Pernah nggak Anda presentasi dan dicuekin audiens? Ke mana-mana Anda mengarahkan pandangan yang tampak hanya audiens yang sibuk sendiri, asyik dengan gadget bahkan ada yang ketiduran. Lalu bagaimana mengatasinya?
Ngeri nggak kalau kira-kira audiens nya seperti ini?
Pernahkah Anda mengalami hal yang sama? Sudah susah – susah buat materi, capek – capek persiapan akan tetapi ketika presentasi nggak ada yang dengerin. Semuanya sibuk dengan diri mereka sendiri, tidak ada yang tertarik mendengarkan.
Anda yang sedang presentasi baru tersadar setelah sekian lama semakin terdengar suara berisik orang berbicara sendiri. Ketika pandangan Anda tebarkan yang tampak adalah:
Anda sebagai presenter hanya bisa berdiri dengan kebingungan, tidak tahu apa yang harus Anda lakukan. Dalam benak Anda bertanya – tanya: “Apa ya salah saya? Mengapa hal ini bisa terjadi pada saya?”
Haha.. sebelum Anda mulai menyalahkan diri sendiri, saya akan memberikan penghiburan terlebih dahulu 🙂 Belum tentu semua hal itu terjadi karena salah Anda. Bisa jadi ada situasi dan kondisi eksternal yang kurang mendukung, misalnya saja:
Akan tetapi bukan berarti lantas kita menyalahkan semuanya ke faktor eksternal. Dalam sebagian besar situasi presentasi, ada hal – hal yang bisa kita lakukan untuk membuat presentasi menjadi lebih menarik. Ada baiknya kita ketahui hal ini sehingga pada kesempatan mendatang, kita tidak lagi dicuekin audiens.
Sebelum kita bahas tekniknya, mari coba kita bahas dahulu sebabnya…
Atau bahasa jawanya “Pembicarnya ngomong dhewe” (pembicaranya bicara sendiri), audiensnya tidak ada yang memperhatikan apalagi mendengarkan.
Berdasar dari pengamatan saya, dari sekian banyak sebab, ada satu yang sering kali muncul dan terjadi yaitu…. Kita sendiri sebagai presenter juga mencuekin audiens.Â
Yup, benar sekali Anda tidak sedang salah baca. Kita sering dicuekin audiens karena kita sebagai presenter juga mencuekin audiens.
Waduh Pak.. apa ya maksudnya saya juga mencuekin audiens?
Banyak presenter ketika berpresentasi tidak benar – benar hadir dan berkomunikasi dengan audiens – atau istilah kerennya mereka tidak presence.
Mereka tidak melakukan presentasi sebagai komunikasi dua arah, melainkan hanya melakukan presentasi sebagai monolog saja. Dalam artian, presenter memiliki naskah atau konten presentasi yang harus dihafal dan disampaikan.
Cara mereka berbicara dan membawakan sama persis seperti orang menghafal. Walaupun dibawakan dalam ruang kosong tak berpenghuni ataupun dibawakan dalam ruangan penuh sesak dengan audiens, cara mereka berbicara persis sama.
Inilah yang disebut dengan presenter tidak presence ketika membawakan materi. Mereka hanya sekedar menghafal materi, tidak berkomunikasi. Dan tentunya audiens bisa merasakannya.
Presentasi adalah sebuah komunikasi, dan menghafal bukanlah cara komunikasi yang tepat. Cobalah kita analogikan dengan komunikasi satu lawan satu, misalnya saja ketika Anda sedang ngobrol dengan teman.
Bagaimana perasaan Anda ketika teman di depan Anda berbicara dengan nada dan cara berbicara sepeti membaca sebuah naskah. Bicaranya tanpa jeda, tanpa ekspresi dan juga tidak mengindahkan respon apapun dari Anda. Walaupun apa yang disampaikan oleh teman Anda itu baik dan berguna, apakah Anda akan merasa itu sebuah obrolan yang mengasyikkan?
Saya yakin Anda akan menjawab “Aduh… itu bisa-bisa jadi obrolan yang membosankan dan menyiksa Pak”. Nah, sama halnya dengan presentasi, Anda juga tidak bisa memperlakukan presentasi sebagai media berlatih menghafal saja. Perlakukanlah presentasi sebagai media komunikasi.
Oleh karena itu ketika Anda melakukan presentasi.. “be present” (umm.. agak susah temukan padanan katanya dalam bahasa Indonesia, jadi tetap pakai bahasa Inggris ya, yang penting Anda tahu artinya).
Presence adalah ketika membawakan presentasi Anda benar-benar sadar dan menikmati. Anda bisa melakukan komunikasi dan interaksi nyaman dengan audiens. Anda berpresentasi seperti sedang ngobrol asyik dengan teman.
Nah, sekarang setelah tahu definisinya mungkin sekarang Anda bertanya “Bagaimana ya Pak caranya supaya bisa presence ketika sedang membawakan presentasi?”. Okay, ini dia tiga tips yang bisa saya berikan.
