Empat Cara Berinteraksi dengan Audiens dalam Presentasi Anda

By David Pranata | Tips Presentasi

Apr 13

Satu sebab mengapa presentasi dianggap kurang menarik adalah kurangnya interaksi dengan audiens. Pastikan hal itu tidak terjadi pada anda dengan menerapkan tips-tips berikut ini.

audiens-interaktif

Di jaman sekarang ini audiens menuntut komunikasi dalam presentasi terjadi dua arah. Kita tidak bisa lagi menggunakan gaya pidato berdiri di balik podium dan berceramah dalam waktu lama.

Di jaman sekarang ini perhatian audiens sangatlah terbatas. Jika mereka hanya duduk diam mendengarkan dalam jangka waktu lama, maka tidak lama kemudian mereka akan mulai menguap, mencek handphone atau mengobrol dengan teman yang ada di sebelah.

Audiens juga ingin dilibatkan di dalam presentasi anda, mereka ingin memberi komentar, mengutarakan pendapat atau bahkan ikut berdiskusi tentang materi yang anda sampaikan.

Inilah sebab mengapa mendesain presentasi anda supaya lebih interaktif sangatlah penting untuk dilakukan.

Tantangan menghadirkan presentasi interaktif

Untuk menghadirkan presentasi yang interaktif, anda harus melihat konteks anda berpresentasi terlebih dahulu. Cara yang berhasil dalam satu situasi presentasi bukan berarti cocok untuk diterapkan dalam situasi yang lain.

Ketika mengadakan seminar untuk audiens pelajar (sekolah menengah atau universitas), akan sesuai jika membuat presentasi anda sangat interaktif dan banyak meminta audiens untuk bergerak (haha.. seperti gaya-gaya yang sering dilakukan motivator itu lo). Misalnya saya anda meminta audiens untuk:

  • Menjawab pertanyaan dengan mengangkat tangan dan berkata “Yes”
  • Menggunakan ice breaker meriah diiringi joget dan lompat-lompat
  • Meminta mereka mengulangi apa yang anda katakan

Hal di atas tidak akan cocok jika anda gunakan dalam konteks lain misalnya presentasi sidang skripsi atau kata sambutan sebuah acara. Anda bisa bayangkan wajah dosen anda yang melongo dan keheranan menatap anda jika anda meminta mereka untuk:

  • “Ayo Pak Dosen, jika anda setuju angkat tangan katakan Yes” atau
  • “Ayo Pak Dosen mari kita berdiri lompat-lompat, kepalkan dua tangan di atas sambil bersorak sorai”

Untuk konteks di atas tentunya tingkatan interaktivitasnya berbeda. Oleh karena itu berikut akan saya bagikan empat cara untuk berinteraksi dengan audiens anda.

1) Pertanyaan Retoris

Inilah cara berinteraksi paling minimal, bahkan bisa saya sebut berinteraksi tanpa benar-benar berinteraksi (bingung kan 🙂 ) Mengapa demikian?

Karena pertanyaan retoris adalah pertanyaan tidak membutuhkan jawaban verbal. Tujuannya hanya membuat audiens berpikir dan menjawabnya dalam hati, atau dengan kata lain berefleksi.

Dengan cara ini audiens akan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Dan justru seringkali inilah yang mengena. Untuk contoh penggunaannya anda bisa cermati cerita dalam artikel yang berikut ini.

Setelah anda cermati cerita tersebut, bagian pertanyaan retoris terletak di pertanyaan berikut:

  • Apakah anda juga terus belajar?
  • Berapa banyak buku yang sudah anda baca dalam satu tahun terakhir?
  • Apakah ada skill baru yang anda pelajari selama satu tahun ini?

Saya tidak membutuhkan jawaban dari audiens atas pertanyaan tersebut, tujuannya hanya untuk membuat mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri.

2) Pertanyaan dengan jawaban singkat

Anda bisa mengajukan pertanyaan yang meminta audiens untuk menjawab dengan singkat dan mudah. Ingat, kata kuncinya adalah singkat dan mudah.

Jika anda meminta audiens menjawab pertanyaan “Sebutkan mimpi-mimpi yang anda miliki dan bagaimana cara anda mencapainya?”. Saya cukup yakin mereka akan diam, hening sambil menatap ke bawah.

