Tidak ingin membuat audiens terkantuk-kantuk dalam presentasi Anda? Ingin membuat mereka antusias mendengarkan Anda? Silahkan simak dan terapkan 10 tools untuk melakukannya berikut ini.
Haha.. tapi sebelumnya jangan salah sangka dulu ketika melihat judul atau gambarnya, tools yang saya maksud di sini bukanlah alat-alat pertukangan, melainkan cara-cara untuk membawakan presentasi Anda dengan variatif. Semakin banyak tools yang Anda miliki berarti semakin kaya dan bervariatif pula-lah presentasi Anda (hanya saja jangan sampai bingung karena terlalu banyak pilihan juga ya).
Dalam sebuah presentasi, tujuan utama kita adalah menyampaikan poin atau pesan ke audiens. Jikalau pesan Anda bisa diterima, diingat dan ditindak lanjuti oleh audiens, maka bisa dikatakan Anda sukses menyampaikan presentasi. Untuk membuat poin-poin presentasi mudah diingat dan diikuti silahkan Anda mencermati artikel saya berikut ini.
Akan tetapi, ada tantangan lain dalam menyampaikan pesan presentasi Anda.
Sekarang ini kita hidup di jaman yang berbeda, sekian banyak distraction (gangguan) yang ada di sekitar kita. Perhatian dan fokus audiens sekarang ini mudah sekali teralihkan, terutama dengan adanya gadget yang setia menemani kemanapun mereka pergi. Begitu presentasi berlangsung monoton atau membosankan, mereka akan langsung beralih ke gadget mereka.
Salah satu cara untuk bisa mempertahankan perhatian dan fokus adalah dengan membuat variasi cara menyampaikan presentasi. Jikalau presentasi Anda variatif dan dinamis maka perhatian audiens akan terus tertuju kepada Anda. Mereka akan tetap duduk mendengarkan Anda sambil berkata “Wow.. setelah ini apa lagi ya?”
Oleh karena itu, ini dia 10 tools cara menyampaikan presentasi yang bisa Anda gunakan.
Ini adalah tools yang paling umum digunakan oleh kebanyakan orang (hanya saja sering juga banyak orang tidak bisa melakukannya dengan efektif). Menjelaskan artinya adalah membeberkan fakta sehingga lebih mudah dimengerti. Jadi tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan pemahaman.
Di artikel-artikel mendatang saya akan mencoba membahas lebih lanjut tentang cara menjelaskan sesuatu. Jadi ditunggu ya! Pastikan juga Anda subsribe di blog ini sehingga Anda mendapat notifikasi begitu ada artikel baru yang diterbitkan.
Notes: satu buku yang saya sarankan untuk hal ini adalah “The Art of Explanation” karya Lee LeFever
Analogi adalah sebuah proses membandingkan sebuah konsep baru dengan sebuah konsep yang sudah dimengerti sebelumnya oleh audiens. Jadi kata kuncinya adalah memberikan perbandingan.
Misalnya saja Anda ingin menjelaskan fungsi hardisk komputer kepada audiens yang sama sekali gaptek. Anda bisa membuat analogi bahwa hardisk itu sama seperti sebuah gudang (konsep yang dimengerti oleh audiens). Hanya saja, jika di gudang yang disimpan adalah barang, maka jikalau hardisk yang disimpan adalah data.
Hal ini tentunya akan lebih mudah diterima mereka dibandingkan jika Anda mengatakan “Hardisk adalah sebuah perangkat komputer berukuran … cm x … cm. Di dalamnya akan terdapat PCB, chip dll blablabla”
Sering sebuah presentasi susah dipahami karena presenter hanya memberikan gambaran besar tentang konsep-konsepnya saja. Sebuah konsep akan lebih mudah dipahami jika kita bisa memberikan contoh-contoh penerapannya. Dengan cara demikian audiens akan bisa langsung melihat penerapan konsep tersebut dalam kondisi riil.
