Maukah Anda pergi keliling Indonesia (bahkan keliling dunia), tinggal di hotel berbintang lima sudah begitu dibayar lagi? Bayarannya adalah Rp 60 juta untuk tiap 2 jam-nya.
Haha.. itulah kurang lebih bunyi iklan promosi tentang sebuah pelatihan menjadi professional public speaker yang pernah saya dengar 🙂 Kebanyakan dari kita yang membacanya akan langsung berkata “Mau bangett!!!” (emangnya siapa sih yang gak mau).
Kemudian si penulis mengilustrasikan bahwa menjadi seorang public speaker adalah sebuah profesi dengan bayaran termahal saat ini. Berikut adalah contoh-contohnya:
Dan jikalau Anda ingin tahu daftar public speaker termahal di dunia, ini saya berikan satu artikel yang membahas hal tersebut di sini. Di sana Anda bisa menyimak jika Bill Clinton dibayar sampai $ 150,000 (sekitar Rp 2 miliar) untuk sebuah sesi seminar.
Saya yakin itu pasti pertanyaan yang ada di benak Anda ketika membaca tulisan ini. Hmm… saya tidak akan sebutkan nominal pastinya (kata istri saya, nggak sopan tuh sebut-sebut angka). Yang jelas untuk mendapatkan nominal senilai yang ada di judul artikel ini (Rp 60 juta), saya masih butuh berhari-hari memberi training (untungnya juga tidak sampai bertahun-tahun).
Dan tidak semua sesi seminar atau training yang saya berikan juga dibayar dengan harga premium. Ada event-event (misalnya saja yang sifatnya sosial, non-profit atau untuk pendidikan) di mana saya berikan harga yang spesial atau bahkan ada kalanya sama sekali tidak mematok harga.
Di awal-awal karir, saya juga sering sekali memberikan sesi training atau seminar dengan hanya mendapatkan ucapan terima kasih dan souvenir. Yang paling sering saya dapatkan adalah mug, notes dan plakat. Haha.. sampai di rumah saya tidak pernah lagi beli gelas atau notes, jumlahnya tersedia dengan melimpah. Yang agak bimbang adalah ketika menerima plakat, karena ukurannya yang besar dan jumlahnya semakin banyak akhirnya bingung juga mau diletakkan di mana.
Ini dia saya sertakan foto-foto saya bersama souvenir-souvenir yang pernah saya terima 🙂
Berdasar dari pengalaman saya tersebut saya jadi terinspirasi untuk juga membuat iklan pelatihan menjadi public speaker. Begini kira-kira bunyi iklannya:
Maukah Anda seumur hidup tidak perlu membeli gelas atau notes? Plus tinggal di rumah yang dipenuhi dengan plakat ucapan terima kasih?
Kira-kira kalau bunyi iklannya seperti itu bakal ada yang tertarik bergabung nggak ya? 🙂
Apa yang membedakan sehingga ada pembicara yang dibayar sampai ratusan juta, akan tetapi ada juga yang bahkan harus membayar untuk bisa bicara?
Tentunya faktor nya ada banyak ya… mulai dari jenis dan tujuan event, siapa audiensnya dst. Nah, kali ini saya akan membahas dua faktor yang berasal dari diri si public speaker itu sendiri. Jadi ini dia kedua faktor tersebut:
Yup.. inilah kenyatannya, semakin terkenal Anda maka orang akan semakin bersedia membayar lebih untuk menghadirkan Anda. Oleh karena itu jikalau Anda adalah seorang artis sinetron dan ingin menjadi seorang public speaker, sudah pasti jalan Anda akan jauh lebih mudah. (Hmm… hal ini menginspirasi saya untuk ikut audisi bintang sinetron supaya bisa lebih terkenal).
Hanya saja banyak juga pembicara yang notabene seseorang terkenal (public figure, artis sinetron) yang sebenarnya juga biasa-biasa saja atau bahkan tidak jarang membosankan. Haha.. tetapi seringkali audiens sendiri tidak terlalu peduli akan hal ini. Bagi mereka bisa ketemu (apalagi berfoto selfie) dengan orang terkenal itu sudah lebih dari cukup.
Saya pernah mengisi sebuah sesi seminar bersama dengan seorang artis sinetron dan presenter televisi. Di awal sesi dia bertanya kepada audiens “Siapa yang sudah pernah lihat atau dengar tentang saya sebelumnya?”Â
Dan hampir semua audiens mengangkat tangannya.
Ketika tiba saatnya memberi sesi, saya tidak mau kalah. Saya juga berhasil membuat hampir seluruh audiens mengangkat tangan. Hebat bukan? Untuk melakukan hal ini, saya hanya perlu merubah sedikit pertanyaannya “Siapa yang sebelum hari ini TIDAKÂ pernah lihat atau dengar tentang saya?”.
Dan hampir semua audiens juga mengangkat tangannya.
“Waduh.. kalau begitu bagaimana ya Pak David? Saya ingin menjadi seorang public speaker tapi saya sama sekali tidak punya modal atau tampang untuk jadi artis sinetron.”
Jika Anda memiliki pertanyaan seperti itu… Tenang saja berarti kita senasib, sampai hari ini saya juga belum pernah membintangi satu pun sinetron yang ada. Masih ada jalan yang kedua supaya Anda bisa mulai dibayar atau dibayar lebih menjadi seorang public speaker. Yuk.. langsung disimak ya faktor keduanya!