Berikut saya berikan contoh-contoh mengajukan pertanyaan dengan cara ini:

Contoh #1:
“Siapa yang sering merasa kehabisan waktu sehingga tidak sempat bersama keluarga?” (sambil mengangkat tangan mengindikasikan mereka yang merasa demikian supaya angkat tangan)

Contoh #2:
“Hari ini saya akan membagikan empat tips untuk hidup sehat. Berapa tips yang akan saya bagikan?” (pertanyaan yang mudah untuk mengulang materi sekaligus membangun interaksi)

Contoh #3:
“Apa yang anda pertama kali terlintas di benak anda ketika pertama kali mendengar kata “presentasi”?” (pertanyaan yang bisa dijawab dengan singkat)

Anda bisa cermati bahwa ketiga contoh pertanyaan di atas bisa dijawab dengan relatif singkat dan mudah. Dari contoh pertama sampai ketiga, interaktifitasnya semakin meningkat. Di contoh pertama audiens cukup mengangkat tangan, contoh kedua audiens cukup mengulang dan contoh ketiga audiens menjawab singkat.

3) Sesi diskusi dan tanya jawab

Sesi tanya jawab

Anda bisa menyisipkan sesi tanya jawab di dalam sesi presentasi untuk memberikan kesempatan audiens ikut merancang hal-hal yang ingin mereka pelajari. Selain itu disinilah juga kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan jawaban atas hal-hal yang mungkin tidak ada di dalam materi presentasi anda.

Jika anda mendapati audiens masih juga sulit mengajukan pertanyaan, pelajari cara mengatasinya di artikel berikut ini.

Sesi diskusi

Selain sesi tanya jawab, anda juga bisa mengadakan sesi diskusi antar peserta. Cara ini cocok sekali jika anda berpresentasi dalam konteks kuliah atau memberikan pelatihan.

Mintalah audiens untuk membentuk kelompok, setelah itu mereka bisa mendiskusikan topik atau pertanyaan yang anda berikan. Setelah mereka selesai berdiskusi, anda bisa meminta masing-masing perwakilan kelompok untuk maju ke depan dan menyampaikan hasil diskusi mereka.

Selain audiens merasa gembira mereka bisa ikut berpartisipasi, anda juga bisa beristirahat sejenak (sambil minum kopi 🙂 ) dan menyaksikan mereka berdiskusi dan bepresentasi.

4) Sesi yang melibatkan audiens

Anda bisa merancang sebuah sesi yang memang sengaja melibatkan audiens di dalam pelaksanaannya. Beberapa contohnya adalah sesi games, role play dan praktek.

Sesi games

Siapa sih yang tidak suka terlibat dalam sebuah games? Anda bisa sertakan games yang menunjang penyampaian materi anda. Audiens akan bisa belajar sambil terlibat dan terhibur pada saat yang sama.

Hanya saja saya akui, seringkali tidak mudah bisa menemukan game yang benar-benar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu jumlah peserta juga perlu masuk sebagai bahan pertimbangan.

Sesi role play

Role play adalah sesi bermain peran untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari. Anda memberikan skenario tertentu dan meminta perwakilan dari audiens untuk mencoba menjalankan peran tersebut.

Contoh yang sering saya lakukan adalah:
Dalam modul pelatihan presentasi persuasif, saya meminta tiga perwakilan dari audiens untuk melakukan presentasi lamaran kepada calon mertua. Mereka bisa menggunakan tools presentasi persuasif yang barusan mereka pelajari.

Hasilnya adalah mereka belajar diiringi gelak tawa dari seluruh audiens.

Sesi praktek

Jikalau memungkinkan, berikanlah waktu juga kepada audiens untuk mempraktekkan apa yang sudah anda sampaikan. Dengan melakukan ini juga akan memaksa anda untuk merancang sebuah materi yang juga aplikatif.

Hanya saja tentunya tidak semua topik presentasi bisa menggunakan cara ini. Jika anda pembicara di topik online marketing atau seperti saya di bidang komunikasi presentasi, tentunya hal ini masih memungkinkan. Akan tetapi jika topik anda dalam bidang seksologi atau berkebun, tentunya hal ini akan lebih susah untuk dilakukan

Nah.. itu dia tadi empat cara untuk menjalin interaksi dengan audiens dalam presentasi anda. Anda bisa gunakan cara-cara tersebut dengan menyesuaikan konteks presentasi anda. Ingat! Cara yang berhasil dalam satu konteks belum tentu berhasil di konteks yang lain.

Terbantu dengan tips-tips presentasi di atas?

Audio Tips

Saat anda merasa terbantu dan ingin mendapat tips-tips praktis presentasi serupa, saya sarankan anda untuk mencermati program Audio Tips For Effective Presentation.

Berisi 20 tips praktis dalam format audio yang akan membuat anda lebih disukai teman, boss dan bahkan calon mertua karena presentasi anda.

Follow

About the Author

Halo, Saya David Pranata seorang trainer dan writer. Harapan saya adalah blog ini mampu menbantu Anda mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan dan perasaan dengan jelas dan percaya diri - "Speak & Express What Matter Most"