui deh.”

Nah.. misalkan setelah itu si calon pembeli akhirnya menawar di harga Rp 130 juta. Maka berikut inilah apa yang Anda katakan “Okay Pak.. coba saya diskusikan dulu dengan mertua ya!”

Dan keesokan harinya Anda kembali ke dia dan berkata “Waduhh Pak.. kemarin saya dimarahin sama mertua. Mereka berkata bahwa semestinya nggak boleh buka harga di Rp 140 juta, terlalu murah. Mereka berkata bahwa untuk mobil seperti ini harganya minimal Rp 150 juta. Waduh Pak, bagaimana ya?”

Calon pembeli dengan agak marah berkata “Lohh.. Pak bagaimana sih bukannya kemarin katanya Rp 140 juta sekarang kok malah jadi Rp 150 juta. Wah.. wah.. wah” (walaupun mereka marah tapi mereka sudah lupa dengan tawaran awal sebesar Rp 130 juta, mereka ingatnya cuma yang Rp 140 juta 🙂 )

Dengan menarik kembali tawaran (yang semula Rp 140 juta menjadi Rp 150 juta), Anda membuat calon pembeli lupa posisi awal penawaran mereka sehingga akhirnya range harga yang dinegosiasikan menjadi antara Rp 140 s/d Rp 150 juta.

Jadi itu tadi cara bernegosiasi dengan menggunakan teknik good guy bad guy dan withdrawing an offer. Bisa Anda praktekkan dalam negosiasi sehari – hari yang Anda alami selain itu bisa juga Anda cermati jikalau ada orang lain menggunakan teknik serupa kepada Anda.

Saat artikel ini Anda rasa bermanfaat, silakan share melalui tombol Social Media (Facebook, Twitter, Google+ atau Linkedin) yang disediakan agar lebih banyak orang mendapat manfaatnya.

Anda juga bisa meninggalkan komentar atau pertanyaan di bawah ini. Saya berusaha membaca komentar dan menjawab setiap pertanyaan yang masuk.

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"