Inilah faktor yang (menurut saya) harus benar-benar dipegang teguh oleh seorang public speaker. Kebanyakan orang mengira bahwa public speaker dibayar untuk berdiri selama satu atau dua jam, memegang mic dan berbicara. Banya orang juga berkomentar “Enak banget ya kerjanya begitu saja (istilah jawanya: “Cuma bondho abab”) hanya bermodalkan bau mulut”.
Akan tetapi kenyatannya, public speaker dibayar bukan karena hal itu.
Public speaker dibayar karena manfaat yang bisa mereka berikan kepada audiens. Misalnya saja karena mendengarkan dan menerapkan apa yang Anda sampaikan, audiens bisa memulai berwirausaha dan menghasilkan pendapatan lebih dari Rp 10 juta perbulan-nya, sesuatu yang bahkan tidak pernah mereka impikan sebelumnya.
Semakin besar dan semakin banyak value (manfaat) yang bisa Anda berikan, maka semakin tinggi pula professional fee yang bisa didapatkan.
Dan untuk bisa memberikan value yang tinggi, yang juga termasuk di dalamnya adalah waktu Anda mempersiapkan materi, melatih performa, mengasah kemampuan, memperkaya pengalaman dan meningkatkan expertise. Hal-hal inilah yang membutuhkan waktu cukup panjang dan tidak semua orang bisa melakukannya.
Banyak orang bisa berdiri, memegang mic dan berbicara selama 1 atau 2 jam, akan tetapi bukan itulah yang menentukan value seorang public speaker. Value akan ditentukan dari seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada audiens.
Suatu saat saya mendapat tawaran untuk memberikan sebuah seminar satu jam yang dihadiri sekitar 250 orang dalam acara company gathering di Jakarta (sebagai info, saya tinggal di Surabaya).
Dan ketika diminta memberikan penawaran, mulai bingung-lah saya. “Waduhh.. biasanya saya memberikan penawaran berdasarkan durasi training (yang kebanyakan berdurasi dua hari)” Kalau rate-nya dibagi dihitung perjam-nya kok jadi murah ya, bisa-bisa malah lebih mahal ongkos pesawat dan hotelnya.
Akan tetapi mau menawarkan professional fee yang tinggi saya pun jadi ragu “Wah.. masa satu jam harganya segitu tinggi, saya jadi nggak pede juga”
Di tengah kegalauan saya, bertanyalah saya kepada teman baik sekaligus mentor saya yaitu Pak Sukarto. Nah, disinilah dia memberikan pencerahan tentang konsep memberikan value 🙂
Inilah yang dia katakan “Begini lo David, biasanya training kamu pesertanya kan 20 s/d 40 orang. Nah, ini kan pesertanya 250 orang. Jadi dalam waktu yang sama, manfaat yang kamu berikan lebih besar karena lebih banyak orang yang menerimanya. Jadi sah-sah saja kamu memberikan harga yang lebih tinggi, lagian kalau ke Jakarta kan juga musti habiskan waktu ekstra di perjalanan”.
“Benar juga ya… “ kata saya sambil meangguk-angguk.
Dan sejak itu saya tidak lagi merasa berdosa jika harus mencharge klien dengan harga tinggi Eittsss salah, maksud saya harga sesuai dengan value yang diberikan 🙂
Terus terang waktu pertama kali memutuskan untuk menjadi seorang public speaker saya malah tidak tahu jika public speaker bisa dibayar sampai nominal sebesar itu.
Memang faktor finansial penting. Hal tersebut akan menjamin kebutuhan sehari-hari dan keluarga supaya akhirnya kita bisa fokus menciptakan konten-konten yang bermanfaat. Saya juga ingat bagaimana gembiranya saya ketika pertama kali dibayar untuk sebuah in-house training (bayaran satu hari sama dengan gaji tiga bulan waktu masih bekerja di pabrik) 🙂
Tanyakan kepada public speaker yang ada, kebanyakan mereka akan menjawab bahwa mereka menjalani profesi ini karena ini adalah sesuatu yang mereka sukai. Saya belum pernah bertemu seorang pembicara yang mengomel dan menggerutu terus menerus karena tidak menyukai apa yang dia lakukan.
Kecintaan akan apa yang dilakukan dan semangat berbagi, saya kira itulah yang menjadi motivasi utama seorang public speaker. Ketika mereka bisa menerapkan hal itu akhirnya akan semakin banyak value / manfaat yang bisa mereka berikan ke orang banyak.
Dan akhirnya sesuai dengan rumus yang sudah saya berikan di atas, semakin banyak value / manfaat yang bisa Anda berikan maka aspek finansial juga akan mengikuti.
Jadi apapun profesi Anda saat ini, marilah kita menciptakan value dan membagikan manfaat demi kebaikan banyak orang. Salam sukses selalu!
Jika Anda suka atau merasa artikel ini bermanfaat, tolong SHARE melalui tombol Social Media (Facebook, Twitter, Google+ atau Linkedin) yang ada. Terimakasih
Anda juga bisa memberikan komentar atau pertanyaan tentang artikel diatas. Saya akan berusaha membaca setiap komentar dan  menjawab pertanyaan yang masuk.