Anda baru bisa santai dan nyaman ketika benar – benar menguasai materi presentasi Anda. Jikalau Anda sama sekali tidak latihan, jarang membawakan topik tersebut atau kurang mengerti materinya pastilah ketika membawakan akan kaku.
Anda akan masih sibuk menghafal isi materi dan mengingat – ingat apa kalimat berikut yang harus disampaikan. Boro – boro bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan audiens, bisa hafal isi presentasi sampai usai saja sudah untung 🙂 .
Oleh karena itu tidak ada yang bisa menggantikan latihan dan persiapan. Saya berulang kali berkata bahwa latihan dan persiapan adalah tips presentasi paling jitu yang bisa saya sarankan.
Untuk bisa membawakan dengan santai dan nyaman, syarat utama adalah kuasai materi presentasi Anda.
Presence berarti Anda juga sadar terhadap segala sesuatu yang terjadi sewaktu presentasi berlangsung. Anda bukanlah robot yang hanya membawakan naskah pidato yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tunjukkan reaksi Anda akan apa yang terjadi, berbicaralah sambil menunggu dan menanggapi respon dari audiens. Berikut adalah beberapa contohnya:
Menanggapi reaksi audiens ini juga termasuk menegur audiens ketika terjadi situasi yang menganggu atau kurang kondusif. Tetap cuek presentasi di tengah audiens yang gaduh sendiri (seakan – akan tidak mengetahui hal ini terjadi), bukanlah solusi yang tepat.
Audiens yang masih ingin mendengarkan Anda, merasa tidak nyaman dan terganggu. Audiens yang gaduh sendiri seakan – akan mendapat ijin dari Anda bahwa hal ini boleh dilakukan.
Lakukan tindakan preventif dan korektif, berikut adalah contoh beberapa yang sering saya lakukan:
Dengan melakukan hal – hal ini maka Anda akan memenangkan respek audiens, juga menunjukkan bahwa Anda memiliki power sebagai seorang presenter.
Tanggapi reaksi dari audiens, tunjukkan bahwa Anda peduli tidak hanya robot yang sedang membawakan sebuah naskah presentasi.
Salah satu alasan presenter dicuekin audiens adalah karena ketika membawakan materi, presenter hanya melakukan monolog. Artinya memang presenter tidak mengharapkan reaksi dari audiens. Pembicaraan hanya berlangsung satu arah saja.
Di jaman sekarang ini (di mana banyak distraction dan hiburan dalam genggaman), cara berpresentasi seperti ini akan susah mendapatkan perhatian audiens. Oleh karena itu rancanglah presentasi Anda supaya ada interaksi dengan audiens.
Dengan adanya interaksi maka audiens akan merasa dilibatkan sebagai bagian dari sebuah presentasi. Mereka bisa ikut merespon dan berkontribusi terhadap isi materi yang Anda bawakan.
Untuk cara komplit berinteraksi dengan audiens, lengkap dari yang paling mudah dilakukan sampai yang paling ramai bisa langsung disimak melalui aritikel saya yang terdahulu Empat Cara Berinteraksi dengan Audiens dalam Presentasi Anda.
Lakukan interaksi dengan audiens, mereka juga ingin didengarkan dan dilibatkan dalam presentasi Anda
Dari pengalaman saya menyaksikan sekian banyak presentasi, satu kesalahan yang sering sekali terjadi adalah presenter tidak presence ketika menyampaikan materinya. Mereka masih terpaku pada konten yang harus disampaikan sehingga terkesan hanya sekedar menghafal.
Pastikan hal ini tidak terjadi pada Anda, tentunya Anda tidak ingin dicuekin audiens bukan? Terapkan tiga tips di atas untuk membuat Anda lebih presence ketika membawakan presentasi. Sadarilah bahwa Anda bukannya sedang menghafal akan tetapi sedang berkomunikasi dan berinteraksi dengan audiens.
Membawakan presentasi dengan lebih presence adalah satu delivery technique (teknik membawakan presentasi) yang akan Anda pelajari dalam Live Workshop Speak with Power mendatang.
Tidak hanya Anda belajar bagaimana caranya, Anda juga akan mendapatkan kesempatan untuk praktek sekaligus mendapat feedback atas performa Anda. Ini dia detil eventnya.
Jadwal: 17 – 18Â September 2016
Waktu: 8.30 – 17.00
Tempat: Hotel Blue Sky – Jl. Aipda K.S Tubun no 19 Jakarta
Speak with Power adalah training public speaking 2 hari penuh tentang cara menyusun, mendesain dan membawakan presentasi yang mampu membuat audiens duduk lekat di kursi mendengarkan Anda.
Tiga hal simpel mengapa Anda harus bergabung dalam training ini:
Pendaftaran akan dibuka Selasa, 2 Agustus 2016 dan kuota yang ada maksimal 20 orang saja (supaya tiap peserta bisa mendapat kesempatan untuk praktek). Supaya tidak ketinggalan info pembukaan pendaftarannya, pastikan Anda subscribe sehingga kami bisa mengirim notifikasi ke email Anda.