Ingin membuat hadiah yang Anda berikan benar-benar berkesan bagi si penerima? Dan membuat mereka selalu mengingat Anda karenanya? Simak tips dari pengalaman pribadi saya berikut ini.
Sebenarnya saya pernah menulis artikel serupa tentang Cara Memberi Hadiah yang Akan Selalu Dikenang, dan yang tidak pernah saya sangka sebelumnya ternyata artikel ini menjadi satu artikel favorit yang paling banyak dibaca orang. Haha… ternyata banyak juga orang yang suka memberi kado dan ingin menjadikannya spesial.
Kebetulan minggu lalu saya baru saja menerima sebuah hadiah berupa sebuah batu. Yaa.. Anda tidak salah baca, hadiah yang saya terima adalah sebuah batu. Dan benar-benar batu biasa, bukannya batu berharga seperti permata atau akik.
Akan tetapi sekarang setiap kali saya keluar, batu hadiah tersebut selalu saya bawa kemana-mana. Penasaran bagaimana ceritanya? Yuk simak kisah berikut bagaimana semua itu bermula dan bagaimana Anda juga bisa memanfaatkan prinsipnya untuk membuat hadiah yang Anda berikan menjadi berkesan dan selalu diingat.
Minggu lalu saya pergi ke Penang, Malaysia untuk melakukan check up kesehatan rutin. Penang memang terkenal karena fasilitas kesehatan-nya dengan harga yang relatif terjangkau dan kualitas yang baik (haha.. sampai orang di sana pun heran mengapa banyak sekali orang Indonesia berobat ke sana). Dan untunglah hasil check up menunjukkan semuanya normal 🙂
Di sana saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi teman baik, guru serta mentor saya yaitu Gerald Green. Papa Green, demikian saya menyebutnya, adalah seorang speaker yang menginspirasi saya. Dia juga adalah pendiri Toastmasters di South East Asia, plus satu-satu-nya orang di luar Amerika yang meraih titel Accredited Speaker (penghargaan untuk pembicara professional yang sulit banget didapat) dari Toastmasters.
Terkejut melihat fotonya? Ingin berkomentar “Kok sudah tua yaa…”.
Yup benar sekali usia Papa Green sekarang adalah 76 tahun. Dan dia selalu berkata “Saya masih punya 27 tahun lagi untuk hidup. Dan saya tahu persis bagaimana saya akan meninggal…… karena ditembak oleh suami-suami yang cemburu”.
Dari sepenggal deskripsi tersebut, tentunya Anda sudah bisa menebak bagaimana personality dari Papa Green ini. Di luar titel-titel yang dimilikinya dia adalah seorang human speaker yang penuh dengan canda dan cerita. Setiap kali bertemu dia akan selalu membagikan cerita-cerita. Dan inilah cerita yang dia bagikan ke saya waktu itu.
“David, pernah nggak kamu baca buku The Secret?”
“Pernah Papa Green, cuma sudah lama banget. Banyak isinya yang sudah lupa-lupa ingat.”
“Okay kalau begitu.. Ada satu bagian yang benar-benar mengena di saya yaitu tentang gratitude (rasa terima kasih). Di buku itu ada satu cerita yang menarik, demikian ceritanya:
Ada seseorang berada di tepi sungai menemukan sebuah batu, bukanlah sebuah batu yang spesial. Hanya saja dia mengambilnya dan menyimpannya di kantong. Dia kemudian menggunakan batu itu sebagai pengingat untuk merasa bersyukur.
Tiap hari dia selalu membawa batu tersebut di kantong dan tiap menyentuhnya dia selalu teringat untuk bersyukur dan berterima kasih.
Sampai suatu hari ketika bersama temannya, tanpa sengaja dia menjatuhkan batu tersebut dari kantong. Penasaran temannya pun bertanya “Batu apa itu yang ada di kantongmu?”
Dia pun menjawab “Oohh.. ini adalah gratitude stone yang selalu mengingatkanku untuk bersyukur”. Temannya pun berkata “Bolehkah aku memilikinya, saat ini anakku sedang dalam kondisi sakit berat. Aku butuh sesuatu yang senantiasa mengingatkanku untuk merasa berterima kasih”
Beberapa bulan kemudian teman tersebut mengirimkan email kepada dia “Terima kasih banyak atas gratitude stone-nya, sekarang kondisi anak-ku sudah jauh lebih baik. Kami pun senantiasa bersyukur karena-nya. Batu ini benar-benar ajaib”
Dan temannya pun hanya tersenyum membaca email tersebut karena sebenarnya batu itu adalah batu biasa saja. Yang membuat segala perubahan terjadi adalah rasa bersyukur-nya.
Setelah menyelesaikan ceritanya Papa Green pun berkata “Sejak membaca cerita tersebut, tiap hari aku selalu membawa satu gratitude stone di kantong. Aku tidak memiliki uang sampai berlimpah ruah, akan tetapi tiap hari aku selalu bersyukur atas apa yang aku miliki.”
“David… (sambil meraih kantongnya dan mengambil sebuah batu), saya berikan gratitude stone saya ini untuk kamu. Bawalah di kantong supaya mengingatkanmu untuk senantiasa bersyukur.”
Dan sekarang tiap kali pergi ke mana-mana saya selalu membawa batu tersebut di kantong. Tiap kali saya meraih batu tersebut, saya akan bersyukur dan berterima kasih 🙂
Selain pesan dari ceritanya sendiri yaitu untuk senantiasa berterima kasih, ada satu pelajaran tentang memberi hadiah yang bisa kita tarik dari situ.
Jika Papa Green hanya memberi batu tersebut tanpa memberikan cerita dan makna, maka tentunya saya hanya akan terbengong-bengong dan berkata “Lahh…. untuk apa batu ini? Apa bisa dijual lagi?” Cerita dan makna-lah yang akan membuat suatu hadiah menjadi berkesan dan selalu diingat.
Oleh karena itu ketika Anda ingin memberikan suatu hadiah (entah itu ke teman, orang tua, kekasih atau bahkan mertua Anda), selain hadiahnya persiapkan juga cerita dan makna dari hadiah tersebut. Entah itu cerita bagaimana proses bagaimana Anda mendapatkan hadiahnya atau makna dari hadiah tersebut.
Dan buatlah hadiah Anda lebih berkesan dan selalu diingat! (yang tentunya akan membuat Anda menjadi pribadi yang berkesan dan selalu diingat pula 🙂 )