Contohnya adalah artikel ini sendiri. Untuk tiap tools yang diberikan saya mencoba untuk bisa memberikan contoh penerapannya. Misal saja ketika menjelaskan tools no 2 di atas (analogi), saya yakin jika saya hanya memberikan konsepnya saja tapi tidak disertai dengan contoh (analogi hardisk vs gudang) mungkin Anda akan masing terbingung-bingung.
Ini adalah satu metode yang benar-benar saya rekomendasikan untuk Anda kuasai. Metode ini juga cocok sekali digunakan ketika Anda harus memberikan presentasi yang sifatnya impromptu (tanpa persiapan). PREP sendiri adalah kepanjangan dari Point – Reason – Example – Point.
Artinya adalah Anda (1) menyampaikan poin presentasi Anda, (2) kemudian berikan alasan, (3) dilanjutkan dengan berikan contoh dan (4) tutup kembali dengan poin. Untuk keterangan lebih lengkap berikut contoh-contoh penerapan metode ini, silahkan simak artikel saya yang khusus membahasnya di link berikut.
Cerita adalah cara ampuh untuk menarik perhatian audiens sekaligus mengajarkan sesuatu. Plus cerita juga salah satu bentuk hiburan untuk audiens. Oleh karena itu dalam presentasi yang Anda lakukan selalulah cari “Cerita apa yang saya miliki sehubungan dengan pesan ini?” Dan saya sangat menyarankan bahwa cerita tersebut berasal dari pengalaman pribadi Anda sendiri.
Untuk cara-cara menggunakan cerita (storytelling) dalam menyampaikan pesan presentasi, saya ada membahasnya secara mendetail dalam buku saya “Speak with Power”. Jikalau Anda belum mendapatkannya, silahkan dicek link berikut ya.
Biasanya ini adalah cara menyampaikan sesuatu yang menjadi favorit audiens 🙂 bahkan seringkali saya mendapat feedback dari peserta training “Pak.. videonya diperbanyak lagi donk”. Video menarik karena bisa berfungsi sebagai hiburan sekaligus mampu menggugah emosi audiens.
Sedang untuk Anda sebagai presenter, video bisa berguna untuk menjelaskan sesuatu yang susah diungkapkan dengan kata-kata. Plus ketika video diputar Anda juga bisa beristirahat sejenak.
Saya ada menulis secara lebih lengkap tentang kegunaan video dalam presentasi beserta tips-tips menggunakannya di dua artikel terdahulu saya. Silahkan disimak di link berikut ini ya:
Seringkali audiens justru mendapat pemahaman lebih ketika mereka berpikir sendiri dan berdiskusi dengan peserta lain. Mereka bisa saling bertukar pikiran dan belajar dari satu sama lain. Jadi mengapa tidak menggunakannya dalam presentasi Anda? Peran Anda juga akan beralih dari presenter menjadi moderator.
Cara ini juga ampuh digunakan jika masih ada waktu tersisa padahal materi Anda sudah habis. Anda bisa berkata “Untuk poin terakhir ini, silahkan Anda buat kelompok masing-masing 4 orang dan diskusikan bagaimana pandangan Anda tentang hal ini. Saya berikan waktu 15 menit untuk melakukannya dan setelah itu masing-masing wakil kelompok bisa maju ke depan dan menyampaikan pandangannya.”
Haha.. dengan cara ini Anda akan bisa lebih santai sambil menjadi pengamat, masalah kelebihan waktu untuk presentasi Anda juga terselesaikan.
Siapa sih yang tidak suka terlibat dalam sebuah games? Bahkan orang dewasa pun suka bermain games. Games akan membuat presentasi Anda menjadi lebih interaktif dan membuat audiens untuk bergerak (Tips: salah satu cara untuk membuat orang tidak mengantuk adalah dengan membuat mereka bergerak).
Oleh karena itu carilah games yang bisa membantu Anda menyampaikan poin presentasi Anda. Audiens akan bisa belajar sambil terlibat langsung, seringkali pemahaman yang mereka dapatkan juga akan lebih mendalam.
