Apa yang Anda lakukan di malam perayaan tahun baru yang lalu? Saya sendiri merayakannya dengan sesuatu senilai Rp 3.5 juta, menjadikannya sebagai perayaan termahal dalam hidup saya. Penasaran seperti apa bentuknya?
Sampai di sini saya yakin Anda sudah penasaran “Wuiihh… merayakan tahun baru saja sampai habis Rp 3.5 juta. Memangnya ngapain? Jangan-jangan Pak David…”
Nah, daripada Anda penasaran dan menduga yang tidak-tidak, sudah saya ceritain saja kronologisnya seperti apa. Disimak saja ya cerita berikut…
Untuk perayaan tahun baru kemarin, saya merayakannya di kampung halaman saya yaitu di kota Kudus. Hanya saja waktu itu saya memutuskan untuk tidak membawa anak dan istri saya. Sebabnya beberapa hari sebelumnya Kudus dilanda banjir yang sampai masuk rumah setinggi lutut. Daripada nanti bawa anak kecil malah terjebak banjir, lebih baik mereka tinggal di Surabaya saja.
Jadilah saya berada di Kudus menemani Mami yang semenjak ditinggal Papi berpulang memang tinggal sendirian di Kudus.
Saya tidak merencanakan sesuatu yang spesial untuk merayakan tahun baru. Waktu tiba di rumah yang saya lihat malah bekas-bekas banjir yang masuk rumah. Buku-buku yang jadi kuning, lemari yang bagian bawahnya jadi tidak karuan, dan barang-barang yang rusak karena habis terendam air.
Salah satu kerusakan yang paling parah adalah di kulkas. Kata Mami setelah terkena air, ketika dihidupkan kulkasnya langsung mengeluarkan suara mendesis diiringi bunyi ledakan. Dan setelah itu mati dan tidak pernah bisa dinyalakan lagi.
Padahal peranan kulkas ini krusial banget untuk Mami, kulkas ini berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan-bahan kue dan roti untuk usaha (Mami buka usaha pesanan roti pisang coklat di Kudus ).
Sekarang mungkin Anda komplain “Mana Pak cerita perayaan tahun baru-nya? Ini kok malah cerita tentang banjir?” Okay-okay.. sekarang ganti ke cerita perayaan tahun baru-nya 🙂
Melihat kondisi demikian akhirnya saya berkata “Sudah Mi, kalau begitu kita beli kulkas saja. Nanti David yang belikan” (sambil ngomong ini seakan-akan di atas kepala saya ada lingkaran malaikatnya).
Akhirnya di malam pergantian tahun itu, kita keluar jam 5 sore mengendarai sepeda motor ke toko elektronik langganan. Jangan dibayangkan kalau tokonya besar seperti Hartono di Surabaya atau seperti Best Denki atau Electronic Solution. Tokonya hanya terletak di ruko kecil dengan si pemilik yang sudah siap dibalik etalase kacanya untuk menyapa kita.
Setelah memilih-milih, akhirnya pilihan Mami jatuh satu kulkas merk Sharp dengan penampilan seperti di bawah ini (saya tidak sedang promo Sharp lo ya.. 🙂 )
Akhirnya kita pun bertanya ke si pemilik tokonya “Berapa nih harganya?”. Dengan senyum ramah dia pun menjawap “Rp 3.450.000, ini sudah murah banget. Harganya sudah saya mepetin betul nih”.
Dan pikiran saya pun mulai mengembara “Ternyata harganya lumayan juga ya. Harga segitu sebenarnya bisa untuk….”
Tapi saya sudah tahu apa keputusan saya.. jadi langsung saya iyakan untuk membeli kulkas itu (tapi tentu saja kulkasnya dikirim belakangan, saya tidak bisa membayangkan berboncengan naik sepeda motor dengan Mami sambil menggotong kulkas sebesar gajah).
Dan anehnya perasaan yang timbul setelah itu bukannya perasaan kehilangan karena harus mengeluarkan uang senilai itu. Justru yang timbul adalah perasaan bersyukur karena masih bisa membantu orang yang saya cintai.
Dan perayaan tahun baru saya akhirnya ditutup dengan makan nasi tahu gimbal (ini makanan khas Kudus enak banget) di warung pinggir jalan senilai Rp 27.000 (harga sudah makan berdua lo, murah kan?). Plus tidak ketinggalan sebelum pulang beli martabak telor di sebelahnya seharga Rp 25.000 (siapa tahu malam-malam lapar lagi kan).
Sampai di rumah karena ngantuk jam 9.30 saya sudah tertidur dan bangun esoknya sudah jam 6 pagi, tanpa mengetahui apa yang terjadi pada jam 12 malam tepat pada pergantian tahun.
Jadi itulah perayaan tahun baru senilai Rp 3.5 juta saya.
Tentunya saya menceritakan pengalaman di atas bukan hanya karena asal bercerita saja, atau malah justru ingin mempertontonkan:
Saya hanya ingin menyampaikan bahwa perayaan tahun baru itu akhirnya menjadi tahun baru paling bermakna dalam hidup saya. Untuk menjadikan sesuatu dikenang dan bermakna, ternyata kita tidak harus melakukan sesuatu dengan hingar-bingar dan serba ekstravaganza.
Melakukan sesuatu yang simpel, dalam hal ini bisa meluangkan waktu dan berbagi kebaikan dengan orang yang terdekat dengan kita justru bisa jadi lebih bermakna.
Mungkin membaca cerita di atas, akan ada yang protes. Mereka akan berkata:
“Semestinya jika nominal di atas disumbangkan ke anak yang kelaparan atau yang butuh sekolah akan bisa mengubah hidup mereka”
“Masih banyak korban bencana alam yang membutuhkan uluran tangan. Kebutuhan mereka pasti lebih besar dari sekedar kebutuhan akan sebuah kulkas”
Pendapat saya pribadi adalah kita tidak bisa membantu semua orang yang butuh bantuan, bahkan orang terkaya di dunia pun tidak bisa melakukan hal ini. Jadi saya akan berfokus pada apa yang bisa saya lakukan, terutama untuk orang-orang yang terdekat dengan saya.
Pesan yang sama juga disampaikan oleh film yang baru saja selesai saya tonton yaitu Ip Man 3 🙂
Di awal-awal si tokoh utama (Ip Man) mencoba untuk membantu banyak orang, menyelamatkan sekolah dan menegakkan ajaran wing chun. Akan tetapi di akhirnya dia lebih memprioritaskan untuk mendampingi istrinya yang harus berjuang menghadapi kanker.
Saat-saat itulah yang akhirnya menjadi momen bermakna baik untuk dirinya sendiri dan istrinya. Bahkan film ini ditutup dengan pesan terakhir “Hal yang paling penting adalah cinta kasih dari orang-orang yang terdekat di dalam hidupmu”.
Jadi artikel ini akan saya tutup dengan sebuah pertanyaan:
Siapa orang-orang terdekat dalam hidup Anda? Apa yang bisa Anda lakukan untuk mereka?