Sebagai contoh, ketika ingin menyampaikan pesan “Bahasa tubuh lebih berpengaruh dibanding kata-kata yang Anda ucapkan”, saya akan menggunakan games singkat berikut.
Perintah di awal: Ikuti sesuai dengan apa yang saya ucapkan.
Saya meminta audiens untuk mengangkat tangan kanan mereka ke depan sehingga membentuk sudut 90 derajat dengan badan. Setelah itu saya akan memberi instruksi “Secepat mungkin, letakkan tangan Anda di dagu (akan tetapi saya bergerak sambil menempelkan tangan di pelipis saya)”
Hasil nya adalah sebagai besar audiens tertipu dan mengikuti sesuai dengan apa yang saya lakukan (menempelkan tangan di pelipis) bukan seperti apa yang saya ucapkan (menempelkan tangan di dagu).
Pesan: Bahasa tubuh lebih berpengaruh dibandingkan perkataan Anda
Sesi role play adalah sesi bermain peran (seperti sebuah drama akan tetapi tanpa diberi skrip, pemain bebas berimprovisasi). Role play biasanya digunakan supaya peserta bisa mempraktekkan apa yang sudah mereka pelajari sebelumnya dalam sebuah simulasi. Role play ini cocok sekali digunakan jika Anda memberikan sebuah training komunikasi.
Sebagai contoh ketika membawakan materi tentang service communication, pertama-tama saya akan memberikan tips-tips mengatasi customer yang marah-marah. Setelah itu saya akan meminta perwakilan dari audiens untuk bermain role play, satu orang menjadi customer service dan satu orang menjadi customer yang marah-marah (biasanya yang menjadi customer marah malah gembira banget bisa memarahin temannya, walaupun cuma pura-pura).
Nah, dengan sesi role play ini mereka bisa langsung mensimulasikan apa yang sudah mereka dapatkan sebelumnya. Dari feedback yang saya dapatkan, banyak peserta yang justru mendapat pencerahan ketika sesi role play ini berlangsung.
Jikalau Anda pernah mengikuti sebuah workshop (pelatihan yang tujuan utamanya untuk mentransfer skill), maka tentunya Anda bisa mencermati bahwa banyak sesi yang sifatnya praktek langsung. Ketika audiens diminta mengerjakan sesuatu atau praktek, di sinilah biasanya mulai timbul kesulitan atau pertanyaan yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh mereka.
Dalam training presentasi yang saya adakan, tahap demi tahap saya akan meminta audiens untuk mengerjakan apa yang sudah mereka pelajari. Setelah selesai mereka akan maju ke depan dan berpresentasi mempraktekkan hasil kerja mereka. Setelah selesai saya akan memberikan feedback akan bagian yang sudah baik dan bagian mana yang masih perlu ditingkatkan.
Nah.. itu tadi 10 tools yang bisa Anda gunakan untuk menyampaikan pesan dan membuat presentasi Anda lebih menarik, variatif dan tidak membosankan. Hanya saja ketika menggunakannya, sesuikan juga dengan konteks Anda berpresentasi. Misalkan saja jenis presentasi Anda adalah sidang skripsi, tentu saja Anda tidak akan menggunakan tools no 8 seperti “Ayo Bapak Ibu Dosen, angkat satu tangan ke atas sambil teriak Horreee…” (bisa-bisa malahan Anda tidak diluluskan 🙂 ).
Tools di atas sudah saya rancang sehingga tools no 1 – 6 adalah tools umum yang bisa Anda gunakan di segala macam konteks presentasi. Sedang tools no 7 – 10 lebih cocok jika konteks presentasi Anda adalah memberikan training, seminar atau mengajar sebagai dosen/guru.
Selamat mencoba tools-toolsnya ya! Atau jika Anda memiliki saran tools lain lagi, silahkan juga ikut sumbang saran di kolom komentar.